Share

Bagian 101

Kujawab dengan anggukan. “Ayo, kita pergi,” aku mengajak, agar kami tidak lama-lama berduaan.

 “Kamu sudah memikirkan panggilan untukku?” Pak Irsya bertanya sambil meletakkan dagu di pundak ini.

ulai lagi membuat suasana horornya.

“Maunya dipanggil apa? Aku nurut saja.”

“Papa, sama seperti anak-anak memanggilku.”

“Ya, tapi itu butuh waktu. Aku merasa canggung dan malu, beda dengan anak-anak.”

“Baiklah, mas aja, gak apa-apa.”

“Iya, Mas,” ucapku, lembut.

“Nia,” panggilnya,masih menempelkan dagu. “Nikahnya nanti sore, ya? Sepulang kita dari KUA.” Dirinya melingkarkan satu tangan ke pinggangku. “Aku takut khilaf.”

“Iya,” jawabku sambil memberanikan diri mencubit hidung bangirnya.

Betul juga yang dikatakannya. Kami harus cepat menikah meski secara siri. Menunggu dua belas hari, bila s

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Dede Suandy
ah terlalu melenceng dari reallyta, masa harta kekayaan balik nama anak orang...
goodnovel comment avatar
ANDI KARTIKA SRI RAHAYU
toko meubelnya punya pak Irsya
goodnovel comment avatar
Rohmah Hudati
tapi ada lo yg kaya pak Irsya beneran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status