Share

Bagian 39: Jebakan Sylvia

Sedu-sedan Surtini masih terdengar. Eka hanya menggeleng pelan sambil mengusap-usap rambut si pelayan. Mereka tengah menyusuri koridor yang tidak terlalu ramai. Beberapa orang melirik sekilas, tetapi tak acuh kembali, seperti layaknya individualisme penghuni apartemen.

 "Sudah, sudah, Sur. Nanti kubelikan es krim kalo mau stop nangisnya," bujuk Eka.

 Tangis Surtini terhenti mendadak.

 "Beneran, Non?"

 "Iya. Besok kita ke kafe es krim yang ada di ujung jalan depan. Kamu boleh pesan sepuasnya."

 "Asyik! Janji lho, ya, Non."

 "Iyaaa."

 Surtini bersorak riang, lalu menyedot ingus yang  melorot. Eka terkekeh melihat tingkah pelayannya. Meskipun sudah berusia 15 tahun, gadis itu kadang bertingkah kekanak-kanakan.

 Langkah mereka terhenti saat tiba di depan kamar nomor 415. Eka memencet 8 angka untuk memasukkan pin keamanan. Pintu terbuka. Dia masuk ruangan sambil melemparkan asal

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status