Tatapan penuh kerinduan terpancar dari netra keduanya yang begitu dalam. Keduanya bertahan dalam posisi tubuh Alina setengah melengkung ke bawah, dan posisi keduanya terlihat sangat intim.
Hingga keduanya dikejutkan oleh suara seseorang yang begitu keras dan membuat Panji mengeraskan rahangnya."Ya elaaah Boos, masih jam berapa bos udah main mesra-mesraan aja," teriak Doni yang menggoda Panji.Panji dan Alina pun tersadar, seketika Alina mendorong dada bidang Panji untuk melepaskan pelukannya dan Alina merasa sangat malu hingga memalingkan wajahnya, sangat terlihat jelas rona merah di pipinya. Panji langsung berbalik menghadap dua larva yang sudah berdiri di belakangnya."Jangan sotoy jadi orang! Mana ada aku mesra-mesraan di taman, ini cuma salah paham Alina tadi mau terjatuh karena keserimpet selang!" kata Panji mencoba mengelak."Apa kau merasa cemburu?" tanya Panji yang sekarang ganti menggoda Dion."Rama tersedak salivanya sAlina pun langsung berhambur masuk ke dalam pelukan Lisa dan memeluknya dengan sangat erat."Papa dan Mama jawab dulu pertanyaanku?" Kata Panji merasa kesal karena Mama dan Papa tidak kunjung menjawab pertanyaannya.Bukannya Lisa menjawab pertanyaan Pak haji iya malah melewati anak itu dengan menggandeng Alina untuk duduk di kursi berdampingan dengannya. Insya Allah tidak melihat Panji yang berada tepat di hadapannya.Lisa dan Aaron masih merasa kesal atas perbuatan Panji yang telah menekan Alina hingga sekarang menjadi istrinya. Bisa tidak pernah mengajarkan pada anaknya perbuatan buruk untuk menolong orang lain dengan tidak ikhlas atau ada timbal baliknya."Ma, Pa, kalian kenapa kemari sambil membawa koper lagi? Kata Panji yang melontarkan ketiga kalinya pertanyaan yang sama pada kedua orang tuanya.Alina pun merasa kasihan melihat Panji yang dicuekin oleh kedua orang tuanya sendiri, Ia pun berinisiatif untuk menanyakannya pada Lisa dan
Alina sedang menemani Lisa di ruang tengah dengan menonton acara televisi, sebuah acara berita yang sangat membuat Alina shock dan tiba-tiba membuatnya menangis tergugu.Lisa sangat terkejut melihat Alina menangis hingga seperti ini, ia pun berteriak memanggil Panji dan juga Aaron. Ia khawatir jika Alina menangis karena rasa sakit atas janin yang sedang ia kandung."Papa.... Panji....," teriak Lisa panik."Ada apa Ma?" tanya ayah dan anak itu setelah menghampiri Lisa dan Alina.Panji langsung duduk di samping dan menanyakan apa yang terjadi."Sayang kamu kenapa? Apakah ada yang sakit, ayo kita berangkat ke dokter saja," kata Panji dengan lembut dan terlihat dari raut wajahnya ia sangat mengkhawatirkan."Tidak perlu Tuan," kata Alina menahan Panji yang hendak menggendongnya ala bridge style.Panji kemudian mengurungkan niatnya, yang memperhatikan Alina yang menunjuk ke arah televisi. Gimana acara televisi itu menyiarkan b
Di tempat lain Burhan sedang menikmati secangkir kopi di warung makan di pinggir jalan, iya dikagetkan dengan beberapa orang berpakaian serba hitam dan menodongkan pistol tepat di kepalanya. Burhan sudah tidak bisa berkutik lagi ia langsung dibekuk saat itu juga dan para warga yang sedang makan di rumah makan pun berhamburan keluar mencari tempat yang aman.Semua orang takut dengan orang-orang yang membawa beberapa pistol di tangannya, takut-takut nanti mereka berpikir akan kena tembakan salah sasaran."Siapa kalian?""Kau ikuti kami, atau peluru ini menembus otakmu!" Kata seseorang yang berpakaian serba hitam dan memakai masker sambil menodongkan pistol, tepat di kepala Burhan yang sedang asyik menikmati secangkir kopi. Dan iya reflek mengangkat kedua tangannya ke atas tanda ia menyerah"Jangan main-main dengan senjata itu!" kata Burhan dengan suara yang sedikit bergetar."Kau yang jangan main-main! Kau mau ikut, atau kutembak di sini se
Entah kenapa Alina merasakan nyeri di dadanya ada perasaan sesak di hatinya, dan air mata tak berhenti-berhenti mengalir dari ujung netranya. Tapi Alina apa yang terjadi hingga ia tiba-tiba sedih.Bayangan wajah ibunya saat terbaring lemah di rumah sakit menari-nari di pelupuk matanya.Mbak Sumi yang sedari tadi memperhatikan Alina nampak murung dan sedih menghampiri dan duduk di sebelah Alina."Kamu kenapa Al? Apa yang kamu rasakan?" tanya Mbak Sumi"Mbok aku tiba-tiba aku rindu sama ibu," kata Alina yang mulai terisak."Doakan saja semoga ibu kamu baik-baik saja!" Nasehat Mbok Sumi sambil mengelus punggung Alina."Mbok boleh aku meminjam handphon," kata Alina pelan dan hati-hati. Ia takut jika Bu Sumi tidak akan mengizinkan Alina meminjam handphonenya."Boleh dong, kamu mau nelpon Nina?"tanya Mbak Sumi yang langsung memberikan handphone miliknya yang berada di kantong celananya.Alina menerima handphone itu de
Nina sangat bahagia saat bisa bertemu dengan Alina, akan tetapi senyumnya pudar saat tatapan matanya beralih ke perut Alina yang membesar. Nina hanya bisa diam dengan netra yang berkaca-kaca, melihat keadaan putrinya yang sedang dalam keadaan mengandung."Ibuuu," seru Alina lirih dan langsung berhambur memeluk tubuh Nina yang terlihat kurus. Pundaknya terguncang akibat tangisannya yang pecah.Nina masih diam tanpa suara tanpa ekspresi dan tanpa membalas pelukan sang anak. Ada rasa kecewa yang begitu besar di hatinya. Dan ada rasa bersalah yang mendominasi sikapnya pada Alina.Sebagai seorang ibu Nina merasa sangat kecewa karena Alina selama ini telah membohonginya merahasiakan pernikahannya dengan sang majikan."Ibuu...., Kenapa Ibu diam saja? Apakah ibu tidak merindukanku? Apakah Ibu marah kecewa sama Alina Bu...,""Maafkan Alina jika Alina salah, tapi semua yang Alina lakukan ini hanya demi ibu, untuk kesembuhan ibu, Alina nggak mau ibu kenapa-kenapa Alina mau ibu sembuh, maafin Ali
"Boos....," Sapa Dion sambil menganggukkan kepalanya."Ada apa?" tanya Panji dingin."Boos, sepertinya harus menemui Nyonya Maria di dalam sel, karena sepertinya Nyonya Maria sedang dalam keadaan sakit. Wajahnya terlihat sangat pucat dan dia tidak mau makan.""Bawa saja dia ke dokter! Tapi awas jangan sampai lolos karena dia sangat berbahaya buat Alina!" kata Panji dengan raut wajah yang sangar dan tanpa ekspresi senyum.Saat pembicaraan keduanya belum selesai Alina menghampiri keduanya dan ia menyapa Dion membuat Panji tidak suka. Terbersit terasa cemburu di hati Panji akan tetapi ia tidak mau menunjukkannya di depan Alina. Hanya saja Dion paham dan ia segera pamit undur diri karena akan mengurus Maria yang sedang sakit di tahanan."Ya sudah bos kalau gitu aku pamit dulu," kata dia pamit dan segera akan melangkahkan kakinya akan tetapi Alina mencegahnya."Kak Dion, kakak mau ke mana?" Tanya Alina menghampiri Dion yang sudah berj
Panji sudah menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya dan juga Ibu Alina serta Paman Asep. Keempat orang tua itu sesaat hening diam tanpa sepatah kata pun. Hingga terdengar kata-kata yang dilontarkan Nina membuat semua orang terkejut apalagi Lisa hanya sebagai sahabatnya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Nina. "Sekarang Aku hanya bisa menyerahkan semua keputusan hanya kepada anakku yaitu Alina, dia yang akan menjalani hubungan rumah tangga bersama Panji." Kata Nina memecahkan keheningan. Membuat Lisa tersenyum bahagia Ia tidak menyangka jika Nina punya hati yang sangat luas dan berlapang dada menerima semuanya. Seperti mendapatkan angin segar, Panji bisa bernafas dengan lega karena mendapatkan lampu merah dari sang mertua. Panji berjalan mendekati Alina lalu merangkulnya dan berpamitan kepada kedua orang tuanya Bu Nina dan Paman Asep, untuk membawa Alina masuk dalam kamar alih-alih akan menyuruh A
"Hei..., Gadis sialan jangan kabur kau!" Seru seorang pria paruh baya yang berbadan tambun dengan perutnya yang terlihat buncit. Pria itu terus mendekati ke arah gadis yang bersembunyi di belakang Dion dengan menatap nyalang dan seolah-olah mengistimidasi Dion untuk melepaskan gadis yang sedang meminta pertolongannya. Gadis itu sangat ketakutan Dion bisa merasakan jika tangan gadis itu terasa dingin dan berkeringat sedikit gemetaran. "Berikan gadis sialan itu! Maka aku akan melepaskanmu!"seru pria paruh baya itu lagi. "Jangan sentuh dia! Jika kau tidak akan mau menyesal, Pergilah!" Kata Dion dingin dan menatap tajam ke arah pria itu dengan raut wajah yang dibuat sangar. "Aku tidak akan pergi sebelum membawanya pergi bersamaku! Aku harap kau jangan ikut campur! Karena dia calon istriku!" Jawab pria itu menekankan calon istri agar dia mau melepaskan gadis yang sedang memeluk tubuhnya dan bersembunyi di belakang