Alice menangis kala Alex membawa-bawa nama keluarganya.
“Ku mohon tuan jangan lakukan itu. Baik aku akan menikah dengan mu,” ucap Alice memohon.
“Kau yakin Nak? Tapi papah khawatir, pasti nanti Tuan Alex tidak akan melepaskanmu sayang,” ucap Ferdi.
“Gak papa pah, aku rela asal papah dan mamah bahagia. Alice rela pah,” ucap Alice berusaha membuat Ferdi yakin akan keputusannya..
Setelah pernikahan itu terjadi, Ferdi pulang dengan wajah sedih dan putus asa. Ia sangat merasa terpukul. Ia tak tega jika harus merelakan putrinya dipersunting oleh lelaki sekejam Alexander Alfonso.
“Kau gadis bodoh, kemari dan baca surat perjanjian ini, hafalkan lalu tanda tangani!”
Surat perjanjian berisi peraturan dan apa saja yang harus Alice kerjakan selama menjadi istri Alex.
- Tidak diperbolehkan memanggil Alexander Alfonso dengan nama. Wajib memanggil Alexander Alfonso dengan sebutan Tuan Muda.
- Harus bangun dipagi hari dan membersihkan rumah, memasak, dan mengurus kebun.
- Tidak diperkenankan makan di meja yang sama dengan Tuan Muda.
- Harus Pergi ke rumah sakit dan merawat Nona Meli dengan diantar oleh supir, tidak boleh pergi sendiri.
- Tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan keluarga termasuk ayah.
- Tidak dipebolehkan memanggil Tuan Muda terlebih dahulu. Harus menunggu Tuan Muda yang memanggil.
- Harus menyembunyikan status pernikahan kepada siapa pun.
- Tidak diperbolehkan mencampuri urusan Tuan Muda.
- Semua yang diperintahkan Tuan Muda mutlak dan tidak boleh dibantah.
- Tidak diperbolehkan masuk ke ruang pribadi Tuan Muda tanpa izin dari Tuan Muda.
”Ingat! Jangan sampai kau melanggar satu poin pun yang tertera disurat perjanjian itu. Jika kau sudah menanda tangani perjanjian itu, kau boleh pergi dan langsung menjalankan tugasmu dan kamar mu berada dibawah, disamping kamar pembantu,” tegas Alex.
...
Di rumah Sakit
“Sayang bagaimana kabarmu? Kenapa kau masih saja memejamkan mata indahmu itu sayang?” ujar Alex sambil mengelus pipi Meli.
“Sayang aku sudah membuat perhitungan pada gadis bodoh yang telah mencelakakan kamu, sayang. Dia sangatlah bodoh, kau tenang saja aku menikahinya hanya karna untuk membalaskan dendammu sayang, percayalah padaku. Dan jika nanti saat dia merawatmu dia mencelakakanmu kembali, bangunlah sayang dan kau bisa memberikan Pelajaran untuknya sendiri. Satu hal yang harus kau tahu, aku akan tetap menuggumu, dan jika kamu sudah bangun, aku akan meninggalkannya. Aku akan mencampakkannya sayang dan menjadikannya gembel,” ucap Alex dengan lembut sambil mencium tangan Meli.
Alex mengambil ponselnya
“Niko, kau awasi terus gadis bodoh itu, ingat jangan sampai gadis bodoh itu kabur. Jika dia kabur maka kepalamu lah yang akan menjadi penggantinya.” Peringatan Alex dari sebrang telepon itu untuk Niko.
“Baik Tuan.”
Setelah dari rumah sakit, Alex bergegas untuk berangkat ke kantornya.
“Selamat pagi Tuan,” sapa semua karyawan sambil menunduk memberikan hormat pada Tuan Muda.
Tapi seperti biasa Alex tak membalasnya sama sekali, dengan sombong dan acuhnya dia melenggang melewati barisan para karyawan dan pergi ke ruanganya.
Meskipun Alex terkenal sombong tapi kepiawaiannya dalam berbisnis sudah tidak bisa diragukan lagi. Di umurnya yang 28 tahun Ia sudah menjadi pembisnis muda yang sukses. Bahkan bisa dibilang dirinya lebih hebat dari sang ayah Martin Alfonso.
...
Di kediaman milik Alex, terlihat Alice sedang membantu Bi Ayem untuk membereskan rumah dan memasak. Sebenarnya pekerjaan seperti ini sudah sangat sering Alice lakukan. Alice terbiasa membantu pekerjaan pembantu yang ada dirumah dan memasak. Masakannya pun sudah banyak yang memuji.
“Nona Alice, apa tidak apa-apa jika kau ikut membantu bibi memasak?” tanya Bi Ayem.
“Memangnya kenapa Bi? Lagian Aku sudah terbiasa dengan semua perkerjaan ini. Dan satu lagi, jangan panggil Nona, panggil saja Alice,” ujar Alice.
“Iya Alice. Kau sangat baik dan sangat cantik. Bahkan jika saya lihat kamu lebih cantik dari pada Nona Meli tunangan tuan muda,” ucap Bi ayem.
“Jangan begitu Bi, nanti ada yang denger bisa repot kita,” kata Alice.
“Tapi memang iya Alice, Dia itu cantik hanya karena make up, kalo Alice itu cantik alami, manis dan gak ngebosenin,” puji Bi Ayem.
“Sudah Bi, nanti yang ada saya bisa terbang kalau terus-terusan dipuji,” jawab Alice dengan senyuman kecilnya. “Tapi saya lihat Tuan Muda sangat mencintai Non Meli ya, Bi.” Lanjut Alice.
“Iya, bibi juga gak tau El, padahal dia itu semacam nenek sihir tau, udah genit sama semua cowok, matre, sombong. Hemmm amit amit bibi mah punya majikan kaya Non Meli.,” ujar Bi Ayem dengan wajah sedikit kesal kala mengingat perlakuan Meli pada para pelayan.
“Hust bibi jangan kyak gtu,” ucap Alice diiringi kekehan kecil dari mereka berdua.
“Hai, sedang masak apa? Oh ya pertemuan kita kala itu terlihat kurang menyenangkan. Sekarang lebih baik kita kenalan ulang ya,” ucap Niko yang langsung memberikan uluran tangannya.
“Saya Alice,” jawab Alice menyambut uluran tangan Niko.
“Aku Niko, aku disini sebagai asisten pribadi Tuan Alex di kediaman ini sekaligus kepala penjaga disini,” ucap Niko memperkenalkan dirinya.
“Kau asisten pribadi disini bukan dikantor?” tanya Alice.
“Bukan, asisten Tuan Muda yang dikantor itu yang menjemputmu waktu itu, namanya Rafa. Kalau saya khusus untuk disini. Jadi semua keperluan Tuan Muda dan mansion ini, itu adalah tugas saya,” terang Niko.
“Ohhh Gitu, ya sudah kalau begitu aku mau bersih bersih dulu ya, terus habis itu mau kerumah sakit. Oh ya nanti aku pergi sama siapa ya?" tanya Alice.
“Kau Akan pergi persama Boy. Tuan sudah menyiapkan Boy sebagai supirmu sekaligus bodyguardmu,” ucap Niko.
"Oke terima kasih."
...
Di kantor Alex
“Hola, gimana kabar kamu Lex? Gue lihat kamu semakin suntuk saja,” ucap Askara.
“Sedang apa Kamu di sini?” tanya Alex pada sahabatnya itu.
“Santai, Lex. Aku kebetulan abis meeting di daerah ini kebetulan aku ada rencana buka club di daerah sebrang. By the way gimana kondisi Meli?” tanya Askara.
Huft.. Alex menghembuskan nafasnya kasar,
“Ya begitu lah belum ada perkembangan, dia masih koma. Kata dokter kemungkinan Meli bisa sadar hanya 40 %, aku antara percaya gak percaya dia bisa bangun lagi Al,” ucap Alex. “Rencana aku mau pindahin dia kerumah aku aja biar aku semakin deket sama dia Al dan yang pasti aku bisa terus memantau gimana perkembangannya. Aku gak bisa jauh-jauh darinya.” Lanjut Alex
“Kamu yang tenang. Mungkin ini memang takdir Meli, kita berdoa aja semoga dia bisa bangun dari komanya. Oh ya Gimana kalau kita jenguk Meli. Siapa tau sekarang keadaannya makin membaik,” ucap Askara.
Mereka berdua pergi dengan mengendarai mobil Askara ke rumah sakit tempat Meli dirawat.
...
Dirumah sakit
“Heh gadis bodoh!” teriak Alex.
Pada saat Alex dan Askara membuka ruang rawat Meli, terlihat Alice dengan tidur dengan kepala berada di tempat tidur Meli.
“Aku nyuruh kamu buat jagain Meli dan merawat Meli bukan malah enak enakan tidur!” teriak Alex.
Dengan cepat Alex menarik tangan Alice dan mendorongnya ke arah pintu.
Dengan tanggap Askara menangkap Alice sehingga Alice tidak sampai jatuh.
“Kamu gak papa kan?” tanya Askara
“Saya gak papa, Tuan. Maaf saya permisi,” ucap Alice dan langsung meninggalkan ruangan tersebut.
Setelah menjenguk Meli, Alex dan Askara pergi ke kediaman Alex. Askara memang sering main ke rumah Alex tapi sebelum Meli memutuskan untuk tinggal bersama dengan Alex.Saat Askara ingin ke dapur untuk mengambil minum, dari kejauhan terlihat Bi Ayem sedang mencuci peralatan masaknya dan piring-piring kotor.Doooorrr Teriak Askara sambil menepuk Bi Ayem.“Ih si Aden bikin jantung bibi mau copot aja,” ucap Bi Ayem.Askara hanya menyengir saja.“Aden baru keliatan, kemana aja atuh, Den?” tanya Bi Ayem.“Hehehe abis kalau mau kesini males ada Meli. Yang ada saya jadi nyamuk entar,” ujar Askara.“Si aden bisa aja. Makanya atuh Den cari pacar. Tapi cari pacarnya jangan seperti Non Meli ya Den hehe," ujar Bi Ayem.“Si Bibi bisa aja. Ya enggak lah ogah saya Bi pacaran sama nenek sihir,” bisik Askara."Hehehe Si Aden bisa aja. Gitu gitu Tuan Alex demen, Den."“Dia aja yang lagi Bucin hahahaha... By the way Bi, laper nih ada makanan apa?” tanya Askara.Dilihatnya ada Semangkuk sayur sop dan Ayam
Setelah Bi Ayem dan Niko keluar, Alice meringkuk di kasurnya Ia menangis sambil memeluk tubuhnya sendiri.“Tidak Alice, kamu harus terus bertahan. Aku yakin kamu pasti bisa melewati semua cobaan ini. Kamu gak salah, kamu gak pernah nabrak Non Meli. Kamu harus yakin cepat atau lambat pasti kebenaran akan terbongkar,” ucap Alice lirih.Pagi sudah tiba, Alex sudah rapi dengan setelan kerjanya.Seperti biasa, tempat yang ia tuju sebelum berangkat ke kantor adalah meja makan.Alex melihat hanya ada Bi Ayem dan beberapa pelayan yang melayaninya pagi ini. Itu berarti Alice masih berada di dalam kamar mandi sejak semalam.Dengan Langkah cepat Alex langsung menuju kamar Alice dan membuka pintu kamar mandi Alice.Dilihatnya Alice yang masih Menekuk lututnya dan duduk dilantai kamar mandi.“Keluarlah,” titah Alex dan langsung meninggalkan kamar Alice.Flashback OnSemalam ketika Alice selesai mengganti bajunya dengan di bantu Bi Ayem, Alice meminum teh buatan Niko.“Bi bagaimana kalau Tuan Muda
Di ruangan Alex, tampak seorang wanita paruh baya tengah duduk di kursi kebesaran milik Alex.Wanita itu memutarkan kursinya hingga keadaan kursi membelakangi meja kerja Alex.Ia duduk bersantai sambil menunggu sang punya ruangan itu datang.“Anak kurang ajar, bos macam apa dia ini jam segini belum datang. Dan apa ini? bahkan dia membuatku menunggu cukup lama,” ucap wanita paruh baya itu lirih sambil melihat jam yang ada dipergelangan tangannya.Tak lama, terdengar suara pintu ruangan itu terbuka. Dengan cepat Wanita itu memutar kursinya.“Mama, ngapain mama disini?” tanya Alex melihat mamanya yang sedang duduk di bangku kebesarannya.Ya wanita paruh baya itu adalah Agatha Alfonso, sang ibunda dari Alex Alfonso dan suaminya bernama Martin Alfonso.“Sepertinya anakku tidak suka dengan kedatangan mamanya yang cantik ini?” ujar Agatha.“Ayolah Ma, katakan saja ada kepentingan apa mama kemari. Karena Alex sudah tau kebiasaan mama kalau datang ke kantor Alex. Kalau tidak karena pamit akan
Di ruang makan kediaman Martin Alfonso suasana terasa hening. Baik Agatha maupun Martin sama-sama terdiam, disana terlihat tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut mereka.Ditengah makan malam yang hening. Diam-diam Agatha menatap Alice dengan tajam. Diperhatikannya gadis cantik dengan parasnya yang manis dan bermata coklat bening yang sedang tersenyum cangung kearahnya.Di Tengah kecanggungan Alice, Alice tetap berusaha untuk menampilkan senyum manisnya kearah Agatha. Sedari tadi jantungnya serasa berdetak sangat kencang. Bagaimana tidak jika sedari Alice datang pandangan Agatha tak pernah lepas dari dirinya. Jantungny seakan terbelah oleh penglihatan Agatha yang sangat tajam itu.“Mah,” panggil Alex yang berusaha ingin mengalihkan pandangan mamahnya yang sedari tadi tidak beralih menatap Alice.Alex tidak ingin Alice ketahuan berpura-pura menjadi pacarnya. Namun belum sempat Alex melanjutkan kata-katanya, perkataanya sudah terlebih dahulu dipotong oleh sang mamah.“Alice, kamu mau
2 minggu setelah malam perkenalan itu, telah berlalu. Pagi itu, Jam dinding di kamar Alex menunjukan pukul 9 pagi. Dering telfon terdengar sangat kencang hingga berkali-kali sehingga membangunkan tidur Alex. “Ya hallo,” ucap Alex tanpa melihat siapa yang menelfon dirinya. “Astaga kamu baru bangun sayang? Padahal mama udah ada di butik dari 10 menit yang lalu. kamu malahan masih asik tidur, cepetan kamu ke butik tante mirna ajak Alice sekalian. Enak sekali kamu ini ya mau menikah tapi masih santai-santai begitu.” Omel sang Mama. “Apaan sih mah. Alex juga udah mau berangkat kali. Tinggal nunggu Alice aja yang masih dandan. Tungguin aja, sebentar lagi juga Alex sama Alice jalan mah,” kilah Alex. “Ya udah hati-hati. Cepetan ya,” ucap Agatha. “ Iya mamah.” Alex langsung mematikan sambungan telfonnya dan bersiap-siap untuk menyusul sang mamah ke butik. Alex melihat pantulan dirinya di dalam cermin. Setelah dirasa rapi dirinya keluar dari kamarnya. Ia melihat pintu kamar Alice yang m
Setelah mereka selesai fitting baju pengantin Alex pamit kepada sang mamah. "Mah, Alex ke kantor dulu ya. Ada urusan mendadak tadi Rafa telfon. Alice biar nanti dijemput sama Niko aja,” ucap Alex. “Ehh jangan. Menantu mamah biar nanti mamah yang anter. Mamah mau shoping sama Alice sekalian mau makan siang sama papah mu,” kata Agatha. “Ya udah mama titip Alice dulu ya. mamah mau ambil mobil,” lanjut Agatha “Kamu jaga sikap sama mamah ya. Inget jangan sampai mamah atau papah tau kalau hubungan kita hanya sandiwara. Apalagi kalau sampai mereka tau kamu menikah dengan aku karena terpaksa,” bisik Alex. Melihat mobil sang mamah yang sudah didepan mata, Agatha langsung mengitari mobil tersebut dan masuk kedalam mobil. “Hati-hati ya ma,” ujar Alex. Dengan perlahan Alex mengemudikan mobilnya ke kantor. Agatha dan Alice pergi ke pusat perbelanjaan. Di sana mereka berbelanja. Agatha tidak segan-segan membeli beberapa baju yang cocok untuk Alice tentunya dengan brand yang terkenal dan harg
Setelah Alex hilang dari pandangan matanya. Alice berlari meninggalkan dapur tersebut sambil menangis. Ia berlari menuju taman. “Aaaaaaaa.” Teriak Alice. Alice mejatuhkan dirinya di rerumputan hijau yang ada di taman itu. “Tuhan apa salahku? Sehingga aku yang harus menerima ini semua. Kau tau tuhan bukan aku yang menabrak mereka. Tapi kenapa aku di sini yang masih saja disalahkan. Bahkan sekarang aku justru menjadi tameng hubungan antara manusia sombong itu dengan kekasihnya. Kenapa semua ini terjadi pada ku, Tuhan? Apakah aku tak pantas untuk bahagia?” ucap Alice sambil setengah berteriak. Ia menangis memegangi dadanya yang terasa nyeri. “Bahkan aku selalu mengalah dengan kakakku. Aku selalu menuruti apa yang kedua orang tuaku inginkan tapi kenapa justru aku yang merasakan sakit seperti ini, Tuhan.” Lagi-lagi Alice hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang sangat tragis ini. Suasana malam ini menjadi semakin menambah mellow tatkala terdengar gemuruh petir yang sudah mulai kelu
Sesampainya dikantor. “Hay Lex, Aku dengar dari tente Agatha kalau kamu bentar lagi mau menikahi Alice. Benar begitu?” tanya Askara. “Hemmm,” singkat Alex. “Wah wah wah sayang sekali, padahal tadinya aku yang akan menikahi Alice, ehh taunya malah udah keduluan. Alice yang cantik, imut, pinter masak, tinggi, putih, behh idaman baget pokoknya. Sebenernya sayang si, kenapa dia harus sama kamu,” ujar Askara Alex yang mendengar ucapan Askara hanya menatap sahabatnya tajam. “Santai Bro.. lagian kan kamu udah punya Meli. Jadi lebih baik Alice buat aku aja. Aku janji kalo aku bakal mencintai Alice dengan segenap jiwa raga aku." “Brisik kau Al. Sampai lo berani nyentuh Alice, habis lo di tangan gue!” Alex mencoba memperingati Alex. “Hahahahah.. kalem Lex, aku cuma pengen ngerti hati kamu yang sekarang aja. Ternyata bener kamu udah mulai cinta sama Alice,” kata Askara sambil tersenyum miring. “Diem gak kau! Brisik tau! Bagaimana pun hati aku itu bukan urusan kamu! Yang jelas aku masih ci