Share

Bab 7. Tidak nyaman

“Tuan, aku benar-benar tidak nyaman dengan yang tadi.” Alyn mengeluh setelah kembali ke mobil.

Tentu saja Erlan merasa jengah. “Bukan hanya kau, tapi aku juga! Jadi jangan merasa menjadi wanita yang paling malang. Lagipula … anggap saja kejadian tadi sebagai tanda terima kasihmu karena aku sudah menolongmu.” 

Alyn langsung bungkam. Ucapan pria itu benar, tetapi bukankah ia juga pernah menolong Erlan ketika dalam kesulitan? Dan Alyn bahkan tidak mengungkit itu! 

Betah dalam diam, akhirnya mereka tiba di bandara. Sehingga Alyn lekas turun. “Tuan, terima kasih atas pertolongannya.” 

“Hemm.” 

Setelahnya Alyn benar-benar pergi dari sana karena sudah terlambat. Wanita itu bahkan terlihat buru-buru ketika akan menyeberang. Membuat Erlan yang melihatnya berdecap pelan. 

“Ceroboh. Bisa-bisanya Gempi menyukai wanita seperti itu,” keluhnya. 

Pria itu kembali teringat dengan Gempi yang menangis ketika mereka baru tiba di rumah. Hal itu jelas membuat Erlan jengah. Hanya saja … tidak ada yang bisa ia lakukan untuk meredam keinginan Gempi yang sudah berada di puncak.

Entah karena didikannya yang salah, atau ada hal lain. Namun yang pasti, Erlan merasa ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. 

“Huufftt ….” Erlan mengembuskan napasnya dengan kasar kemudian kembali melanjutkan perjalanan menuju kantornya yang berjarak tidak jauh dari bandara. 

Begitu tiba, pria itu langsung mendapatkan sapaan ramah dari para karyawan yang ada di sekitar. Meski begitu, tidak satupun yang dibalas oleh Erlan.

Pria itu tetap berjalan dengan dagu yang sedikit terangkat. Hingga akhirnya Erlan tiba di ruangannya.

“Pagi, Tuan Erlan.” Mona yang merupakan sekretaris Erlan menyapa dengan senyuman yang manis. Meski begitu tidak mampu menarik perhatian pria yang hatinya sudah beku setelah ditinggal mendiang istrinya ketika melahirkan.

Iya, Gimma–mendiang istri Erlan mengembuskan napas terakhirnya tepat setelah wanita itu melahirkan Gempi. Tentu itu menjadi pukulan yang begitu hebat bagi Erlan yang sangat mencintai istrinya.

Dunia pria itu benar-benar hancur. Langit bahkan terasa runtuh dan menimpa kepalanya. Sehingga pria itu berjanji akan terus mencintai Gimma meski sudah tidak ada sebagai tanda terima kasihnya kepada wanita yang sudah memberikannya gelar sebagai seorang ayah.   

“Tuan, apa Anda membutuhkan sesuatu?” tanya Mona menghampiri Erlan yang baru saja duduk di kursi kebesarannya.  

“Kopi, buatkan aku kopi.” Erlan bicara tanpa melihat ke arah Mona yang tampak seksi dengan penampilannya.

“Baik, Tuan.” Mona pergi dari ruangan Erlan untuk membuatkan kopi. Sementara Erlan memilih langsung memeriksa berkas yang sudah siap di atas meja. 

*** 

“Papa, kemarin mama sudah berjanji akan mengajakku bermain. Tapi mama belum juga menjemputku.”  Baru saja Erlan tiba di rumah, ia sudah mendapatkan keluhan dari Gempi yang sejak tadi menunggu Alyn. 

Gadis manis itu masih teringat dengan janji Alyn kemarin. Sehingga tidak sabar untuk bermain. Namun, sore hampir berakhir dan Alyn tidak juga datang. 

Tentu saja Erlan kembali dibuat jengah karena lagi-lagi anaknya ingin bertemu dengan wanita yang disebut ceroboh. “Gempi, bermainnya besok lagi. Ini sudah malam,” ujarnya.  

“Tidak. Aku merindukan mama,” cetus Gempi kembali bersikap keras kepala. 

“Gempi—” 

“Sudah, Erlan. Jangan memarahi Gempi,” sela Gian yang melihat raut wajah anaknya.

Erlan mendesah pelan lalu menatap ibunya dengan kesal. “Ibu selalu saja memanjakan Gempi. Lihat, sekarang anakku menjadi pembangkang, dan lagi … wanita itu malah menjanjikan sesuatu yang mustahil.” 

“Mustahil bagaimana? Tadi ibu mengirim pesan dan Alyn akan ke mari setelah pulang bekerja. Dan ibu sudah mengatakan jika kau akan menjemputnya.” 

Lagi-lagi Erlan merasa kesal dengan ibunya yang mengambil kesimpulan secara sepihak. “Ibu, kenapa kau selalu mengambil keputusan tanpa bertanya dulu padaku?”

“Karena jika ibu bertanya, kau akan menolaknya! Sudah lebih baik kau mandi dan bersiap menjemput Alyn.”

Pria itu mendengus lalu pergi begitu saja ke kamarnya.  

Meski kesal, tetapi pada kenyataannya Erlan tetap bersiap untuk menjemput Alyn di bandara. Ini benar-benar merepotkan, dan Erlan merasa enggan andai bukan karena anaknya yang terlanjur menyukai pramugari cantik itu.  

Ya, Erlan tidak bisa mengelak jika Alyn sangatlah cantik. Namun, hal itu tidak akan cukup untuk membuat Erlan jatuh cinta. Terlebih cintanya sudah habis kepada mendiang istrinya. 

“Papa, Gempi ikut!” Gempi langsung merengek begitu melihat papanya akan pergi.

“Tidak, Gempi. Kau tunggulah di rumah,” ujar Erlan membuat Gempi merengut.

“Papa—”

“Yang dikatakan papamu benar, Gempi. Lebih baik kau menunggu di sini bersama nenek. Nanti papa akan membawa mama pulang ke mari.”  

“Benarkah?” Mata Gempi langsung berbinar, sedangkan Erlan kembali dibuat terkejut dengan ucapan ibunya. 

“Apa yang kau maksud pulang, Ma? Rumahnya bukan di sini. Dia hanya akan bermain sebentar dengan Gempi.” Pria itu cepat meralat. 

“Terserah kau saja. Lebih baik sekarang kau jemput Alyn.” 

Tidak ingin kembali berdebat, Erlan memilih patuh. Pria itu mengendarai mobilnya menuju bandara. 

Tiba di sana Erlan menunggu Alyn beberapa saat. Hingga tidak lama dari itu wanita yang ditunggunya terlihat juga bersama dengan temannya. 

Segera Erlan menghubungi nomor Alyn yang ia dapatkan dari ibunya. “Aku menunggu di bagian kanan, kau cepatlah!” 

Dapat Erlan lihat jika Alyn mengerutkan keningnya setelah mendengar ia bicara. Wanita lantas mengedarkan pandangan.

“Alyn, kau mencari apa?” tanya Cleo.  

“Ah, tidak. Em … Cleo, sepertinya aku harus pergi duluan. Kau tidak apa-apa ‘kan?”

“Yeaah. Jika kau memiliki keperluan, pergilah lebih dulu.”  

Alyn mengangguk lalu melambaikan tangan sebelum ia menghampiri Erlan yang tengah melipat kedua tangannya di depan dada. “Kenapa kau lambat sekali?”

Baru saja tiba di hadapan Erlan, pria itu sudah mencerca Alyn. Jelas hal itu membuat Alyn memutar bola matanya dengan malas. “Tuan, jika kau tidak ingin menunggu. Aku bisa menggunakan taksi!”  

“Ck! Cepatlah masuk,” cetus Erlan sebelum masuk mobil. Sehingga membuat Alyn mendengus sebal.

Oh, bukankah tadi Erlan yang mengatakannya lambat? 

Tidak ingin membuat suasana semakin keruh, Alyn lantas masuk. Membuat Cleo yang tanpa sengaja melihat kejadian barusan mengerutkan kening.  

“Bukankah itu Tuan Erlan, lalu kenapa Alyn bersamanya?” gumam Cleo sambil terus melihat mobil yang dikendarai Erlan menjauh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status