Share

Bab 6. Pusat perhatian

Dengan satu tangan Alyn mendorong dada Erlan. Sehingga Erlan lekas bangkit, memberikan ruang bagi Alyn untuk mengatur napasnya yang tiba-tiba saja tersengal. 

Bagaimana tidak ketika jarak di antara mereka begitu dekat. Terlebih Alyn yang tidak pernah mengalami hal seintim itu.

Iya, katakanlah wanita tersebut terlalu kolot di zaman yang bebas ini. Namun, begitulah adanya Alyn yang sampai sekarang masih bisa mempertahankan kehormatannya di tengah gempuran godaan. Entah dari teman ataupun pria yang hanya ia kenal sekilas.

“Tuan—”

“Jangan menyalahkanku. Kau sendiri yang menarik tanganku tadi. Padahal niatku hanya ingin mengambil Gempi,” sela Erlan sebelum Alyn menyelesaikan ucapannya. 

Sontak Alyn langsung bungkam. Terlebih ketika ia mengingat kembali jika memang penyebab dari kejadian barusan adalah dirinya. 

Segera Alyn menyingkirkan tangan Gempi dengan sangat pelan. Setelahnya ia bangkit lalu turun dari ranjang.  

“Maaf,” ucap Alyn sambil memberikan ruang bagi Erlan untuk menggendong Gempi.

Erlan mendengus saja sambil menatap Alyn dengan jengah. Pria itu lekas menggendong Gempi dengan perlahan lalu pergi begitu saja dari kamar Alyn. 

Sehingga wanita itu kembali menjatuhkan tubuhnya di ranjang. “Oh, astaga. Ini benar-benar membuatku gila,” keluhnya sambil memegang dadanya.

Sementara pria disebut Alyn yang membuatnya gila baru saja berpamitan kepada Erin untuk pulang.  

“Kau berhati-hatilah.”

“Iya, Bibi. Terima kasih atas makan malamnya,” ucap Erlan setelah merebahkan Gempi di kursi penumpang. 

“Sama-sama.”

“Maaf karena sudah merepotkan.” 

“Bibi bahkan tidak merasa direpotkan. Kau jangan sungkan, Erlan.” 

Erlan tersenyum saja kemudian ia kembali berpamitan dan masuk ke mobil. Pria itu lantas mengendarai mobilnya. 

***  

“Alyn.” 

“Alyn!” 

Beberapa kali mengetuk pintu dan tidak mendapatkan sahutan dari anaknya membuat Erin membuka pintu kamar Alyn. Wanita itu lantas melebarkan mata sambil menggeleng beberapa kali.

“Oh, astaga. Lihatlah gadis ini,” keluh Erin ketika melihat Alyn yang masih tidur, padahal hari sudah siang. 

Sebenarnya tidak ada masalah jika bangun siang bagi Erin, tetapi situasinya berbeda karena Alyn harus berkerja! 

“Alyn, bangunlah. Kau bilang hari ini ada shif pagi. Kenapa masih tidur begitu?” keluh Erin sambil menggoyangkan tubuh anaknya.

Sontak Alyn langsung bangun dan melihat jam waker yang sudah menunjukan jam setengah tujuh pagi. Terang saja Alyn terkejut lalu segera ke kamar mandi.

“Ibu, aku kesiangan!” pekik Wanita itu.

Dengan mandi ala kadarnya, Alyn bisa dengan cepat menyelesaikannya. Wanita itu bahkan kerepotan ketika bersiap untuk berangkat kerja. 

“Ibu, aku berangkat dulu!” ujar Alyn dengan hanya memakai seragam tanpa merias diri.  

“Kau tidak ingin sarapan?”  

“Tidak. Aku sudah terlambat!”  

Wanita itu benar-benar pergi dari rumahnya dengan berlari menuju halte bus. “Aku harap masih ada bus yang tersisa,” gumannya. 

Begitu tiba, bus terakhir baru saja melaju meninggalkan halte. Tentu saja hal itu membuat Alyn kelimpungan.  

“Hei, tunggu!” Alyn berusaha mengejar, tetapi bus terlalu sulit untuk dikejar. 

Alhasil Alyn ketinggalan yang membuatnya mencak-mencak. “Sial. Ini semua gara-gara pria itu!” 

Ya, Alyn kesulitan tidur akibat terlalu memikirkan kejadian tadi malam. Ketika tanpa sengaja Erlan menindihnya.  

Tiiin!

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depannya, ketika Alyn sibuk memesan taksi. Sontak Alyn menoleh ketika seseorang memanggilnya. “Mama!” 

“Gempi,” ucap Alyn dengan mata melebar karena tidak menyangka akan bertemu di sini.

“Gempi memaksaku berhenti karena tadi kau terlihat mengejar mobil.” Sebelum mendapatkan pertanyaan, Erlan sudah lebih dulu memberi alasan yang membuat Alyn meringis kecil.

Alyn cukup malu, tetapi itulah kenyataannya. “Aku sedikit terlambat, jadi buru-buru.”

Setelah mengatakan itu, Alyn mengalihkan perhatiannya kepada Gempi. “Gempi, mama harus bekerja dulu—” 

“Naiklah!” cetus Erlan membuat Alyn mengerjap beberapa kali. 

Wanita itu lantas menatap Erlan dengan bingung. Hingga ia kembali mendapatkan teguran. “Apa kau akan diam saja? Ayo naik! Bus terakhir sudah pergi, dan akan ada lagi sekitar satu jam mendatang.”

Yang dikatakan Erlan benar. Lagipula ini keadaannya memang mepet, sehingga dengan perasaan tidak enak Alyn masuk mobil. “Terima kasih,” ucapnya. 

“Hemm.”

“Yeaay, kita satu mobil!” Berbeda dengan Erlan yang bersikap ketus, Gempi malah bersorak.

Gadis manis itu benar-benar senang, dan tidak menyesal ketika tadi memaksa papanya untuk memanggil Alyn yang mengejar bus. Iya, semua karena Gempi. Andai bukan … sudah pasti Erlan tidak akan peduli seperti ini. 

Alyn tersenyum saja lalu mengeluarkan peralatan make upnya. Setelah itu dengan lihai Alyn merias dirinya sambil sesekali melihat ke arah kaca spion yang ada di atas. Jelas itu membuat Erlan risih.

“Mama, kau cantik. Aku jadi ingin berdandan seperti itu!” pekik Gempi sambil menatap Alyn yang kini tengah menggulung rambutnya. 

“Nanti setelah besar kau bisa melakukannya, Gempi sayang.” Alyn tersenyum kepada Gempi.

Sementara Erlan malah mendengus mendengar percakapan Alyn dan anaknya itu. Setelahnya Erlan menghentikan mobil begitu tiba di sekolah Gempi yang kebetulan memiliki arah yang sama dengan perusahaannya.

Pria itu turun lalu mengajak Gempi turun. Namun, diluar dugaan … Gempi ingin turun bersama dengan Alyn yang sejujurnya sedang diburu waktu. 

“Gempi—”

“Mama, ayo!” Gadis manis itu merengek yang membuat Alyn kasian. 

Sehingga dengan perasaan enggan Alyn ikut mengantarkan Gempi. “Ayo, kita masuk!” 

“Yeaay!” Gempi bersorak lalu keluar dari mobil.

Mereka bertiga berjalan dengan Gempi yang di tengah. Sehingga seperti Gempi yang memiliki  orang tua lengkap.

“Gempi!” panggil salah satu teman Gempi. 

“Nara!” Gempi balas menyapa.

Nara melambaikan tangannya lalu menyapa Erlan yang sudah ia kenal sebagai papa Gempi. “Paman ….”

Ucapan Nara terhenti ketika melihat Alyn yang ada di samping Gempi. Sehingga dengan refleks gadis kecil itu menatap temannya. “Gempi, siapa dia?”  

“Dia mamaku!” jawab Gempi dengan riang juga keras.

Sontak jawaban Gempi membuat orang-orang di sekitar menoleh ke arah sumber suara kemudian berbisik-bisik ketika mengetahui jika Erlan membawa seorang wanita. Terlebih Gempi menyebutnya sebagai mama! 

Sementara Alyn memilih menunduk ketika tiba-tiba saja menjadi pusat perhatian. “Tuan, kenapa mereka menatapku seperti itu?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status