Share

5. Pernikahan

Setelahnya Katherine tersenyum hingga memperlihatkan gigi-gigi putihnya berjejer dengan sangat rapi. Dia lirik sekilas ke samping, di mana Grace memandangnya dengan tatapan terkejut. Sampai-sampai bola mata Grace hampir saja keluar.

Katherine menggeser sedikit kakinya tiba-tiba.

"Grace, begitu caranya melamar, 'kan?" tanyanya agak pelan sambil lirik-lirik Frederick ke depan.

Sedari tadi Frederick sedang duduk di atas kuda seraya memandanginya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

Grace tersenyum meringis hendak membalas. Namun dia urungkan tatkala melihat Frederick mulai turun dari kuda. Tak lupa Grace memberi bahasa isyarat pada Katherine.

Katherine buru-buru memandang ke depan sambil melempar senyum lebar pada Frederick, yang saat ini melangkah dengan gagah dan tegap, menghampirinya.

Frederick menghentikan langkah kaki tepat di depan Katherine. "Kau bilang apa tadi? Coba ulangi."

Karena tinggi badan Frederick tinggi, alhasil Katherine mendongak. Ia membungkuk hormat kembali sesaat. "Aku bilang maukah Pangeran menikah denganku."

Frederick tak langsung menjawab. Alis kanannya terangkat seketika, dia pun menaruh kedua tangannya di belakang sambil mengitari Katherine. "Denganmu, bukankah kau akan menikah?"

Katherine tersenyum lebar lagi. "Iya, selama ini aku diam-diam menyukai Pangeran, maaf jika aku baru bisa mengutarakannya sekarang. Tidak, pernikahan itu tanpa dasar cinta."

'Oh my God, menjijikkan sekali, sejak kapan aku menyukai dia, tidak apa-apa Katherine, ini demi membalas semua rasa sakitmu tadi malam!'

Katherine berseru di dalam hati. Dia berencana akan membalaskan dendam dengan menggunakan kekuasaan Frederick, putra mahkota yang digadang-gadang akan menjadi raja di masa depan.

"Sejak kapan?" Ada senyum angkuh terukir di wajah Frederick. Lelaki berambut blonde itu menyugar rambut ke atas, membuat rambut-rambutnya jatuh terbelah.

Katherine tak langsung menanggapi. Kedua matanya bergerak-gerak ke sana kemari tengah mencari jawaban.

"Sejak kapan?" Frederick mengulangi pertanyaan, tampak tak sabaran.

"Sebelum Anda lahir," celetuk Katherine tiba-tiba dengan mata sedikit terbelalak. Dia terkejut akan jawabannya sendiri barusan.

Grace pun tak kalah kagetnya, hingga membuat bibirnya mengangga lebar.

Katherine reflek menundukkan kepala lalu memukul pelan kepalanya, merutuki kebodohannya itu. 'Astaga, apa aku sudah gila?'

Mata elang Frederick melihat dengan seksama tingkah laku Katherine. Dalam hitungan detik ia memutar tumit ke belakang.

"Ditolak!" sahut Frederick sembari mendekati kuda putih.

"Apa?" Katherine mengangkat wajah. Dengan tergesa-gesa mengekori Frederick. "Tapi Pangeran, aku benar-benar menyukai Pangeran, aku tidak tahu sejak kapan menyukai Anda. Aku tadi asal berbicara karena gugup berhadapan dengan Anda."

Kaki Frederick berhenti bergerak tepat di samping kuda. Dia pun menyeringai tipis. "Alasanmu sangat tidak masuk diakal, kau tentu saja tahu, sampai saat ini aku masih menunggu kekasihku untuk kembali. Aku tahu, aku memang tampan. Jadi tidak heran kau berani melamarku. Lagipula kau bukan tipeku, kau kecil dan mungil," sahutnya sambil melirik sekilas bagian dada Katherine.

Katherine mulai kesal, bibirnya mendadak mengerucut ke bawah. Selama ini dia sedikit tahu, karena paras rupawan Frederick, lelaki tersebut selalu diincar oleh banyak wanita. Tak pelak saat terdengar kabar Victoria menghilang, banyak para wanita berusaha mendekati Frederick.

"Dasar Pangeran mesum. Enak saja, punyaku tidak kecil, lebih besar dari semua wanita yang pernah kau temui!" seru Katherine. Tak ada lagi sikap hormat dan sopan santunnya.

Grace mulai ketar-ketir.

Sementara Frederick menyeringai tipis. "Ternyata kau berani denganku?"

Katherine mendengus lalu berkacak pinggang sambil memajukan dadanya dengan angkuh pula. Seolah-olah menantang sosok di depannya sekarang. "Iya, kenapa, kau tidak suka?"

Frederick tak segera membalas, dia kembali mengulas senyum, kali ini sangat lebar hingga membuat hawa di sekitar mencekam.

Grace tergesa-gesa mendekat, menyenggol sedikit lengan Katherine, memberinya kode untuk meminta maaf. "Nona."

Netra Katherine malah mendelik. "Shft, diamlah, pria seperti ini tidak tahu diri, enak saja dia bilang punyaku kecil." Dia arahkan kembali bola matanya ke depan. "Kenapa kau diam? Ayo cepat jawab, kau tidak suka aku melawanmu?"

Frederick balas dengan tertawa rendah sesaat. "Sepertinya kau salah paham, aku mengatakan badanmu yang kecil bukan dadamu, ya walaupun sebenarnya memang kecil, maaf kau bukan tipeku."

Katherine naik pitam. Dengan napas memburu dan mata melotot keluar ia maju beberapa langkah kemudian menarik kerah pakaian Frederick.

Frederick sedikit terkejut dengan pergerakkan Katherine.

Katherine tarik lagi dasi Frederick hingga membuat ujung hidung keduanya hampir saja bertemu.

"Dengarkan aku wahai pujaanku. Aku sangat-sangat mencintaimu, aku tidak bisa hidup tanpamu, belahlah dadaku jika kau tak percaya, masalah dadaku ini, nanti dia pasti akan besar. Terimalah lamaranku, mari kita menikah!" teriak Katherine menggebu-gebu.

Apa boleh buat Katherine akan melakukan segala macam cara untuk bisa menikah dengan Frederick. Meskipun harus merendahkan harga dirinya. Dia tak peduli lagi akan penilaian Frederick tentang dirinya.

Frederick tidak langsung membalas. Dia melirik ke kanan dan kiri sejenak.

"Lagipula kalau kau menikah denganku, kau tidak akan rugi!" sambung Katherine lagi.

Detik selanjutnya, mata Katherine langsung membola. Baru sadar akan ucapan dan sikapnya yang terkesan vulgar dan tidak beretika.

'Astaga, ada apa denganku?' Katherine bergegas menoleh ke samping, melihat Grace membekap mulutnya sendiri. Wanita itu tak dapat berkata-kata atas sikap majikannya yang di luar nalar.

Katherine putar lagi bola matanya ke segala arah, melihat di depan sana, tukang penyapu yang menyapu daun di bawah pohon, wanita yang menyirami bunga dan beberapa asisten istana memandang ke arah mereka dengan raut muka tampak syok.

Katherine mendadak kikuk. Ingin sekali dia bersembunyi di balik pohon. Karena malu akan sikapnya yang di luar kendali saat ini.

'Bodoh sekali kau Katherine!' Katherine melempar senyum kecut pada semua orang yang berada di sekitar.

Sampai pada akhirnya dehaman rendah Frederick membuat Katherine mengalihkan pandangan ke depan.

"Hmmm, baiklah aku menerima lamaranmu, bisakah kau menurunkan tanganmu sekarang,"ujar Frederick.

Dengan cepat Katherine melepaskan kerah kemeja putih Frederick lalu mundur beberapa langkah. Katherine pun langsung menunduk.

"Jadi Anda menerima lamaranku Pangeran?" tanyanya tanpa menatap lawan bicara.

Tanpa disadari Katherine, Frederick menyeringai tajam sejenak. "Iya, nanti malam datanglah kemari, kau harus bertemu raja dan ratu."

Katherine mengangkat kepala, tak menyangka Frederick akan menerima lamarannya setelah dia tidak bersikap sopan tadi. Sepasang mata abu-abu itu langsung berbinar-binar. "Baik, terima kasih Pangeran."

Frederick tiba-tiba maju, merendahkan tubuh kemudian mendekatkan bibir ke telinga Katherine. Mata Katherine sontak terbelalak.

"Sama-sama, Nona kecil. Pakailah gaun yang seksi, agar dadamu kelihatan berisi," ujar Frederick seraya melirik dada Katherine sekilas.

Katherine pun mulai kesal, hendak menyanggah. Namun Frederick tiba-tiba berbalik kemudian melangkah dengan cepat ke depan. Dia tak sempat membalas dan hanya dapat memandangi punggung Frederick dari kejauhan.

"Sampai bertemu nanti malam Nona berdada kecil!" seru Frederick diiringi tawa keras di ujung sana.

"Dasar Pangeran mesum! Awas kau!" Katherine kembali emosi hendak mengejar namun Grace menahan tangannya.

"Nona, hentikan, sudah ayo kita pulang." Grace melempar senyum kaku pada perkerja istana yang tersenyum lebar, melihat interaksi Frederick dan Katherine barusan.

Katherine tak menanggapi, malah menghentak-hentakkan kaki ke rumput sejenak. Setelah itu, dengan wajah tertekuk Katherine melengoskan muka, melenggang pergi. Meninggalkan Grace yang membungkuk hormat dan meminta maaf kepada seluruh perkerja di istana.

*

*

*

Sebulan kemudian.

Hari ini pernikahan Karl dan Katherine akan diadakan tiga puluh menit lagi di atas kapal pesiar.

"Selamat ya Karl, hari ini kau akan menjadi menantuku. Papa mau ke kamar dulu, melihat mama mertuamu apa sudah selesai berhias atau belum," ucap William, pamit undur diri.

Karl mengulum senyum. "Terima kasih Pa, silakan, oh ya Katherine ada di mana, aku mau bertemu dengannya sebentar."

William tersenyum lebar pula. "Sepertinya ada di kamar, kau tidak bisa sabaran ya, padahal sebentar lagi dia menjadi milikmu."

Karl hanya membalas dengan melempar senyum. Usai itu, William berlalu pergi dan Karl berjalan menuju kamar Katherine.

"Sayang ini aku, aku masuk ya." Sebelum masuk, Karl mengetuk pintu sebentar kemudian melangkah ke dalam.

Begitu pintu terbuka, dahinya langsung berkerut saat melihat ruangan nampak sepi.

"Katherine," panggil Karl sambil berjalan ke sana kemari, mencari Katherine.

Langkahnya tiba-tiba terhenti di dekat sofa, di mana gaun pengantin yang akan dipakai Katherine tergeletak di atas sofa.

Karl bertambah heran, perhatiannya teralihkan dengan secarik kertas kecil di atas gaun pengantin. Dia ambil kertas itu.

"Katherine!!!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status