Share

Bab 5 - Seperti Orang Cemburu

Setelah Bi Ayem dan Niko keluar, Alice meringkuk di kasurnya Ia menangis sambil memeluk tubuhnya sendiri.

“Tidak Alice, kamu harus terus bertahan. Aku yakin kamu pasti bisa melewati semua cobaan ini. Kamu gak salah, kamu gak pernah nabrak Non Meli. Kamu harus yakin cepat atau lambat pasti kebenaran akan terbongkar,” ucap Alice lirih.

Pagi sudah tiba, Alex sudah rapi dengan setelan kerjanya.

Seperti biasa, tempat yang ia tuju sebelum berangkat ke kantor adalah meja makan.

Alex melihat hanya ada Bi Ayem dan beberapa pelayan yang melayaninya pagi ini. Itu berarti Alice masih berada di dalam kamar mandi sejak semalam.

Dengan Langkah cepat Alex langsung menuju kamar Alice dan membuka pintu kamar mandi Alice.

Dilihatnya Alice yang masih Menekuk lututnya dan duduk dilantai kamar mandi.

“Keluarlah,” titah Alex dan langsung meninggalkan kamar Alice.

Flashback On

Semalam ketika Alice selesai mengganti bajunya dengan di bantu Bi Ayem, Alice meminum teh buatan Niko.

“Bi bagaimana kalau Tuan Muda tau kalau kita yang sudah membebaskan Alice?” tanya Niko.

Bi Ayem berfikir sejenak,

“Begini saja, bagaimana kalau pagi-pagi sebelum Tuan Muda bangun Alice kita kunci lagi di kamar mandi dan Alice beberapa menit sebelum jam 7 kau harus membasahi badanmu sehingga tuan muda tidak curiga,” usul Bi Ayem.

“Makasih ya, Bi. Terima kasih juga Kak Niko,” ucap Alice sambil tersenyum.

Ternyata masih ada orang baik yang mau menolongku.~ Batin Alice

Flashback Off

“Pagi Bi Ayem. Makasih ya, Bi.” Alice mengucapkan rasa terima kasihnya pada Bi Ayem atas pertolongannya semalam sambil memeluk Bi Ayem dari samping.

“Sama-sama Alice. jangan sedih lagi ya,” ujar Bi Ayem

“Engga dong. Aku udah semangat lagi nih,” ucap Alice sambil tersenyum ceria. “Oh ya, masakan udah beres, aku lanjut siram tanaman aja ya, Bi. Sepertinya bibit bunga favorite aku sudah dateng, jadi aku langsung tanam aja ya Bi.”

“Ya udah semangat Alice,” ucap Bi Ayem.

Alex yang sudah selesai dengan sarapannya masih belum melihat Alice disekitarnya.

“Bi Ayem!” teriak Alex.

“Dimana gadis bodoh itu?” tanya Alex.

“Maksud Tuan, Nona Alice?” tanya Bi Ayem.

“Siapapun namanya aku tak peduli,” tegas Alex.

“Ada di kebun Tuan, sedang menyiram tanaman dan menanam bibit baru,” jawab Bi Ayem.

...

Alice yang sedang menanam bunga kesukaanya dikagetkan oleh suara seseorang yang menepuk pundaknya dan menyapanya.

“Pagi Alice,” sapa Niko.

“Kak Niko, ngagetin aja,” ujar Alice.

“Kamu semangat banget nih pagi ini.“

“Iya dong harus semangat karena aku lagi nanam bunga kesuakan aku, bunga lily,” ucap Alice dengan penuh semangat.

“Bunga Lily? Kau suka bunga Lily?” tanya Niko.

“Iya.”

“Tumben, biasanya Perempuan suka bunga mawar bahkan bunga bank hehehe,” ucap Niko dengan nada becanda.

“Oh kalau bunga bank aku lebih suka lagi Kak hehehe,” jawab Alice sambil tertawa kecil.

“Kau tau kak, bunga lily itu melambangkan kesucian, bersih, dan menawan. Bunga lily itu tampil apa adanya. Jika suatu saat aku dikasih kesempatan, aku mau beli bunga lily dengan berbagai macam warna,” terang Alice.

“Ternyata kau benar-benar menyukai bunga lily,” ucap Niko sambil tertawa.

Niko mendekati wajah Alice, yang terlihat terdapat tanah dipipinya.

Eh eh Alice tampak gugup saat Niko semakin mendekatkan wajahnya.

“Ada apa kak?” tanya Alice, reflek Alice pun memejamkan matanya.

“Huh sangkin semangatnya kau sampai membuat mukamu itu terlihat seperti tanaman, penuh tanah. Hahahah.” Niko tertawa karena melihat wajah Alice yang terlihat lucu penuh dengan tanah.

Sedangan Alice tersenyum malu. Entah apa yang ada dipikirannya tadi, mengapa ia justru memejamkan matanya saat Niko mendekati wajahnya.

Ekhemm.

Suara deheman itu membuyarkan tawa keduanya. Alice dan Niko melihat ke sumber suara itu.

“Bukannya Kerja, malah asik-asikan pacaran! Niko kamu ikut aku. Hari ini kamu gantikan Septi untuk mengantarku ke kantor. Mulai hari ini Septi sudah tidak lagi bekerja denganku. Aku sudah memecatnya karena dia telah berani mengkhianatiku dan aku peringatkan kepadamu Niko, aku menggajimu mahal untuk bekerja bukan untuk pacaran!“ tegur Alex.

“Siap, Tuan Muda.”

...

Niko mengantar Alex ke kantornya. Selama perjalanan di dalam mobil itu terasa sangat canggung. Tak ada pembicaraan apapun disana.

Sejenak Niko teringat peringatan Bi Ayem agar dirinya tetap menjaga jarak dengan Alice karena Alice sebenarnya merupakan Istri dari Tuan Muda bukan seorang pelayan.

“Sejak kapan kau dekat dengan gadis bodoh itu?” tanya Alex yang membuyarkan lamunan Niko.

“Kam..kami ti..tidak dekat, Tuan. Tadi kami hanya mengobrol biasa,” ucap Niko dengan rasa takut. Pasalnya saat ia melihat ke kaca mobil, dilihatnya tatapan tajam Alex kepada dirinya.

“Oh ya? Aku lihat kalian begitu akrab. Bahkan kalian terlihat sangat senang berbincang-bincang," ujar Niko. "Aku peringatkan sekali lagi, Niko. Gadis bodoh itu adalah istriku. Dia hanya bisa menjadi pelayanku dan budakku. Kau atau siapapun tidak berhak mendekati gadis bodoh itu, Mengerti!” tegas Alex dengan menekan beberapa kata dalam ucapannya.

“Ba..ba..baik Tuan,” jawab Niko.

“Tuan aneh sekali, kalau hanya dijadikan budak kenapa dia posesif sekali seperti orang yang sedang cemburu pada pasangannya,” gumam Niko yang samar-samar masih bisa didengar oleh Alex.

“Heh kau berbicara apa? Kau ingin mati, heh!” teriak Alex.

“Tidak tuan,” jawab Niko

Astaga pagi-pagi begini sudah kena seprot dua kali. Huh.. ~ Batin Niko

“Oh ya, Hari ini pihak rumah sakit akan memindahkan Meli kerumahku. Persiapkan dengan baik. Aku ingin kamar meli berada disebelah kamar tidur ku,” Ujar Alex

“Siap tuan.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status