Share

Bab 4 - Penderitaan Dimulai

Setelah menjenguk Meli, Alex dan Askara pergi ke kediaman Alex. Askara memang sering main ke rumah Alex tapi sebelum Meli memutuskan untuk tinggal bersama dengan Alex.

Saat Askara ingin ke dapur untuk mengambil minum, dari kejauhan terlihat Bi Ayem sedang mencuci peralatan masaknya dan piring-piring kotor.

Doooorrr Teriak Askara sambil menepuk Bi Ayem.

“Ih si Aden bikin jantung bibi mau copot aja,” ucap Bi Ayem.

Askara hanya menyengir saja.

“Aden baru keliatan, kemana aja atuh, Den?” tanya Bi Ayem.

“Hehehe abis kalau mau kesini males ada Meli. Yang ada saya jadi nyamuk entar,” ujar Askara.

“Si aden bisa aja. Makanya atuh Den cari pacar. Tapi cari pacarnya jangan seperti Non Meli ya Den hehe," ujar Bi Ayem.

“Si Bibi bisa aja. Ya enggak lah ogah saya Bi pacaran sama nenek sihir,” bisik Askara.

"Hehehe Si Aden bisa aja. Gitu gitu Tuan Alex demen, Den."

“Dia aja yang lagi Bucin hahahaha... By the way Bi, laper nih ada makanan apa?” tanya Askara.

Dilihatnya ada Semangkuk sayur sop dan Ayam goreng disana.

“Wahhh,,, makanan enak nih kayaknya,” ucap Askara sambil langsung mencicipi masakan tersebut.

“Eh Aden, itu punya Alice Den,” ucap  Bi Ayem.

“Emm enak ko Bi. Enak banget malah. Kuahnya seger banget ayam gorengnya juga pas terus kriuk lagi,” ucap Askara.

Alice berjalan kedapur untuk membantu Bi ayem.

“Haii, kamu Alice, kan? Maaf ya makanan kamu aku makan. Dikit doang ko aku laper soalnya,” kata Askara pada Alice yang berjalan melewatinya.

Alice yang diajak bicara oleh Askara hanya diam saja, Ia justru terlihat sibuk dengan mengelap piring dan gelas yang sudah dicuci oleh Bi Ayem.

“Ko diem aja, padahal aku gak gigit loh,” ucap Askara. “Gak kayak Alex,” bisik Askara.

“Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Alice.

“Tuan? Emang aku keliatan udah tua banget ya? Panggil aku Askara aja,” ucap Askara.

“Jangan Tuan, Tuan Askara kan temannya Tuan Muda jadi saya gak pantes jika hanya memanggil nama saja, Tuan.” Ucap Alice.

“Ya sudah kalau begitu panggil aku kak, Kak Al atau Kak Askara. Aku rasa aku lebih tua dari mu,” usul askara.

“Tapi Tua..” ujar Alice yang langsung dipotong Askara.

“Kak Askara. Susah banget emang ya?” tanya Askara.

“Baik Kak,” jawab Alice dengan senyuman kecil.

Sambil Alice mengerjakan pekerjaan rumahnya, Alice dan Askara berbincang bincang. Mereka membicarakan banyak hal. Mereka layaknya orang yang sudah mengenal lama. Tak jarang karena sifat ramah, periang dan tingkah lucu Askara yang membuat Alice tertawa.

Tidak berselang lama kemudian terdengar suara langkah kaki seseorang yang sedang menuruni anak tangga.

Alex tersenyum miring.

Apa apan ini, aku kan membawanya kesini untuk menyiksanya. Mengapa dia malah asik tertawa Bersama Askara ? Ingat gadis bodoh, aku tidak akan melepaskanmu.~ terang Alex.

Ekhemmm

Suara itu seketika menghilangkan senyum keceriaan di wajah Alice.

“Kebetulan ada kamu Lex. Aku mau nginep disini ya. Aku kan udah lama gak nginep disini,” ujar Askara sambil menaik turunkan alisnya.

“Malam ini aku gak terima tamu apa lagi menginap!” ketus Alex

“Ayolah Lex. Kita kan temen, biasanya juga boleh. Lagian aku lagi males nyetir,” ucap Askara.

“Niko!” teriak Alex.

“Ya tuan,” ucap Niko yang langsung mendekat ke arah Alex

“Antar kan Askara pulang. Jika kau ada kerjaan, maka minta boy untuk mengantarnya pulang,” ucap Alex

“Ah kamu mah gak asik, Lex.” Ucap Askara.

Ni orang kesambet apa? tumben-tumbenan dia begini. Biasanya oke oke aja. Terus apa-apan ini dia ngusir aku? Sialan, masa berani-beraninya dia ngusir Bos dengan pemilik club terbanyak ini. Huft.. ~ Ucap Askara dalam hatinya.

“Dadah Alice. Besok kita ketemu lagi ya,” ucap Askara lalu melangkah meninggalkan mereka yang ada di dapur

“Besok juga aku gak terima Tamu!” teriak Alex yang masih didengar oleh Askara.

Saat Askara sudah hilang dari pandangannya. Tatapan tajam Alex mengarah kearah Alice. Lirikan yang tajam sehingga mampu menusuk tepat kedalam bola matanya.

“Kau gadis bodoh! ikut aku sekarang.”

Dengan paksa Alex menarik tangan Alice. Alex membawa Alice ke kamarnya. Dan melemparkan nya ke lantai.

“Udah kenyang ketawa-ketawanya? Aku gak suka lihat ketawamu itu, Ngerti! Tadi udah senang kan? Sekarang giliran penderitaan yang akan kamu tanggung malam ini gadis bodoh!” ucap Alex.

Dengan paksa Alex menyeret Alice ke kamar mandi milik Alice dan menekan kepalanya ke dalam kolam air yang ada disana.

Setelah sekian detik kepala Alice diangkat dengan menjambak rambutnya dan tak selang berapa detik di tekan lagi kepala Alice ke dalam kolam itu. Begitu seterusnya hingga berapa kali.

Setelah merasa puas tubuh Alice dihempaskan ke lantai kamar mandi.

“Aku gak suka liat kamu senang. Karena kamu sekarang kekasihku koma. Kalau enggak menjaga nama baik, nyawa kamu udah melayang di tangan aku, ngerti!” tegas Alex.

Alex pun keluar dari kamar mandi itu tak lupa ia menguci pintu kamar mandi yang berada di kamar Alice tersebut.

Alice hanya bisa menangis. Ia tak menyangka, mengapa nasibnya setragis ini. Kapan dirinya akan Bahagia?

Ternyata tinggal dengan mamah dan kakak yang tak menyayangi dirinya lebih baik di banding hidup dengan moster yang sembunyi dibalik status suami.

Suasana malam semakin malam. Alice semakin menggigil karena baju nya yang sudah basah karena perbuatan Alex tadi tapi tak kunjung diganti.

Bi Ayem yang tadi sempat melihat perlakuan tuan Alex pada Alice pun menjadi khawatir oleh keadaan Alice. Melihat mansion yang sudah sepi, dengan hati-hati Bi Ayem pergi ke kamar Alice.

Tapi saat akan menuju ke kamar Alice, Bi Ayem di kagetkan dengan kedatangan Niko yang ternyata ada didepan dirinya.

“Bibi ngapain ada disini?” Tanya Niko karena merasa heran dengan gelagat mencurigakan Bi Ayem.

“Aduh Niko, bikin Bibi kaget aja,” ucap Bi Ayem.

“Bibi kenapa ko jalannya ngendap ngendap gitu?” tanya Niko.

“Usttt jangan kenceng-kenceng.”

Bi ayem langsung menarik dan membawa Niko ke dapur.

“Tadi saya lihat Alice ditarik kekamarnya dengan paksa sama Tuan Muda. Tapi sampai sekarang Alice belum keluar kamar, saya khawatir Alice kenapa-kenapa,” ujar Bi Ayem dengan pelan-pelan dan berbisik.

“Tapi kalau kita bantu Alice nanti kita yang kena marah,” ucap Niko.

“Lebih baik kita lihat keadannya dulu. Saya takut Alice kenapa-kenapa,” ucap Bi Ayem.

Niko yang pada dasarnya kasian dengan nasib Alice pun kemudian membantu Bi Ayem untuk mengecek keadaan Alice yang ada dikamarnya.

 Bi Ayem yang akan beraksi sedangkan Niko menjaga keamanan disekitar.

Dengan susah payah karena penjagaan yang bisa dibilang sangat ketat akhirnya Bi Ayem dan Niko bisa masuk ke kamar Alice.

Dilihatnya kamar Alice yang kosong.

Kemana perginya Alice? Padahal dengan yakin Bi Ayem tidak melihat Alice pergi kemana pun.

Melihat keadaan kamar mandi yang tertutup akhirnya Niko mencoba untuk mengecek kamar mandi tersebut.

Ternyata benar pintu kamar mandi itu terkunci dari luar.

Dengan cepat Niko pun membuka pintu tersebut. Dan tampaklah Alice yang sudah lemah, dengan badan yang menggigil sedang duduk di lantai kamar mandi. Niko pun langsung mengangkat tubuh Alice yang sudah pucat pasi. Badannya sungguh dingin.

Bi Ayem segera menyiapkan pakaian ganti.

“Biar bibi bantu Alice mengganti pakaiannya,” ucap Bi Ayem.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status