Share

Bab 7 - Makan Malam

Di ruang makan kediaman Martin Alfonso suasana terasa hening. Baik Agatha maupun Martin sama-sama terdiam, disana terlihat tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut mereka.

Ditengah makan malam yang hening. Diam-diam Agatha menatap Alice dengan tajam. Diperhatikannya gadis cantik dengan parasnya yang manis dan bermata coklat bening yang sedang tersenyum cangung kearahnya.

Di Tengah kecanggungan Alice, Alice tetap berusaha untuk menampilkan senyum manisnya kearah Agatha. Sedari tadi jantungnya serasa berdetak sangat kencang. Bagaimana tidak jika sedari Alice datang pandangan Agatha tak pernah lepas dari dirinya. Jantungny seakan terbelah oleh penglihatan Agatha yang sangat tajam itu.

“Mah,” panggil Alex yang berusaha ingin mengalihkan pandangan mamahnya yang sedari tadi tidak beralih menatap Alice.

Alex tidak ingin Alice ketahuan berpura-pura menjadi pacarnya. Namun belum sempat Alex melanjutkan kata-katanya, perkataanya sudah terlebih dahulu dipotong oleh sang mamah.

“Alice, kamu mau kan menikah sama anak tante?” tanya Agatha dengan mata yang berbinar dan senyum yang tulus.

“Haaaa?” ujar Alex dan Alice Bersama sama. Mereka tak menyangka Agatha akan bertanya demikian.

“Aduh, kalian kompak sekali. Sepetinya kalian memang berjodoh,” balas Agatha dengan mata berbinar.

“Maksud tan..te ap...a ?” tanya Alice yang merasa keheranan. Ia takut pendengarannya itu salah.

“Iya sayang, kamu mau kan menikah sama anak tante Alex.” Tawar Agatha.

“Menikah? Kan emang udah nikah siri,” ujar Alex lirih yang masih terdengar ditelinga orang-orang yang ada di meja makan itu.

“Apa? Sirih? Kau yang bener saja anak kurang ajar. Menikahi secara siri ? Apa kau tidak memikirkan Nasib anak kalian nanti? Astaga,” ujar Agatha yang tak habis fikir oleh kelakukan sang anak.

Lagian siapa yang mau punya anak dengan gadis bodoh ini.~ Ucap Alex dalam hati.

Emang siapa yang mau punya anak dari Tuan Muda sombong seperti dia.~ Ujar Alice dalam hati.

“Pah, jangan diem aja dong. Masa anak kita menikahi seorang gadis secara sirih,” tutur Agatha pada sang suami.

“Pokoknya mamah gak mau tau, besok papah harus resmikan pernikahan kalian Dan maksimal 1 bulan lagi pernikahan kalian harus di ulang dihadapan mamah dan papah!” Tegas Agatha.

“Tapi mohon maaf sebelumnya tante, Alice sepertinya tidak pantas dan belum siap juga jika harus menjadi istri dari tuan muda secara resmi,” ucap Alice.

“Tidak bisa Alice. Pokoknya kalian harus menikah secara resmi. Biar mamah dan papah yang atur semuanya. Kamu tinggal terima beresnya aja,” ucap Agatha.

Kini giliran Martin yang sedari tadi diam ikut berkomentar.

“Betul apa yang tante katakan Alice, kau tidak bisa Egois. Pikirkan anakmu kelak dan pandangan orang-orang terhadapmu,” imbuh Martin memberi saran pada Alice.

“Tapi Alex punya syarat. Pernikahan ini hanya boleh dihadiri oleh dua keluarga saja tanpa diliput oleh media. Aku tidak mau banyak yang mengenal Alice,” ucap Alex.

“Uluh, posesif juga rupanya anak aku ini.” ucap Agatha yang merasa senang dan bangga kepada anaknya itu.

“Ya sudah kalian teruskan ya mamah sama papah mau kekamar dulu. Mau bersih bersih.”

Setelah kepergian Agatha dan Martin, tampak Alex sangat marah dengan Alice.

“Gadis bodoh, apa yang kamu lakukan kepada mamaku! Apa kau menghipnotis mereka supaya mamah dan papahku setuju kau dan aku menikah secara resmi hah!” ucap Alex setengah berteriak.

Oh tuhan, mengapa orang ini aneh sekali. Aku loh yang gak tau apa-apa. Lagian perasaan dari tadi aku diem. Makan juga tinggal makan tetep aja disalahin.~ Dalam hati Alice.

“Heh gadis bodoh, Jawab! Mengapa kau malah berubah menjadi patung sepeti itu!” ujar Alex.

“Tanpa mengurangi rasa hormat saya Tuan Muda Alex. Tapi sedari tadi saya hanya diam. Lagi pula bagaimana cara aku menghipnotis Nyonya Agtha jika saya sedikit pun tidak memegang Nyonya. Orang bilang anda ini pemuda yang sukses dan pembisnis yang handal. Masa perkara seperti ini saja gak ngerti,” ucap Alice yang kesal sehingga tanpa sadar dia menyerocos begitu saja meluapkan kekesalannya.

“Ohhh rupanya sekarang kau banyak bicara yaa.” Alex mendekati Alice.

Alice yang merasa dirinya didekati oleh Alex dengan spontan memundurkan langkahnya. Begitu pun Alex yang terus mendekati Alice hingga Alice mentok oleh tembok.

Alex menatap mata Alice dengan intens. Tiba-tiba Alex mencium paksa bibir mungil Alice, Alice yang mendapat serangan mendadak dari Alex mencoba untuk mendorong Alex namun tenaganya tidak sekuat Alex.

Dengan paksa Alex pun menggigit bibir bawah milik Alice sampai mengeluarkan darah.

“Aww." Alice memegang bibirnya yang terasa perih.

“Ternyata benar kata Kak Askara kalau Tuan itu suka gigit,” ucap Alice yang tak sadar dengan ucapannya karena sangkin kesalnya.

“Apa kau bilang? Askara ? Emang dia ngomng apa sama kamu?” tanya Alex menyelidik.

“Ehh.. gak ngomong apa-apa,” jawab Alice yang setengah kebingungan

Melihat Alice dengan tampang kebingungan dan bibirnya yang sedikit merah menambah kesan lucu pada wajahnya itu. Hingga tak sadar membuat Alex tertawa.

Hahahahahah

Alice yang baru pernah melihat tuan mudanya itu tertawa terbahak-bahak baru merasakan jika ternyata lelaki yang sudah menikahinya itu ternyat tampan. Bahkan sangat tampan jika sedang tertawa seperti itu.

Tapi wajah ganteng dan tawa itu seakan mengingatkan dirinya dengan seseorang dimasa lalunya.

Dengan diam Alice tiba-tiba meneteskan air matanya.

“Dia aneh sekali. Apakah sesakit itu aku menggigit bibirnya hingga dia menangis seperti itu? Dasar gadis bodoh yang cengeng.” Gumam Alex.

Alex pergi begitu saja tanpa memperdulikan Alice, dia pergi menuju kamarnya.

Alice memangang bibirnya yang masih terasa perih dan menghapus air matannya. Alice berjalan ke taman yang berada tak jauh dari ruang makan itu.

"Kenapa hati ini masih sangat terasa sakit saat aku mengingat mu, Iyen? Kamu sudah pergi cukup lama tapi mengapa aku terus mengingat mu? Apa aku harus belajar melupakan mu Yen? Maafkan aku yang tak bisa menepati janjiku. Sekarang aku adalah istri orang. Aku sudah menikah dengan orang lain Yen," ucap Alice Lirih.

Tak terasa air mata Alice kembali menetes.

"Maaf kan aku Yen, maaf, maaf kan aku yang harus belajar melupakan mu, melupakan cinta kita Yen. Aku yakin suatu saat nanti kau akan mendapatkan pengganti aku yang jauh lebih baik dari pada aku Yen." Alice sedang mencoba untuk meyakinkan perasaanya kalau semua ini akan baik-baik saja.

Alice menangis, kini tangisannya tak bisa ia bendung lagi. Alice menangis dalam diam. Ia memukul dadanya. Dada yang sangat terasa nyeri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status