Share

02. Aku Menerimanya!

Savanah makin terhenyak.

Storm bersedia menikahinya?

Savanah memang cukup mengenal Storm karena pria itu adalah kakak tiri Moreno.

Tapi hanya itu saja. Mereka tidak pernah berinteraksi sebelum ini.

Masalah lainnya lagi, Storm Schaeffer tidak terkenal karena prestasinya, tapi karena wataknya yang meledak-ledak. Menyinggung seorang Storm sama dengan menawarkan diri menjadi samsak bagi pria itu.

Bahkan saat ini pun, Savanah bisa melihat bagaimana tampilan Storm sangat cocok dengan julukan yang disematkan padanya. Berandalan.

Tubuh Storm yang tinggi dan kekar ditunjang dengan wajahnya yang memetakan kekerasan hati. Dengan rambut setengah gondrong, serta kemeja lengan panjang yang bagian lengan digulung sampai siku, tapi dikenakannya tanpa dimasukkan ke dalam celana jeans-nya, Storm jauh dari kata rapi.

Apalagi saat Savanah menatap bagian depan kemejanya. Tiga kancing bagian dadanya dibiarkan terbuka begitu saja.

Tidak bisakah dia merapikan dirinya dulu sebelum datang ke tempat seperti ini?

Meski begitu, Storm yang berandal bukanlah hal yang paling meresahkan, melainkan statusnya yang pengangguran.

Dia berandal, juga pengangguran. Kehidupan macam apa yang bisa didapatkannya dari menikahi pria seperti itu?

Memikirkan itu saja sudah membuat Savanah resah bukan main.

Namun, sudut benaknya tiba-tiba mengingatkannya akan satu hal.

Dia sendiri bukanlah wanita sempurna. Dan dia baru saja merasakan sakitnya direndahkan ibunya Moreno. Lantas, kenapa kini dia malah merendahkan Storm di dalam pikirannya.

Savanah tiba-tiba merasa malu pada dirinya sendiri.

Dia sampai tak kunjung meraih uluran tangan Storm yang sedari tadi menunggu Savanah untuk menyambutnya.

“Sudah, terima saja, Sav! Daripada kau tidak jadi menikah, itu bisa bad luck lho! Berita ini akan tersiar dengan cepat. Lalu, lelaki mana lagi yang akan bersedia mempersuntingmu? Namamu sudah pasti rusak setelah ini!”

Kata-kata Milka berhasil membuat Savanah tersadar dari perenungannya dan mendelik tajam padanya.

Milka sepupunya, kenapa tiba-tiba menjadi sejahat padanya?

Semua ini demi Moreno kah? Atau demi status sosial yang bisa dia dapatkan dari menjadi bagian dari keluarga Dyazz?

Andai dia bisa bicara, Savanah sudah pasti akan membalas kata-kata jahat Milka.

Meskipun demikian, saat ini pun rasanya Savanah ingin sekali mencekik leher Milka dan melihatnya megap-megap kehabisan napas. Jika sudah begitu, masihkah dia bisa berbicara seburuk tadi?

Gejolak kemarahan itu semakin melilit sekujur tubuhnya sampain-sampai dia tak menyadari saat tubuhnya ditarik menjauh dari kerumunan keluarga Moreno.

Ternyata Storm-lah yang menariknya dan setelah cukup jauh, pria itu tiba-tiba menggenggam tangannya dan berbisik hangat padanya,

“Menikahlah denganku.

Aku akan sungguh-sungguh mengasihimu sebagai istriku. Aku juga akan mencukupkan segala kebutuhan hidupmu. Dan aku berjanji akan memastikan tidak ada satu orang pun yang berani merendahkanmu.

Menikahlah denganku, Sav.”

                ***

Pada akhirnya Savanah menerima Storm dan pernikahan berlangsung bersamaan dengan Moreno dan Milka juga.  

Sulit untuk tidak membuat tamu terkejut akan pernikahan mereka apalagi jika pasangan yang awalnya Moreno dan Savanah, kini menjadi Moreno-Milka, lalu Storm-Savanah.

Ketika upacara pernikahan telah selesai pun Savanah masih bisa merasakan lirikan para tamu mengandung keheranan yang mendalam terhadapnya. Lalu mereka akan berbisik-bisik.

Sudah pasti dia-lah yang menjadi bahan pergunjingan.

Savanah sebenarnya tidak terlalu peduli pada semua pergunjingan itu. Toh semua itu sudah berlangsung dua tahun lamanya sejak dia kecelakaan dan menjadi sulit bicara.

Savanah sudah biasa.

Hanya saja, ketika Milka lagi-lagi bersuara, Savanah tak bisa menahan lagi gejolak kemarahan di dalam dadanya.

“Fiuuuh ... akhirnya dia mau juga menerima kakak tirimu itu, Beib. Dengan demikian, kau tidak perlu dicap sebagai penjahat hanya karena membuang wanita cacat sepertinya demi masa depanmu.”

Langkah Savanah terhenti seketika itu juga dan dia berbalik hendak menarik tatanan rambut Milka. Kata-kata Milka begitu menyakitinya hingga Savanah siap untuk menjadi tontonan orang banyak saat itu juga.

Tapi Storm yang berada di sampingnya, sigap menahan tubuh Savanah dan menuntunnya menjauh dari Milka.

“Tidak perlu dengarkan dia, Sav! Biarkan saja dia kali ini.

Ada waktunya nanti kita akan membalas mereka semua!”

Savanah menatap heran pada sepasang mata Storm yang tampak menyorot tajam. Hatinya pun bertanya-tanya, 'Kita? Membalas? Bagaimana caranya?'

Savanah masih dipenuhi keraguan dan tanda tanya besar karena beranggapan tidak memiliki apapun untuk membalas Milka dan keluarga Moreno. Namun usapan lembut pada sisi pinggangnya membuat Savanah menoleh pada Storm.

Tepat saat pandangan mereka saling beradu, Storm berbisik meyakinkannya, “Percayalah padaku, Sav. Kita akan menghempas mereka. Beri aku sedikit waktu lalu kita akan membalas setiap penghinaan mereka padamu!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status