Share

Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal
Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal
Penulis: Chani yoh

01. Karena Dia Bisu

“Hai, Savanah! Heran ya kenapa aku memakai gaun pengantin juga?” tanya Milka dengan senyum manis ketika mereka bertemu tatap di depan pintu gereja.

Savanah mengangguk dengan kepala penuh pertanyaan.

Sepupunya itu pun kembali mengembangkan senyum dan memutar tubuhnya seakan memamerkan gaun pengantinnya yang berkilauan.

“Karena aku akan menikah hari ini!” sahutnya lagi dengan suara yang terdengar begitu riang.

Savanah terhenyak. Milka akan menikah? Di hari yang sama dengan pernikahannya dengan Moreno? Kenapa mendadak seperti ini?

Karena bisu dan Milka tidak mengerti bahasa isyarat, Savanah pun menggerakkan jarinya dengan sederhana, bertanya, “Kau akan menikah dengan siapa?”

Senyum centil Milka mengembang semakin lebar dengan sepasang matanya memutar genit. Ketika dilihatnya Moreno muncul dari sudut ruangan, Milka cepat memanggil pria itu agar datang padanya.

Savanah semakin heran dengan rasa hati yang mulai berfirasat tak enak.

‘Kenapa Milka memanggil Moreno? Moreno kan calon suamiku?’

‘Ah, mungkin Milka hanya ingin berbagi kabar bahagianya denganku sekalian juga dengan Moreno.’

Savanah tetap berusaha mengatur pikirannya tetap positif.

Hanya saja, ketika Moreno telah tiba di dekat mereka, pria itu malah bergeser ke sisi Milka dan membiarkan tangan Milka bergelanyut di lengannya.

“Maaf ya, Sav, tapi aku akan menikah dengan Moreno.”

Savanah terhenyak lagi.

Milka menikah dengan Moreno? Bagaimana bisa? Tatapan Savanah yang sengit pada Moreno menuntut jawaban.

Namun, Moreno hanya menunduk menghindari tatapan Savanah.

“Ehm! Benar apa yang dikatakan Milka. Keluarga besarku masih sulit menerima kekuranganmu sehingga mereka pun memberikan syarat, jika aku masih ingin menjadi bagian keluarga Dyazz, aku harus menikah dengan wanita yang tanpa cacat satu pun.

Karena itulah, aku pun memilih Milka daripada ditendang dari bagian keluarga Dyazz.

Kau tahu kan arti keluarga Dyazz bagi diriku ini?”

Savanah semakin ternganga. 'Aku wanita cacat?'

Hati Savanah seperti ditusuk belati saat mendengarnya. Dia sungguh tak menyangka jika kebisuannya dianggap sebagai suatu kecacatan.

Padahal bisu ini didapatnya karena kecelakaan.

Sungguh terlalu jahat kata-kata Moreno!

Selagi mengatur emosi yang begitu menyesakkan dalam dadanya, Savanah tiba-tiba mendengar deru mobil yang begitu kencang lewat dan mengerem mendadak di depan halaman gereja.

Sesosok pria bertubuh tinggi besar turun dengan melompat dari Jeep-nya lalu dengan wajahnya yang menahan kemarahan pria itu berjalan cepat menuju Moreno.

Tanpa sepatah katapun, pria yang dikenali Savanah sebagai Storm, kakak tiri Moreno, langsung melayangkan tinjunya pada Moreno.

“Sialan kau! Kau membunuh anjingku! Kau biadab!”

Setelah meninju, Storm menarik lagi kerah jas Moreno agar dia bangkit kembali hanya untuk ditinju lagi.

“Kau tidak berperikemanusiaan! Kau lebih rendah dari Rufus!” ujarnya lagi.

Kericuhan itu mencuri perhatian seketika itu juga. Ibunya Moreno sampai berteriak-teriak dan dalam sekejap security pun sudah dipanggil untuk menenangkan mereka.

“Dasar sialan! Anak haram! Untuk apa kau datang ke sini? Kau tidak diundang! Kau tidak diterima! Jangan mengacau di pernikahan putraku!”

“Diam! Aku datang untuk membalas kematian Rufus!”

“Hah! Anjingmu itu merusak taman bungaku!”

“Merusak taman bungamu?! Hah! Dia itu anjing terlatih, tidak pernah sekalipun dia mendatangi kawasan kalian! Lagipula, dia mati karena peluru di pekarangan rumahku! Kalau bukan kalian menembaknya, siapa lagi?!”

Suasana jadi semakin ricuh karena Storm lagi-lagi mengincar Moreno yang baru juga bangkit berdiri dibantu oleh Milka sebagai tempat pelampiasan kemarahannya.

Security pun dipanggil dan diminta untuk menahan Storm.

Mereka menangkap tubuh Storm yang berusaha meraih Moreno lagi untuk meninjunya lagi.

Storm semakin marah tapi dengan mudahnya dia melepaskan diri dari cekalan tangan-tangan security dan memelototi mereka satu per satu.

Di saat itulah, tatapan Storm tanpa sengaja terpaku pada Milka dan Savanah bergantian.

Rasa penasarannya pun timbul.

“Kenapa dia memakai gaun pengantin?” tanyanya terheran-heran dengan kemarahan yang masih tertera kental di wajahnya.

Kesal karena Storm memukuli Moreno, Milka menjawab lantang dengan dagu terangkat tinggi, “Karena aku yang akan menikah dengan Moreno!”

“Apa?” Storm memandangi Savanah lagi. “Lalu kau?”

Savanah tak sanggup menjawab. Selain karena Storm tidak mengerti bahasa jarinya, dia juga tak sanggup menjelaskan tentang dirinya yang sebentar lagi akan menjadi pengantin yang ditinggalkan.

Tapi lagi-lagi, suara lantang Milka terdengar penuh percaya diri. “Savanah ya tentu saja akan pulang. Moreno dan seluruh keluarga Dyazz sudah memilihku daripada dia yang bisu!”

Hati Savanah kembali perih mendengar kata-kata itu.

Milka sepupunya, kenapa tega berkata begitu? Lagipula, tidakkah dia sadar dirinya memang bisu, tapi tidak tuli?

Berusaha keras agar bulir bening di pelupuk matanya tidak jatuh ke pipi, Savanah terperangah melihat Storm yang wajahnya malah terlihat geram ingin mencabik-cabik Milka.

Pria itu seperti hendak meledak dan menyemburkan kemarahan yang teramat dahsyat. Seperti gunung berapi yang siap meletus.

Ketika pria itu mengalihkan tatap ke Moreno, Storm pun melanjutkan lagi aksinya melampiaskan kemarahan pada Moreno.

Dia mencengkeram kerah Moreno dan berdesis di depannya, “Bagaimana kau bisa seegois ini pada Savanah, hah?! Kalau memang akhirnya begini, seharusnya kau tidak perlu merencanakan pernikahan ini dengannya!”

Storm melepas Moreno dengan dorongan kuat hingga Moreno terjatuh lagi ke lantai.

Savanah begitu tak menyangka bahwa Storm menjadi satu-satunya orang yang membelanya saat ini.

Dipandanginya terus wajah Storm yang masih menyorot marah pada Moreno. Bagaimana bisa Storm mengatakan semua hal tadi?

Jujur saja, Savanah cukup tersentuh.

Namun suara menggelegar ibunya Moreno mengalihkan perhatian Savanah. Petir kilat yang lain kembali menyambar hatinya saat mendengar ibunya Moreno menghardik Storm dengan sengitnya,

“Kalau kau begitu peduli padanya, kenapa tidak kau saja yang menikahi Savanah? Lagipula, kalian sebenarnya sangat cocok, dia bisu dan kau berandalan pengangguran. Kalian pasangan serasi!”

Savanah terhenyak. Dia tak menyangka ibu Moreno sanggup berkata seperti itu tentangnya.

Padahal, ibu Moreno dan ibunya adalah dua teman baik.

Dengan hati yang semakin hancur, Savanah pun membalik tubuhnya. Dia sudah memutuskan lebih baik pulang saja sebagai pengantin yang dibuang, daripada dia mengemis pada Moreno untuk tetap menikahinya.

Dia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi. Savanah hanya berbalik dan mulai melangkah.

Tapi tiba-tiba saja, terasa tangan Storm menahannya.

Ketika tatapannya mengarah ke wajah Storm, dilihatnya pria itu berkata dengan mantap dan penuh kesungguhan, “Aku tidak akan membiarkanmu menjadi pengantin yang dibuang. Aku yang akan menikahimu, Savanah!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status