Share

Dosen Posesif itu Suamiku

Setelah tiga hari menikah dengan Daniel, Frisca kembali memutuskan untuk berkuliah seperti biasa. Ia yakin dua sahabatnya pasti menunggunya dari liburan pernikahan.

Frisca sudah berada di kampus saat ini, terpaksa ia berangkat lebih pagi, bahkan saat Daniel masih bersiap-siap, Frisca sudah mengendap-endap pergi.

"Frisca! Oh my gosh!"

Suara teriakan melengking membuat langkah Frisca terhenti seketika. Ia menoleh ke belakang di mana Anastasia dan Allana berdiri melambaikan tangannya.

Senyuman Frisca mengembang saat kedua sahabatnya itu berlari dan langsung memeluknya dengan erat.

"Kangen," seru Allana merengek.

"Sama, aku juga kangen banget sama kalian," ujar Frisca menatap mereka berdua.

"Oh ya, happy wedding ya bestie, semoga bahagia selalu, meskipun kau tidak mengundangku!" seru Anastasia dengan wajah kesalnya.

Ekspresi Frisca langsung berubah detik itu juga, ia menggaruk pelan tengkuk lehernya dan mengangguk saja.

Sebisa mungkin ia bersandiwara kalau tidak terjadi apapun dalam hidupnya. Semua temannya akan mengejeknya kalau Frisca ketahuan menjadi istri Daniel. Dosen galak, sengak, semena-mena, dan terkenal tampan wajah buaya.

"Ya sudah ayo ke kelas, kangen banget sama Baby Frisca...."

"Iya, nanti pulang ngampus kita ke cafe yuk, Brandon tidak marah kan kalau kita mengajakmu?" tanya Allana.

"Ti... Tidak. Ya, nanti ke cafe," jawab Frisca sedikit kikuk.

Mereka bertiga berjalan masuk ke dalam kelas, semua teman-temannya menatap lekat pada Frisca dengan ekspresi terkejut.

"Wahh... Frisca sudah datang aja!"

"Pengantin baru nih!" sahut Aldo seraya memainkan bola basketnya.

"Mana undangannya Fris, tega amat temen sendiri tidak diundang!" Bobby menyahuti.

"Tadi diantar Brandon apa berangkat sendiri? Biasanya pengantin baru tuh masih posesif poll!"

"Bukan lagi, masih cinta karet guys!"

Frisca mencengkeram tas merah muda yang ia gendong punggung. Gadis itu sulit untuk tersenyum, semua temannya tahu kalau Frisca dan Brandon menjalin hubungan sangat lama, Frisca juga sempat mengenalkannya pada semua temannya.

"Selamat pagi semuanya!"

Tubuh Frisca tersentak, ia langsung spontan menoleh ke belakang saat mendengar suara Daniel.

Kedua matanya sontak langsung berkaca-kaca saat ia menatap Daniel di belakangnya. Daniel tahu kalau Frisca pasti sedih dengan kata-kata temannya.

"Frisca tolong ke ruangan saya ambilkan berkas merah di meja," perintah Daniel mengalihkan tatapannya ke anak-anak yang lain, "yang lainnya, duduk di tempat masing-masing dan jangan berisik selama pelajaran saya!"

Frisca langsung beranjak pergi, Daniel menoleh ke arah pintu dan ia meletakkan beberapa buku di atas meja sebelum mengikuti Frisca.

Sepanjang menuju ruangan milik Daniel di lantai tiga, Frisca berlari menuruni anak tangga dan menangis mengusap air matanya. Gadis itu masuk ke dalam ruangan milik Daniel dan menangis di sana.

Frisca duduk di belakang lemari kayu, ia menangis di sana hingga terdengar suara pintu terbuka.

"Frisca," panggil Daniel.

Daniel mendekatinya, ia mencekal kedua pundak Frisca hingga gadis itu menatapnya menangis.

"Semuanya bertanya tentang aku dan Brandon, pernikahanku dengan dia Kak! Aku tidak suka, Brandon pergi...." Frisca terlihat begitu histeris.

"Tenanglah," lirih Daniel memeluknya perlahan.

Kedua tangan Frisca memeluk tubuh Daniel dan meremasnya. Usapan lembut di pucuk kepala Frisca usaha membuatnya tenang.

"Aku tidak akan membiarkan teman-temanmu memancing kesedihanmu. Jangan khawatir," bisik Daniel pelan.

"Janji?" Frisca mendongak mengacungkan jari kelingkingnya.

"Janji Sayang." Daniel menaut jari kelingking Frisca dan kembali memeluknya.

Frisca memejamkan kedua matanya, sadar kalau dirinya saat ini membutuhkan pelukan. Dante sang Kakak tidak di sampingnya, hanya ada Daniel dan tidak akan ambil pusing Frisca memeluk laki-laki ini.

**

Frisca sejak pagi tidak ikut pelajaran, ia tidur di dalam ruangan Daniel. Kepalanya pusing karena banyak menangis sampai-sampai Daniel memintanya untuk tidur saja di ruangannya.

"Ya ampun, jam berapa ini?" lirih Frisca terbangun.

Ekor matanya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua siang.

"Hah?! Allana dan Anastasia pasti menungguku," cicit Frisca.

Gadis itu mengambil ponselnya dan ia mendapati banyak pesan dari kedua temannya.

"Mereka menungguku di cafe!" pekik Frisca.

Buru-buru Frisca mengambil tas miliknya, ia membuka pintu ruangan Daniel dan berlari keluar dari area kampus.

De'Cafe, tempat yang berada tepat di depan kampusnya, di mana kedua temannya menunggu di sana.

Frisca berlari cepat ke arah cafe dan membuka pintunya dengan kuat.

"Sorry aku telat!" pekiknya keras.

Semua orang di dalam sana menoleh, termasuk beberapa dosen yang tengah berada di sana dan kedua teman Frisca yang berada di ujung belakang.

Ditatap semua dosen, Frisca menjadi kikuk sendiri. Ia menundukkan kepalanya dan langsung berlari mendekati Anastasia dan Allana.

"Malu-maluin!" pekik pelan Anastasia seraya mengusap wajahnya.

"Ya... Ya kan aku juga spontan," jawab Frisca beranjak duduk dan kembali melirik ke belakang di mana Daniel menatapnya.

"Ah gila, Pak Daniel gitu amat sih natapnya. Bikin aku makin jatuh cinta aja sama si galak tampan satu itu!" seru Allana terkekeh.

Frisca berdecak kesal mendengarnya, ia langsung beralih duduk di samping Allana dan balik menatap Daniel di depan sana.

"Ngapain duduk di sini?! Jangan bilang kalau situ lupa udah ada suami!" sinis Allana.

"Suka-suka dong, kan suamiku tidak si sini!" jawab Frisca dengan santai.

Mereka bertiga memesan makanan, Frisca masih sesekali memperhatikan Daniel yang tengah bercanda dan berbincang serius bersama para rekannya.

Gadis itu meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana hingga ia kembali menatap Daniel.

"Ah Adam ini ke mana sih!" pekik Anastasia meletakkan ponselnya dengan kasar.

Frisca menoleh dan terkekeh, "Adam mungkin sedang merebus kentang. Dia kan seorang Chef," ujar Frisca.

"Seorang Chef ternama dapat pacar gadis bodoh dan lemot. Poor Adam!" sahur Allana.

"Iya, iya, aku tahu kau pacarnya Kapten Hoki dan kau sendiri seorang figur skating, sombongin aja terus Al!" sinis Anastasia.

Frisca terkekeh menyaksikan perdebatan mereka berdua, memang sudah sering seperti ini.

Keasikan mereka bertiga tiba-tiba terlaihkan saat seorang Daniel berjalan mendekati mereka, laki-laki itu berdiri di hadapan Frisca hingga ketiga gadis itu kikuk sendiri.

"Pak Daniel, mau gabung sama kita?" tanya Anastasia.

Daniel menggeleng, "Frisca, Kakakmu memintaku supaya kau pulang denganku."

Frisca melebarkan kedua matanya dan menunjuk dirinya sendiri. Daniel mengangguk dan tanpa panjang lebar ia meraih tas punggung merah muda milik Frisca dan menentengnya membawanya pergi.

"Eh, Kak Daniel! Kak Daniel tunggu!" teriak Frisca mengejar Daniel.

Gadis itu membalikkan badannya pada kedua temannya.

"Aku duluan! Sorry ya!"

Frisca berlari sampai ke parkiran di mana Daniel menunggunya dan Frisca langsung masuk ke dalam mobil tersebut.

Daniel mengembuskan napasnya pelan dan menoleh pada Frisca yang cemberut.

"Aku akan mengajakmu, kau harus sering menghabiskan waktu denganku dari pada dengan temanmu, Frisca."

"Mau ke mana?!" sinis Frisca.

"Memberikanmu hadiah, atas pernikahan kita," jawab Daniel.

Hadiah. Frisca sangat menyukai hadiah, Daniel mengetahui hal yang Frisca sukai sampai hal yang paling Frisca benci.

"Emm, kalau begitu... Aku mau beli boneka Unicorn yang besar!" pekik Frisca dengan wajah berseri-seri.

"Tidak untuk siluman kuda yang satu itu!" seru Daniel.

"Hihh Kakak! Kalau begitu pulangkan saja aku ke rumah Mama dan Papaku!" ancamnya.

Daniel mendengus pelan, ia mengusap pelipisnya dan mengangguk.

"Baiklah! Apapun untukmu istri kecil," serunya.

Frisca langsung tersenyum lebar, "terima kasih, suamiku!"

Deg,

Daniel menoleh, "apa katamu barusan?"

Frisca kikuk, ia diam memegang bibirnya dan memalingkan wajahnya.

"Ti... Tidak!"

"Ulangi, Frisca...."

"Tidak mau!" tolaknya kesal.

Daniel tersenyum smirk, "ulangi atau aku akan menepikan mobil ini dan aku akan membuatmu mengulangi panggilanmu tadi tanpa aku minta! Pilih mana, hem?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status