Di ruangan Alex, tampak seorang wanita paruh baya tengah duduk di kursi kebesaran milik Alex.
Wanita itu memutarkan kursinya hingga keadaan kursi membelakangi meja kerja Alex.
Ia duduk bersantai sambil menunggu sang punya ruangan itu datang.
“Anak kurang ajar, bos macam apa dia ini jam segini belum datang. Dan apa ini? bahkan dia membuatku menunggu cukup lama,” ucap wanita paruh baya itu lirih sambil melihat jam yang ada dipergelangan tangannya.
Tak lama, terdengar suara pintu ruangan itu terbuka. Dengan cepat Wanita itu memutar kursinya.
“Mama, ngapain mama disini?” tanya Alex melihat mamanya yang sedang duduk di bangku kebesarannya.
Ya wanita paruh baya itu adalah Agatha Alfonso, sang ibunda dari Alex Alfonso dan suaminya bernama Martin Alfonso.
“Sepertinya anakku tidak suka dengan kedatangan mamanya yang cantik ini?” ujar Agatha.
“Ayolah Ma, katakan saja ada kepentingan apa mama kemari. Karena Alex sudah tau kebiasaan mama kalau datang ke kantor Alex. Kalau tidak karena pamit akan pergi pasti tentang perjodohan,” ucap Alex yang tampak malas.
“Ternyata kau cukup mengenali mamamu ini dengan baik sayang. Mama ingin kau datang ke mansion utama, sayang. Mamah akan kenalkan kamu pada wanita cantik, Anak teman mama. Mamah jamin kamu pasti akan menyukainya,” kata Agatha dengan wajah gembira berharap putra nya mau untuk menurutinya.
“Mah, udah berapa kali Alex bilang kalau Alex gak mau dijodohin Ma. Alex masih muda dan Alex juga gak lagi buru-buru buat nikah, Mah.” Dengan tegas Alex menolak perjodohan itu. Perjodohan seperti ini sudah beberapa kali dilakukan oleh Agatha, namun Alex selalu saja menolak dengan alasan dirinya sudah mencintai wanita lain yaitu Meli.
“Siapa yang lagi jodohin kamu? Mama kan cuma mau kenalin kamu doang sama anak teman mama. Siapa tau kalian suka dan bisa jadi teman. Kan gak usah langsung pacaran juga bisa, Sayang.” Agatha mencoba membujuk sang putra sulungnya itu.
“Alex gak butuh teman mah. Lagian kalau yang mama inginkan adalah seorang menantu, Alex sudah punya calon menantu buat mama yang pasti Alex cinta sama dia, Ma.” Ucap Alex yang tetap kekeh pada pilihannya.
“Siapa calon mantu yang kamu maksud itu? jangan bilang kalau wanita itu adalah Meli. Si gadis ular, pelacur, dan matre itu, Iya? Buka mata kamu lebar-lebar Alex! Wanita itu gak bener-bener tulus cinta sama kamu, dia cuma menginginkan harta kamu doang gak lebih.” Tegas Agatha memperingati anaknya yang tetap saja berhubungan dengan Meli.
“Bu..bu..bukan Mah, bukan Meli. Di..dia Alice anak salah satu pengusaha di kota ini. Jadi mamah gak usah khawatir ya,” jawab Alex. Entah mengapa nama yang terlintas di kepalanya saat itu hanyalah Alice.
“Sure? Gak lagi coba bohong kan sama mamah?” tanya Agatha dengan penuh curiga.
“Apaan si, Mah. Ya engga lah, ngapain aku bohong sama Mamah,” ucap Alex.
“Oke kalau gitu, mamah tunggu kamu dan pacar yang kamu sebut tadi ke mansion utama. Dan kalau kamu berbohong atau pura-pura sama mamah kamu terima sendiri akibatnya,” ancam Agatha.
“Iya tenang aja.”
“Ya sudah mama pergi dulu. Papa kamu sudah menunggu mamah di rumah.”
“Iya mah hati hati”
“Aaaa sialan mengapa tiba tiba aku menyebut nama gadis bodoh itu,” teriak Alex menghempaskan semua dokumen yang ada di atas meja kerjanya.
“Rafaa!” teriak Alex.
“Iya, Tuan,” jawab Rafa.
“Cepat kamu pergi ke designer terkenal di kota ini dan pilihkan gaun untuk gadis bodoh itu. Aku mau kau memilihkan gaun yang cocok untuknya agar dia tak membuat aku malu di depan orang tuaku,” titah Alex.
“Baik tuan laksanakan.”
Niko mengambil ponselnya di dalam saku celananya.
“Niko, pastikan mengenai perpindahan Meli ke mension hanya aku, kau, Bi Ayem dan gadis bodoh itu yang tau. Jika rahasia ini sampai bocor ke mamah atau papahku maka kepala kalian lah yang akan aku penggal.” Tegas Alex
“Siap tuan.”
Di kediaman Alex terlihat Alice sedang merawat tubuh Meli, ia mengurusnya layaknya yang kini berbaring di ranjang itu adalah saudaranya.
Tok tok tok
Terdengar sesorang mengetok pintu kamar itu.
Pintu itu pun terbuka.
Dapat Alice lihat pria dengan setelan kantor yang sangat rapih, gagah dan juga berwibawa datang menghampirinya.
“Selamat siang Nona, senang berjempa dengan Anda kembali. Mengingat pertemuan pertama kita yang kurang mengenakkan bagi anda saya minta maaf, saya hanya menjalankan perintah dari Tuan Muda. Kedatangan saya kesini diperintahkan oleh Tuan Alex untuk memberikan beberapa gaun rancangan designer ternama di kota ini. Gaun itu ada di lantai bawah. Silahkan ada pilih. Setelah itu sekitar pukul 15.00 nanti akan ada make up artis yang datang untuk mendandani Nona,” ucap Rafa.
Mendengar penjelasan dari Rafa tiba tiba dahi Alice mengkerut, ia heran.
“Maaf mungkin mungkin Anda salah orang. Saya hanyalah seorang pelayan disini jadi untuk apa aku mendapatkan gaun dan berdandan?” tanya Alice secara halus.
“Tidak Nona, saya tidak salah orang. Saya diperintahkan oleh Tuan Alex untuk mengirimkan gaun untuk Anda dan Anda tidak perlu berpura-pura menjadi seorang pelayan kerena saya sudah tau bahwa Anda adalah istri dari Tuan Muda, jadi saya mohon segeralah ke bawah untuk melihat gaun tersebut,” jawab Rafa
“Tapi untuk apa? Saya tidak akan pergi kemana mana, Tuan?”
“Lebih baik Anda pilih saja dulu Nona, sebelum Tuan Alex marah pada saya dan Anda.”
Mendenger kata marah yang dimaksud Rafa, Alice seketika ingat malam dimana ia dikurung di kamar mandi.
“Baiklah Tuan, saya akan ke bawah.”
“Oh ya Nona, pastikan keadaan kamar ini selalu terkunci dan simpanlah kunci itu dengan baik,” ucap Rafa.
...
Di bawah Alice melihat beberapa koleksi gaun dari designer ternama. Alice bukanlah gadis yang tidak tau akan nama sebuah brand terkenal. Apalagi ayahnya sebagai pembisnis yang cukup terkenal meskipun tak seterkenal Alex tapi hal itu membuat Alice pernah memakai beberapa koleksi mahal merk brand ternama.
Pilihan Alice pun jatuh kepada gaun berwarna navy yang terlihat anggun dengan leher berbentuk V berlengan panjang. Gaun yang simple tapi sangat elegan. Warna yang sangat cocok untuk kulit Alice yang putih bening dan bersinar.
Waktu menunjukan pukul 14.35 terlihat seseorang lelaki dengan gaya lemah gemulai itu datang ke rumah Alex. Sudah bisa Alice tebak jika yang dimaksud oleh Rafa mengenai Make up Artist pasti adalah pria setelah Wanita itu.
“Hai Nona syantik, kau sangat cantik sekali. Tak heran jika Tuan Alex sampai jatuh hati padamu. Tunjukan aku ruangan yang akan aku gunakan untuk menyulapmu menjadi bidadari malam ini,” ucap make up artist itu.
“Mari saya tunjukan kamar tamu disini,” ucap Bi Ayem yang mengantarkan mereka ke ruang tamu yang sebelumnya sudah ia siapkan.
Karena malas, Alice pun hanya mengikuti langkah kemana mereka pergi.
Tak butuh waktu lama kini Alice telah di sulap bak dewi yunani di masa modern.
Riasan yang tak begitu menor sangat pas di wajah cantik Alice. Mata yang coklat bening khas dengan bola mata aslinya ditambah bulu mata yang lentik tanpa perlu ditambahkan bulu mata palsu lagi. Badannya yang tinggi semampai dengan tinggi 168 cm menambah kesan modis.
Rambutnya yang sedikit dihias tapi tetap tergerai indah, menambah kesan anggun. Jangan lupakan gaun yang sangat pas menambah kesan sexy tapi tetap sopan.
“Kau sungguh sangat cantik Baby, perfect,” ucap make up artist itu.
“Terima kasih ini berkat kau,” jawab Alice.
Sebenarnya Alice masih bingung ada apa dibalik ini semua. Kenapa ia harus berdandan seperti ini.
“Alice, Tuan Muda sebentar lagi datang untuk menjemputmu. Jadi Bersiap siaplah,” ucap Bi Ayem yang menyampaikan pesan yang dititipkan oleh Rafa padanya.
“Gunakan tas ini dan High heels ini agar kau terlihat semakin terlihat cantik,” ujar Bi Ayem.
“Apakah Bibi tau aku akan dibawa kemana?” tanya Alice.
“Kau hanya perlu ikuti Tuan Muda saja. Biar Tuan Muda nanti yang akan menjelaskan kemana kalian akan pergi,” Jawab Niko yang sedari tadi diam.
“Baiklah.”
Tak berselang lama terdengar deru mesin mobil datang. Siapa lagi kalau bukan mobil milik Alex.
“Kau sudah siap gadis bodoh?” ujar Alex dengan nada sedikit berteriak.
Dari kejauhan Alex melihat wanita yang begitu anggun yang sedang berdiri membelakanginya dan berdiri di hadapan Niko dan Bi Ayem.
Mendengar teriakan dari Alex, wanita itu pun membalikan tubuhnya.
Dan tampaklah Alice yang sangat cantik dan anggun sehingga Alex seakan diam mematung. Matanya dengan intens memperhatikan Alice yang sangat cantik dan manis sehingga tidak membosankan untuk dipandang.
Rafa yang melihat Alice sangat cantik pun ikut mematung. Tapi sekian detik dirinya sadar bahwa wanita di depannya itu adalah istri dari sang Tuan Mudanya.
Rafa pun menolah, ia yang melihat sang tuan yang tidak berkedip melihat istri yang selalu Alex sebut gadis bodoh itu.
“Ekhemm.“ dehem Rafa untuk membuyarkan perhatian Alex.
Alex pun seketika terkejut.
“Katanya gak cinta tapi lihat cantik dikit langsung melongo gitu,” ucap Rafa lirih sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
“Sialan kau,” umpat Alex.“Kau gadis bodoh! Cepat ikut aku sekarang,” titah Alex.
“Maaf Tuan, tapi saya mau dibawa ke mana ya tuan?” tanya Alice dengan penuh ke khawatiran.
Ia takut dirinya akan di jual oleh Alex.
“Banyak tanya, ikut aku sekarang nanti akan aku jelaskan di mobil,” tegas Alex sambil berlalu dan berjalan ke arah mobil.
Di dalam mobil suasana menjadi canggung.
Rafa duduk di bangku pengemudi sedangkan Alice berada disamping Alex.
“Kau gadis bodoh, malam ini kita akan ke rumah mamah dan papahku. Mamahku ingin melihat mu. Jadi malam ini kau harus berpura-pura untuk jadi pacarku. Berektinglah dengan baik, jangan coba-coba untuk mengacaukan segalanya,” tegas Alex.
“Baik Tuan.”
“Di depan mamah dan papahku nanti kau panggil aku Alex, di depan orang tuaku nanti kau harus bersikap baik, dan mesra kepadaku,” ucap Alex.
Merasa tak ada jawaban dari Alice, Alex pun menegaskan lagi.
“Ngerti gak!” Teriak Alex.
“Iya Tuan, ngerti.” Jawab Alice.
“Emang ngomong harus teriak-teriak gitu apa. Apa gak takut itu pita suara putus,” gumam Alice yang samar-samar masih bisa didengar oleh Alex.
“Kau bilang apa gadis bodoh!” teriak Alex.
“Eh.. bilang apa emang?” kilah Alice sambil menyengir kuda.
Sedangkan Rafa yang melihat interaksi mereka berdua dari kaca spion mobil hanya berusaha menahan tawanya.
“Dan satu lagi. Kau dilarang keras nyebut nama Meli dihadapan mamah dan papaku.”
“Iya Tuan.”
Di ruang makan kediaman Martin Alfonso suasana terasa hening. Baik Agatha maupun Martin sama-sama terdiam, disana terlihat tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut mereka.Ditengah makan malam yang hening. Diam-diam Agatha menatap Alice dengan tajam. Diperhatikannya gadis cantik dengan parasnya yang manis dan bermata coklat bening yang sedang tersenyum cangung kearahnya.Di Tengah kecanggungan Alice, Alice tetap berusaha untuk menampilkan senyum manisnya kearah Agatha. Sedari tadi jantungnya serasa berdetak sangat kencang. Bagaimana tidak jika sedari Alice datang pandangan Agatha tak pernah lepas dari dirinya. Jantungny seakan terbelah oleh penglihatan Agatha yang sangat tajam itu.“Mah,” panggil Alex yang berusaha ingin mengalihkan pandangan mamahnya yang sedari tadi tidak beralih menatap Alice.Alex tidak ingin Alice ketahuan berpura-pura menjadi pacarnya. Namun belum sempat Alex melanjutkan kata-katanya, perkataanya sudah terlebih dahulu dipotong oleh sang mamah.“Alice, kamu mau
2 minggu setelah malam perkenalan itu, telah berlalu. Pagi itu, Jam dinding di kamar Alex menunjukan pukul 9 pagi. Dering telfon terdengar sangat kencang hingga berkali-kali sehingga membangunkan tidur Alex. “Ya hallo,” ucap Alex tanpa melihat siapa yang menelfon dirinya. “Astaga kamu baru bangun sayang? Padahal mama udah ada di butik dari 10 menit yang lalu. kamu malahan masih asik tidur, cepetan kamu ke butik tante mirna ajak Alice sekalian. Enak sekali kamu ini ya mau menikah tapi masih santai-santai begitu.” Omel sang Mama. “Apaan sih mah. Alex juga udah mau berangkat kali. Tinggal nunggu Alice aja yang masih dandan. Tungguin aja, sebentar lagi juga Alex sama Alice jalan mah,” kilah Alex. “Ya udah hati-hati. Cepetan ya,” ucap Agatha. “ Iya mamah.” Alex langsung mematikan sambungan telfonnya dan bersiap-siap untuk menyusul sang mamah ke butik. Alex melihat pantulan dirinya di dalam cermin. Setelah dirasa rapi dirinya keluar dari kamarnya. Ia melihat pintu kamar Alice yang m
Setelah mereka selesai fitting baju pengantin Alex pamit kepada sang mamah. "Mah, Alex ke kantor dulu ya. Ada urusan mendadak tadi Rafa telfon. Alice biar nanti dijemput sama Niko aja,” ucap Alex. “Ehh jangan. Menantu mamah biar nanti mamah yang anter. Mamah mau shoping sama Alice sekalian mau makan siang sama papah mu,” kata Agatha. “Ya udah mama titip Alice dulu ya. mamah mau ambil mobil,” lanjut Agatha “Kamu jaga sikap sama mamah ya. Inget jangan sampai mamah atau papah tau kalau hubungan kita hanya sandiwara. Apalagi kalau sampai mereka tau kamu menikah dengan aku karena terpaksa,” bisik Alex. Melihat mobil sang mamah yang sudah didepan mata, Agatha langsung mengitari mobil tersebut dan masuk kedalam mobil. “Hati-hati ya ma,” ujar Alex. Dengan perlahan Alex mengemudikan mobilnya ke kantor. Agatha dan Alice pergi ke pusat perbelanjaan. Di sana mereka berbelanja. Agatha tidak segan-segan membeli beberapa baju yang cocok untuk Alice tentunya dengan brand yang terkenal dan harg
Setelah Alex hilang dari pandangan matanya. Alice berlari meninggalkan dapur tersebut sambil menangis. Ia berlari menuju taman. “Aaaaaaaa.” Teriak Alice. Alice mejatuhkan dirinya di rerumputan hijau yang ada di taman itu. “Tuhan apa salahku? Sehingga aku yang harus menerima ini semua. Kau tau tuhan bukan aku yang menabrak mereka. Tapi kenapa aku di sini yang masih saja disalahkan. Bahkan sekarang aku justru menjadi tameng hubungan antara manusia sombong itu dengan kekasihnya. Kenapa semua ini terjadi pada ku, Tuhan? Apakah aku tak pantas untuk bahagia?” ucap Alice sambil setengah berteriak. Ia menangis memegangi dadanya yang terasa nyeri. “Bahkan aku selalu mengalah dengan kakakku. Aku selalu menuruti apa yang kedua orang tuaku inginkan tapi kenapa justru aku yang merasakan sakit seperti ini, Tuhan.” Lagi-lagi Alice hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang sangat tragis ini. Suasana malam ini menjadi semakin menambah mellow tatkala terdengar gemuruh petir yang sudah mulai kelu
Sesampainya dikantor. “Hay Lex, Aku dengar dari tente Agatha kalau kamu bentar lagi mau menikahi Alice. Benar begitu?” tanya Askara. “Hemmm,” singkat Alex. “Wah wah wah sayang sekali, padahal tadinya aku yang akan menikahi Alice, ehh taunya malah udah keduluan. Alice yang cantik, imut, pinter masak, tinggi, putih, behh idaman baget pokoknya. Sebenernya sayang si, kenapa dia harus sama kamu,” ujar Askara Alex yang mendengar ucapan Askara hanya menatap sahabatnya tajam. “Santai Bro.. lagian kan kamu udah punya Meli. Jadi lebih baik Alice buat aku aja. Aku janji kalo aku bakal mencintai Alice dengan segenap jiwa raga aku." “Brisik kau Al. Sampai lo berani nyentuh Alice, habis lo di tangan gue!” Alex mencoba memperingati Alex. “Hahahahah.. kalem Lex, aku cuma pengen ngerti hati kamu yang sekarang aja. Ternyata bener kamu udah mulai cinta sama Alice,” kata Askara sambil tersenyum miring. “Diem gak kau! Brisik tau! Bagaimana pun hati aku itu bukan urusan kamu! Yang jelas aku masih ci
Di tempat lain. Di dalam kamarnya Ferdi menatap foto Alice sang putri sambil meneteskan air matanya. Dirinya sangat rindu dan sangat mengkhawatirkan keadaan Alice karena sampai detik ini komunikasi diantara dirinya dengan Alice terputus atas permintaan dari Alex. Ferdi selalu merasa tak berguna, karena tak bisa berbuat apa pun untuk Alice. Dirinya gagal untuk membuat Alice Bahagia. “Pah, cukup pah sudah. Biarkan Alice disana. Harusnya papah lega karena Denira tidak kenapa-kenapa.” Ujar Febri menghampiri Ferdi “Kau memang orang tua yang tak punya hati! Kau fikir aku bisa tenang saat anakku ada di dalam sana? Dia ada Bersama orang yang terkenal kejam!” ucap Ferdi. “Tapi buktinya kita tidak mendengar kabar kematian Alice kan, Pah. Jadi ya berarti Alice masih hidup dan baik-baik aja disana,” ucap Febri dengan rasa tak bersalahnya. “Astaga Febri! Apa yang sesungguhnya ada di otak kamu itu!” bentak Ferdi. “Sudahlah Pah. Aku tak mau berdebat. Percuma aku ngomong. Toh kau akan tetap memb
Mendengar tangisan dari Alice yang membuat aksi Alex berhenti dan kemudian tersadar atas apa yang dia lakukan saat ini. Alex pun segera bangkit dan pergi dari mansion itu. Pagi hari dimeja makan. “Kau gadis bodoh! Makanlah Bersamaku!” ujar Alex yang melihat Alice sedang menyiapkan sarapannya. “Tap..tapi tuan di dalam surat per jan….” “Aku yang membuatnya dan aku pula yang menyuruhmu untuk melanggarnya sebentar. Maka duduklah sebelum aku marah,” ucap Alex yang memotong perkataan Alice. Mau tak mau Alice pun langsung duduk di kursi yang ada depan samping Alex. “Besok adalah pernikahan kita, kau harus jaga sikap, mengerti gadis bodoh!” tukas Alex. “Iya Tuan, saya mengerti.” Jawab Alice singkat. “Oke kalau kau mengerti, disana kau harus memanggilku dengan sebutan Alex,” ujar Alex kembali “Iya Tuan,” kata Alice. “Huh kan aku sudah bilang panggil aku Alex. Apa kau tak mengerti Bahasa manusia?” tanya Alex sedikit kesal. “Astaga Tuan, kau yang mengatakan pada aku kalau disana aku h
Setelah acara pernikahan selesai, Agatha meminta Alex dan Alice untuk menginap beberapa hari di mansion utama dengan alasan dirinya ingin lebih dekat mengenal Alice. Mau tidak mau baik Alice maupun Alex terpaksa menyetujui usulan sang mamah dari pada nanti mamahnya menjadi curiga. Alice merasakan lelah yang sangat teramat pada tubuhnya. Untuk sedikit menghilangkan rasa lelahnya dirinya berniat untuk segera mandi dan lanjut untuk tidur. Setelah beberapa menit Alice melakukan ritual mandinya, Alice sengaja ingin merebahkan badannya dulu di sofa sambil memainkan gedgetnya sebentar. Namun tiba tiba suara Alex mengagetkan Alice. “Kalau kau mau tidur, langsung saja tidur di ranjang. Jangan tidur di sofa. Apa kau harap aku akan bersikap romantis terhadapmu yang akan menggendong tubuhmu yang ketiduran di sofa lalu di pindahkan ke ranjang? Jangan bermimpi gadis bodoh!” ujar Alex. Astaga mengapa semakin kesini pemikiran tuan ini semakin aneh, Tuhan. Padahal tak ada sedikit pun fikiranku un