Share

03. Menjadi Buah Bibir!

“Kau lihat tadi? Pengantin wanitanya diganti. Si bisu malah menikah dengan putra haram Braxton Dyazz yang berandalan dan pengangguran. Sungguh kasihan!”

“Ya, kau benar. Tapi dari dulu aku sudah tak percaya jika Miranda akan benar-benar merestui putra satu-satunya menikah dengan Savanah yang bisu. Kau tahu kan, Moreno itu ahli waris mereka.”

“Ck! Tentulah, seorang Miranda mana mungkin menerima menantu cacat seperti itu. Aku tidak terlalu terkejut saat tadi melihat Savanah malah menikah dengan si pengangguran yang berandal itu. Mereka memang pasangan yang cocok.”

Savanah terhenyak ketika sayup-sayup mendengar bisik-bisik orang-orang itu.

Hatinya kembali tergores ketika dia disebut sebagai si bisu, lalu dianggap cocok menjadi istri dari Storm hanya karena Storm berandalan dan pengangguran. Begitu pun sebaliknya.

"Astaga mulut mereka itu, benar-benar ya?!" 

Brianna, rekan kerja Savanah di Paradise Cakery, sebuah toko kue terbesar dan paling terkenal di kota mereka, tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya.

"Jangan pedulikan mereka, Sav. Mereka hanya mampu membicarakan kebobrokan orang lain, tapi kebobrokan sendiri tidak bisa mereka sadari."

Briana adalah sahabat Savanah. Seperti belahan jiwa, dia selalu ada saat Savanah terpuruk, menemani, menghibur, dan mendoakan Savanah.

Savanah lalu mengangguk dan menggerakkan jarinya. Brianna mengerti cara membaca bahasa isyarat Savanah, hanya dia tidak lancar berbicara dengan jari-jarinya. Jadi, biasanya Savanah akan bicara dengan bahasa isyarat dan Briana membalas dengan suaranya. 

"Kau benar. Mereka keterlaluan. Dan aku sungguh tak menyangka Milka akan setega itu padamu, padahal kaulah yang membantunya sehingga dia bisa bekerja pada Miss Georgina."

Savanah mengangguk lagi dengan menahan geram di dadanya.

Benar kata Brianna. Savanah telah bekerja di Paradise Cakery selama tiga tahun. Dan ketika setengah tahun lalu Milka mengetahuinya, sepupunya itu terus membujuk Savanah agar bersedia memberikan rekomendasi pada Baker Kepala, yaitu Miss Georgina, agar mau menerima Milka sebagai salah satu pegawai di sana.

Savanah akhirnya merekomendasikan Milka. Dan karena Miss Georgina sangat menyukai hasil kerja Savanah sebagai Senior Assistant, maka Miss Georgina pun bersedia memberikan kesempatan pada Milka sebagai Junior Assistant.

Setiap kali mengingat ini, kemarahan di dada Savanah semakin membara. Setelah dia membantu Milka mendapatkan pekerjaannya, sepupunya itu tidak menunjukkan rasa tahu diri yang cukup.

Milka malah mempermalukannya di pesta pernikahannya sendiri. Di pesta sebesar ini, yang mana seluruh staff Paradise Cakery hadir atas undangannya, dan hampir seluruh kalangan atas penduduk kota ini hadir sebagai tamu. Semua itu atas undangan pernikahannya dengan Moreno, bukan Moreno dan Milka.

Untuk saat ini, Savanah tidak terlalu memikirkan pandangan penduduk kota, sekalipun dia menjadi bahan cibiran.

Savanah lebih meresahkan bagaimana dia harus menghadapi rekan kerjanya besok ketika cuti menikahnya telah habis. Milka sudah memaksanya merasakan semua rasa malu ini untuk dia tanggung.

“Kau ingat ada apa akhir musim panas ini?” Seakan mengerti apa yang Savanah pikirkan, Brianna pun bersuara lagi.

Savanah mengangguk lalu menjawab lewat gerakan jarinya.

{Tentu saja aku ingat. Ada penilaian intensif dari Miss Georgina. Staff dengan performance terbaik akan mendapatkan insentif yang besar serta promosi jabatan!}

“Betul! Selama enam bulan ini, Milka tidak mengalami progress yang berarti. Dia sulit diajak bekerja sama. Dia sulit menerima perintah. Selama ini kita telah terlalu baik dengan menutupi ketidakbecusannya dalam bekerja.

Selama ini juga, aku sudah merasa dia hanya memanfaatkanmu saja. Dan sekarang semuanya sudah terbukti.

Mulai besok, bagaimana kalau kita buat perhitungan dengannya? Kita akan membuatnya mengingat di mana posisinya 6 bulan lalu. Kita akan membuatnya menyadari bahwa dia tidak ada apa-apanya jika bukan karena kau, Sav!

Savanah menatap kedua mata biru Brianna. Terpancar kilat dendam yang menyala-nyala. Kilat yang sama juga memercik di kedua manik keperakan Savanah.

Dengan itu, Savanah mengangguk mantap. Dia memang akan membuat perhitungan dengan Milka! Dan Brianna sudah memberinya ide.

Trin, trin!

Deru mobil yang berat terdengar dan ... sebuah Jeep dengan lumpur kering di beberapa bagian body mobil berhenti di hadapannya.

Savanah menatap Jeep itu lalu dari dalamnya muncullah Storm yang menuruni mobil.

“Ayo!” katanya seraya turun dan menghampiri Savanah.

Melihat dirinya telah dijemput pria yang baru saja menjadi suaminya, Savanah pun memberi kode pada Brianna bahwa dia akan pulang.

Sahabatnya itu mengangguk lalu melambaikan tangan.

Storm mulai mengangkat ekor gaun Savanah yang sepanjang dua meter, lalu membantu wanita itu menaiki mobil. Setelahnya, Storm memutari mobil untuk kembali ke balik kemudi.

Saat itulah Savanah juga sempat melihat ibunya Milka dan ibunya Moreno yang memandang ke arahnya dengan tatapan meremehkan Jeep berdebu Storm.

Termasuk juga Moreno dan Milka yang ketika menaiki mobil, sempat terkekeh angkuh melihat mobil yang dibawa Storm untuk menjemput pengantinnya adalah Jeep penuh debu.

Sudah Jeep, berdebu pula. Sungguh miris! Begitu yang Savanah perkirakan penilaian yang muncul di benak mereka.

Namun, yang lebih miris adalah beberapa tamu wanita sosialita yang tadi sempat mengatai Savanah dan Storm, kini semuanya ikut melirik ke arahnya.

Dari cara mereka menatap ke arah Savanah dengan tangan saling menutupi mulut masing-masing, juga dari gelagat tawa mereka yang terlihat geli memandangi Savanah, tentu saja Savanah tahu dia kembali menjadi buah bibir di antara mereka.

Bhamp!

Bantingan pintu mobil bagian tempat duduk Storm mengejutkan Savanah sampai-sampai kedua bahunya terloncat kaget dan jantungnya hampir copot rasanya.

Begitu pun juga para wanita penggosip di depannya.

Savanah menoleh pada Storm dan melihat pria itu menatap sengit dan begitu tajam pada wanita-wanita di sana, terutama pada ibunya Moreno dan ibunya Milka.

Pria itu terlihat ingin meremukkan tulang belulang mereka.

Mereka yang mendapatkan hadiah tatapan sengit itu pun langsung terdiam dan membuang pandangan ke arah lain. Dalam sekejap mereka tidak berani saling mengobrol lagi.

“Dah, Sav! Ingat rencana kita besok! Kita harus tunjukkan padanya bahwa dia tak bisa memperdayamu, Sav!” seru Brianna seraya melambaikan tangannya ketika Jeep Storm mulai melaju pergi.

Savanah kembali mengangguk mantap. Tentu saja, dia takkan membiarkan Milka begitu saja kali ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status