Share

Bab 6 - Bertemu Mertua

Di ruangan Alex, tampak seorang wanita paruh baya tengah duduk di kursi kebesaran milik Alex.

Wanita itu memutarkan kursinya hingga keadaan kursi membelakangi meja kerja Alex.

Ia duduk bersantai sambil menunggu sang punya ruangan itu datang.

“Anak kurang ajar, bos macam apa dia ini jam segini belum datang. Dan apa ini? bahkan dia membuatku menunggu cukup lama,” ucap wanita paruh baya itu lirih sambil melihat jam yang ada dipergelangan tangannya.

Tak lama, terdengar suara pintu ruangan itu terbuka. Dengan cepat Wanita itu memutar kursinya.

“Mama, ngapain mama disini?” tanya Alex melihat mamanya yang sedang duduk di bangku kebesarannya.

Ya wanita paruh baya itu adalah Agatha Alfonso, sang ibunda dari Alex Alfonso dan suaminya bernama Martin Alfonso.

“Sepertinya anakku tidak suka dengan kedatangan mamanya yang cantik ini?” ujar Agatha.

“Ayolah Ma, katakan saja ada kepentingan apa mama kemari. Karena Alex sudah tau kebiasaan mama kalau datang ke kantor Alex. Kalau tidak karena pamit akan pergi pasti tentang perjodohan,” ucap Alex yang tampak malas.

“Ternyata kau cukup mengenali mamamu ini dengan baik sayang. Mama ingin kau datang ke mansion utama, sayang. Mamah akan kenalkan kamu pada wanita cantik, Anak teman mama. Mamah jamin kamu pasti akan menyukainya,” kata Agatha dengan wajah gembira berharap putra nya mau untuk menurutinya.

“Mah, udah berapa kali Alex bilang kalau Alex gak mau dijodohin Ma. Alex masih muda dan Alex juga gak lagi buru-buru buat nikah, Mah.” Dengan tegas Alex menolak perjodohan itu. Perjodohan seperti ini sudah beberapa kali dilakukan oleh Agatha, namun Alex selalu saja menolak dengan alasan dirinya sudah mencintai wanita lain yaitu Meli.

“Siapa yang lagi jodohin kamu? Mama kan cuma mau kenalin kamu doang sama anak teman mama. Siapa tau kalian suka dan bisa jadi teman. Kan gak usah langsung pacaran juga bisa, Sayang.” Agatha mencoba membujuk sang putra sulungnya itu.

“Alex gak butuh teman mah. Lagian kalau yang mama inginkan adalah seorang menantu, Alex sudah punya calon menantu buat mama yang pasti Alex cinta sama dia, Ma.” Ucap Alex yang tetap kekeh pada pilihannya.

“Siapa calon mantu yang kamu maksud itu? jangan bilang kalau wanita itu adalah Meli. Si gadis ular, pelacur, dan matre itu, Iya? Buka mata kamu lebar-lebar Alex! Wanita itu gak bener-bener tulus cinta sama kamu, dia cuma menginginkan harta kamu doang gak lebih.” Tegas Agatha memperingati anaknya yang tetap saja berhubungan dengan Meli.

“Bu..bu..bukan Mah, bukan Meli. Di..dia Alice anak salah satu pengusaha di kota ini. Jadi mamah gak usah khawatir ya,” jawab Alex. Entah mengapa nama yang terlintas di kepalanya saat itu hanyalah Alice.

“Sure? Gak lagi coba bohong kan sama mamah?” tanya Agatha dengan penuh curiga.

“Apaan si, Mah. Ya engga lah, ngapain aku bohong sama Mamah,” ucap Alex.

“Oke kalau gitu, mamah tunggu kamu dan pacar yang kamu sebut tadi ke mansion utama. Dan kalau kamu berbohong atau pura-pura sama mamah kamu terima sendiri akibatnya,” ancam Agatha.

“Iya tenang aja.”

“Ya sudah mama pergi dulu. Papa kamu sudah menunggu mamah di rumah.”

“Iya mah hati hati”

“Aaaa sialan mengapa tiba tiba aku menyebut nama gadis bodoh itu,” teriak Alex menghempaskan semua dokumen yang ada di atas meja kerjanya.

“Rafaa!” teriak Alex.

“Iya, Tuan,” jawab Rafa.

“Cepat kamu pergi ke designer terkenal di kota ini dan pilihkan gaun untuk gadis bodoh itu. Aku mau kau memilihkan gaun yang cocok untuknya agar dia tak membuat aku malu di depan orang tuaku,” titah Alex.

“Baik tuan laksanakan.”

Niko mengambil ponselnya di dalam saku celananya.

“Niko, pastikan mengenai perpindahan Meli ke mension hanya aku, kau, Bi Ayem dan gadis bodoh itu yang tau. Jika rahasia ini sampai bocor ke mamah atau papahku maka kepala kalian lah yang akan aku penggal.” Tegas Alex

“Siap tuan.”

Di kediaman Alex terlihat Alice sedang merawat tubuh Meli, ia mengurusnya layaknya yang kini berbaring di ranjang itu adalah saudaranya.

Tok tok tok

Terdengar sesorang mengetok pintu kamar itu.

Pintu itu pun terbuka.

Dapat Alice lihat pria dengan setelan kantor yang sangat rapih, gagah dan juga berwibawa datang menghampirinya.

“Selamat siang Nona, senang berjempa dengan Anda kembali. Mengingat pertemuan pertama kita yang kurang mengenakkan bagi anda saya minta maaf, saya hanya menjalankan perintah dari Tuan Muda. Kedatangan saya kesini diperintahkan oleh Tuan Alex untuk memberikan beberapa gaun rancangan designer ternama di kota ini. Gaun itu ada di lantai bawah. Silahkan ada pilih. Setelah itu sekitar pukul 15.00 nanti akan ada make up artis yang datang untuk mendandani Nona,” ucap Rafa.

Mendengar penjelasan dari Rafa tiba tiba dahi Alice mengkerut, ia heran.

“Maaf mungkin mungkin Anda salah orang. Saya hanyalah seorang pelayan disini jadi untuk apa aku mendapatkan gaun dan berdandan?” tanya Alice secara halus.

“Tidak Nona, saya tidak salah orang. Saya diperintahkan oleh Tuan Alex untuk mengirimkan gaun untuk Anda dan Anda tidak perlu berpura-pura menjadi seorang pelayan kerena saya sudah tau bahwa Anda adalah istri dari Tuan Muda, jadi saya mohon segeralah ke bawah untuk melihat gaun tersebut,” jawab Rafa

“Tapi untuk apa? Saya tidak akan pergi kemana mana, Tuan?”

“Lebih baik Anda pilih saja dulu Nona, sebelum Tuan Alex marah pada saya dan Anda.”

Mendenger kata marah yang dimaksud Rafa, Alice seketika ingat malam dimana ia dikurung di kamar mandi.

“Baiklah Tuan, saya akan ke bawah.”

“Oh ya Nona, pastikan keadaan kamar ini selalu terkunci dan simpanlah kunci itu dengan baik,” ucap Rafa.

...

Di bawah Alice melihat beberapa koleksi gaun dari designer ternama. Alice bukanlah gadis yang tidak tau akan nama sebuah brand terkenal. Apalagi ayahnya sebagai pembisnis yang cukup terkenal meskipun tak seterkenal Alex tapi hal itu membuat Alice pernah memakai beberapa koleksi mahal merk brand ternama.

Pilihan Alice pun jatuh kepada gaun berwarna navy yang terlihat anggun dengan leher berbentuk V berlengan panjang. Gaun yang simple tapi sangat elegan. Warna yang sangat cocok untuk kulit Alice yang putih bening dan bersinar.

Waktu menunjukan pukul 14.35 terlihat seseorang lelaki dengan gaya lemah gemulai itu datang ke rumah Alex. Sudah bisa Alice tebak jika yang dimaksud oleh Rafa mengenai Make up Artist pasti adalah pria setelah Wanita itu.

“Hai Nona syantik, kau sangat cantik sekali. Tak heran jika Tuan Alex sampai jatuh hati padamu. Tunjukan aku ruangan yang akan aku gunakan untuk menyulapmu menjadi bidadari malam ini,” ucap make up artist itu.

“Mari saya tunjukan kamar tamu disini,” ucap Bi Ayem yang mengantarkan mereka ke ruang tamu yang sebelumnya sudah ia siapkan.

Karena malas, Alice pun hanya mengikuti langkah kemana mereka pergi.

Tak butuh waktu lama kini Alice telah di sulap bak dewi yunani di masa modern.

Riasan yang tak begitu menor sangat pas di wajah cantik Alice. Mata yang coklat bening khas dengan bola mata aslinya ditambah bulu mata yang lentik tanpa perlu ditambahkan bulu mata palsu lagi. Badannya yang tinggi semampai dengan tinggi 168 cm menambah kesan modis.

Rambutnya yang sedikit dihias tapi tetap tergerai indah, menambah kesan anggun. Jangan lupakan gaun yang sangat pas menambah kesan sexy tapi tetap sopan.

“Kau sungguh sangat cantik Baby, perfect,” ucap make up artist itu.

“Terima kasih ini berkat kau,” jawab Alice.

Sebenarnya Alice masih bingung ada apa dibalik ini semua. Kenapa ia harus berdandan seperti ini.

“Alice, Tuan Muda sebentar lagi datang untuk menjemputmu. Jadi Bersiap siaplah,” ucap Bi Ayem yang menyampaikan pesan yang dititipkan oleh Rafa padanya.

“Gunakan tas ini dan High heels ini agar kau terlihat semakin terlihat cantik,” ujar Bi Ayem.

“Apakah Bibi tau aku akan dibawa kemana?” tanya Alice.

“Kau hanya perlu ikuti Tuan Muda saja. Biar Tuan Muda nanti yang akan menjelaskan kemana kalian akan pergi,” Jawab Niko yang sedari tadi diam.

“Baiklah.”

Tak berselang lama terdengar deru mesin mobil datang. Siapa lagi kalau bukan mobil milik Alex.

“Kau sudah siap gadis bodoh?” ujar Alex dengan nada sedikit berteriak.

Dari kejauhan Alex melihat wanita yang begitu anggun yang sedang berdiri membelakanginya dan berdiri di hadapan Niko dan Bi Ayem.

Mendengar teriakan dari Alex, wanita itu pun membalikan tubuhnya.

Dan tampaklah Alice yang sangat cantik dan anggun sehingga Alex seakan diam mematung. Matanya dengan intens memperhatikan Alice yang sangat cantik dan manis sehingga tidak membosankan untuk dipandang.

Rafa yang melihat Alice sangat cantik pun ikut mematung. Tapi sekian detik dirinya sadar bahwa wanita di depannya itu adalah istri dari sang Tuan Mudanya.

Rafa pun menolah, ia yang melihat sang tuan yang tidak berkedip melihat istri yang selalu Alex sebut gadis bodoh itu.

“Ekhemm.“ dehem Rafa untuk membuyarkan perhatian Alex.

Alex pun seketika terkejut.

“Katanya gak cinta tapi lihat cantik dikit langsung melongo gitu,” ucap Rafa lirih sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Sialan kau,” umpat Alex.

“Kau gadis bodoh! Cepat ikut aku sekarang,” titah Alex.

“Maaf Tuan, tapi saya mau dibawa ke mana ya tuan?” tanya Alice dengan penuh ke khawatiran.

Ia takut dirinya akan di jual oleh Alex.

“Banyak tanya, ikut aku sekarang nanti akan aku jelaskan di mobil,” tegas Alex sambil berlalu dan berjalan ke arah mobil.

Di dalam mobil suasana menjadi canggung.

Rafa duduk di bangku pengemudi sedangkan Alice berada disamping Alex.

“Kau gadis bodoh, malam ini kita akan ke rumah mamah dan papahku. Mamahku ingin melihat mu. Jadi malam ini kau harus berpura-pura untuk jadi pacarku. Berektinglah dengan baik, jangan coba-coba untuk mengacaukan segalanya,” tegas Alex.

“Baik Tuan.”

“Di depan mamah dan papahku nanti kau panggil aku Alex, di depan orang tuaku nanti kau harus bersikap baik, dan mesra kepadaku,” ucap Alex.

Merasa tak ada jawaban dari Alice, Alex pun menegaskan lagi.

“Ngerti gak!” Teriak Alex.

“Iya Tuan, ngerti.” Jawab Alice.

“Emang ngomong harus teriak-teriak gitu apa. Apa gak takut itu pita suara putus,” gumam Alice yang samar-samar masih bisa didengar oleh Alex.

“Kau bilang apa gadis bodoh!” teriak Alex.

“Eh.. bilang apa emang?” kilah Alice sambil menyengir kuda.

Sedangkan Rafa yang melihat interaksi mereka berdua dari kaca spion mobil hanya berusaha menahan tawanya.

“Dan satu lagi. Kau dilarang keras nyebut nama Meli dihadapan mamah dan papaku.”

“Iya Tuan.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status