Share

Istri Kontrak Tawanan CEO
Istri Kontrak Tawanan CEO
Penulis: yunita buncit

Kontrak

"Pokoknya, kamu harus menikah sore ini juga dengan anak sahabat papa," jelas Daniel.

Sepulang dari rumah sakit, Daniel berbicara dengan anaknya, kalau sore ini juga akan menikahkan sang anak dengan anak sahabat baiknya yang sudah sangat berjasa dalam hidupnya.

"Nggak bisa gitu dong, Pah," protes anaknya. "Aku gak cinta dan gak kenal dengan perempuan itu. Lagi pula, aku itu cintanya sama Sisilia," sambung anaknya lagi.

"Sisilia itu bukan perempuan baik-baik."

"Lalu, menurut papa, perempuan itu baik untukku? Aku rasa papa hanya belum mengenal Sisilia aja."

"Diam!" titah Daniel tidak mau mendengarkan alasan sang anak. "Sudah papa putuskan, kamu menikah sore ini juga. Tidak ada penolakan dan kalau kamu gak setuju, tinggalkan rumah ini!"

"Ma?" Richard, anak laki-laki Daniel tersebut memanggil mamanya.

"Arghhhh, brengsek!!" Richard mengumpat kesal sambil mengacak-acak rambutnya.

Kemudian dia duduk menekuk kepalanya dengan kedua tangannya, memijit pelipisnya merasa frustasi sendiri. Lalu, laki-laki itu pun berlalu keluar rumah.

***

"Pa?" panggil Elsa ke arah suaminya. "Apa papa yakin, menikahkan Richard dengan anaknya Bagas itu?" Elsa kemudian menghampiri suaminya yang saat ini tengah sibuk dengan ponselnya.

Setelah memastikan sambungan telepon dengan orang di seberang sana terputus, Daniel beralih kepada Elsa--istrinya. Perempuan paruh baya itu menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Yakin, Ma," jawab Daniel tanpa ada keraguan di dalamnya. "Kamu tahu, ini adalah bentuk balas budiku kepada Bagas."

"Nggak ada balas budi, Pa," sela Elsa. "Itu murni hasil kerja keras kita. Papa ingat, saat kita ingin mengembalikan dulu, mereka menolaknya."

"Sudah lah, turuti saja keinginanku. Toh ini yang terbaik untuk keluarga kita," titah Daniel mutlak tidak bisa diganggu gugat.

Istrinya berdecak sebal memutar bola matanya jengah.

***

Setelah pernikahannya, Resti diboyong ke rumah mewah milik laki-laki itu.

"Ngapain bengong?" tanya Richard

Resti mengelus dadanya karena terkejut akan suara Richard yang lantang. Seketika nyalinya menciut tatkala dia menatap sorot mata laki-laki itu yang dingin dan tajam.

Resti tau bahwa laki-laki itu sangat membencinya. Akan tetapi, mau bagaimana lagi, bahkan pernikahan mereka sudah dilaksanakan. Mereka sama-sama tidak ada yang bisa menolak keinginan orang tuanya masing-masing.

"I- iya, Mas," ucap Resti dengan terbata-bata.

Resti mengekori langkah Richard yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah.

"Duduk!" titah Richard.

Resti hanya menurut dan mendaratkan bokongnya di sofa. Dia memperhatikan apa yang dilakukan laki-laki itu.

Richard duduk bersandar di single sofa di sebrangnya, dengan melipat kedua tangannya di dada sesaat setelah melempar satu buah map ke atas meja.

"Baca dan pelajari, lalu kamu tanda tangan secepatnya?" titah laki-laki itu kembali, sambil menunjuk ke arah map yang dia lempar kan tadi ke arah Resti dengan menggunakan dagunya.

"Apa ini, Mas?" Resti bertanya sambil membuka satu persatu lembaran kertas yang ada dalam map tersebut.

Dia menautkan kedua alisnya tanda bingung dengan tulisan-tulisan yang ada dalam map yang dipegangnya saat ini, kemudian menoleh sekilas ke arah Richard seolah meminta jawaban.

"Itu surat perjanjian kontrak pernikahan. Pernikahan kita cuma 3 bulan dan setelahnya kita pisah. Aku akan menikah dengan kekasihku saat dia kembali dari LA nanti."

"Hah?" Resti terkejut mendengar ucapan Richard.

Belum juga sempat bertanya, laki-laki itu sudah kembali menjelaskan posisinya saat ini. Resti yang hanya sebagai seorang istri kontrak--yang suatu saat nanti akan dibuang jika sudah habis masa kontraknya, lalu digantikan oleh kekasih yang sangat dicintai nya.

"Kamu istriku sementara, jangan harap akan selamanya bisa jadi istriku. Dan satu lagi... harta? Kamu mau harta, 'kan?" ujar Richard sembari tersenyum remeh kepada Resti.

"Maksudnya? Aku gak paham." Resti bertanya kembali.

Jujur saja, Resti benar-benar dibuat bingung oleh perkataan Richard. Belum lagi, tatapan laki-laki itu seperti sedang merendahkannya.

"Halah... jangan pura-pura sok polos kamu! Aku tau isi dalam kepalamu saat ini. Dan aku juga tahu, perempuan macam apa kamu ini," lanjut Richard lagi. Richard mencondongkan kepalanya dan menatap istrinya dengan sorot mata yang tajam dan dingin. "Kamu dan keluarga kamu memanfaatkan kebaikan papaku."

Setelah mengucapkan itu, Richard berdiri meninggalkan Resti yang masih belum memahami semuanya. Tiba-tiba, dia menghentikan langkahnya tanpa membalikkan tubuhnya ke arah Resti dan berkata, "Kamarmu di bawah, ingat!" ujarnya, penuh dengan penekanan. "Jangan pernah naik ke lantai atas, apa lagi berani masuk kamarku!"

Richard meneruskan langkahnya kembali, untuk naik ke lantai atas menuju arah kamarnya.

Resti hanya bisa mengepalkan tangannya, sambil meremas dadanya yang terasa sesak dan sakit.

***

Selama 1 bulan menjalani rumah tangga, Resti benar-benar diacuhkan dan dianggap tidak ada.

Deru mesin mobil berhenti tepat di pekarangan di sebuah rumah mewah. Richard, laki-laki berwajah campuran Jerman itu turun dari dalam mobil miliknya. Dia melangkah masuk ke dalam rumahnya, dilihatnya tampak dalam keadaan sepi dan gelap.

"Ceroboh, tidur tanpa mengunci pintu," ujarnya sembari geleng-geleng kepala, lalu ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarnya guna membersihkan diri.

Setelah kegiatan bersih-bersihnya selesai, akhirnya dia turun untuk melihat istrinya.

"Sepi? Jadi dari tadi dia kerjaan-nya cuma tidur, istri macam apa dia itu?" Sambil terus menggerutu, laki-laki itu melangkah menuju kamar di mana saat ini istrinya berada.

Richard membuka pintu dengan kasar, saat sudah berada di depan kamar Resti. Yang dia lihat saat itu istrinya sedang meringkuk, dengan tubuh yang tertutup oleh selimut tebal.

"Heh, bangun! Dari tadi kerjamu hanya bermalas-malasan? Bangun!" hardik Richard sembari mengguncangkan tubuh istrinya.

Suara bentakan Richard yang menggelegar membangunkan Resti yang saat itu sedang tertidur nyenyak. Resti terkesiap langsung duduk dengan tatapan kosong. Mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu yang masih belum sepenuhnya kembali. Dia memejamkan matanya sejenak guna menahan rasa nyeri di kepalanya.

"Bangun, tidur aja kamu dari tadi. Cepat, buatkan saya makan malam!" titah Richard sambil menatap kearah Resti dengan sorot mata yang tajam, seakan-akan ingin melahapnya hidup-hidup dan berlalu keluar kamar dengan membanting pintu dengan kasar.

Resti beranjak berdiri bergegas menuju arah dapur, mempersiapkan hidangan makan malamnya. Walaupun kepalanya terasa berat tapi dia paksakan untuk memasak, karena ini adalah permintaan suaminya yang pertama.

Kini hidangan itu sudah tertata rapih di meja makan, air dalam gelas sudah dituangkannya. Hanya tinggal menunggu suaminya saja.

Resti menghampiri Richard yang saat ini sedang berada di ruang santai. Dia melihat suaminya sedang berdebat melalui sambungan telponnya. Dia pun memberanikan diri menghampirinya sembari berkata.

"Mas, masakannya udah siap?"

Richard berjinjit kaget tatkala mendengar suara istrinya. Untung saja telpon yang ada di genggamannya tidak terjatuh. Laki-laki itu menoleh ke arah istrinya. Wajahnya terlihat memerah sembari menatapnya dengan horor.

"Sebentar, nanti aku telpon lagi. Aku mau kasih pelajaran dulu sama perempuan satu ini." Richard menutup teleponnya setelah berbicara dengan orang di seberang sana.

Laki-laki itu menaruh telpon nya di atas meja sembari beranjak berdiri menghampiri istrinya.

Resti takut melihat sorot matanya saat ini, refleks dia memundurkan langkahnya hingga terhenti saat tubuhnya membentur tembok.

Richard mencengkram dagu istrinya dengan kuat dan sedikit menekannya, Resti hanya bisa meringis dan memejamkan matanya sembari menahan sakit atas kuku suaminya yang menancap di kulit halus miliknya.

"Kamu tahu apa kesalahanmu?" ucap Richard sembari menatap istrinya dengan sorot mta tajam. "Gara-gara kamu, aku dan kekasihku nggak mungkin secepatnya bisa menikah karena akan sulit untuk mendapatkan restu dari papa. Gara-gara kamu juga, harta yang keluarga aku miliki akan menjadi milikmu apabila aku menceraikanmu."

Resti hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan lemah, matanya terus menatap suaminya dengan tatapan nanar, tanpa sedikit pun mau membantahnya.

Tubuhnya bergetar seiring air matanya yang sudah tidak bisa dia tahan lagi.

"Kekasihku memutuskan hubungan kami secara sepihak karena tahu kalau aku sudah menikah. Sampai di sini kamu paham apa kesalahanmu?" lanjut laki-laki itu lagi dengan sorot matanya yang menyala ke arah istrinya. "Enyah kamu dari hadapanku! Aku muak ngelihat tampang sok polosmu itu."

Richard melepas cengkramannya dengan kasar pada dagu Resti. Hingga menimbulkan bekas kemerahan di pipinya.

"Maafin aku, Mas. Aku gak bermaksud menjadi penghalang kebahagiaan buat kalian berdua."

"Halah, jangan sok suci kamu! Aku tahu, orang tuamu menginginkan harta keluargaku. Maka dari itu, dia merencanakan semuanya. Dan setelahnya, bisa kamu ambil dan kuasai seluruhnya," hina Richard ke arah Resti.

Resti terus menangis sembari mengepalkan tangannya. Menahan amarah dan menatap suaminya dengan tajam.

"Harta katamu!" Resti mendecih. "Ambil, Mas! Aku gak perduli dengan harta... aku gak butuh harta. Tapi jangan sekali-kali kamu hina ayah dan ibuku. Bahkan sampai kamu mengusirku, aku gak akan bawa harta keluargamu. Sepeserpun aku nggak membutuhkan itu." Resti berkata dengan penuh penekanan di akhir kalimatnya.

Entah dapat keberanian dari mana dia bisa melawan suaminya. Selama ini dia selalu diam dan tidak pernah perduli, mau dihina atau dimaki asal jangan bawa-bawa nama kedua orang tuanya.

"Diam, kamu!" geram Richard sembari refleks menampar Resti dan menunjuknya. Laki-laki itu berkata kembali sembari menjambak rambut Resti. Hingga kepala Resti mendongak keatas. "Dasar perempuan sialan! Aku tahu siapa kamu sebenarnya dan apa rencana kamu selanjutnya." Setelah puas menghina istrinya, Richard mendorong Resti hingga kepala perempuan itu terbentur tembok.

Rasa sakit dan luka fisiknya tidak sebanding dengan luka hatinya saat ini.

"Dasar laki-laki berengsek" umpat Resti dengan kencang.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Hayati Srie
ko kasar bngt
goodnovel comment avatar
annasya 74
Richard laki laki yg nyebelin ... tega bgt sama resti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status