Dengan langkah pelan dan ragu-ragu Alice mendekati Tuan itu.
“Hai! Apa kau keturunan siput sehingga cara jalanmu itu pelan sekali?” teriak pria itu.
“Maaf Tuan,” ucap Alice lirih.
Kini Alice tepat di depan sang tuan itu.
“Lihat aku dengan baik!” tegas pria itu sambil mencegkram rahang Alice.
“Aku Alexander Alfonso pengusaha nomor 1 di Negara ini. Dan sekarang kau telah salah karena bermasalah denganku. Akibat dari kebodohanmu kekasihku sampai koma!” ucap Alex.
Kenapa harus aku Tuhan, mengapa kedua orang tuaku tidak menyayangiku. Aku tidak salah Tuhan tolong aku.~ Alice Menangis dalam hatinya.
Dalam pandangan Alex, seorang Wanita berparas cantik dan manis yang sedang ia cengkram. Namun sayang jika ia kesal, baginya tak ada bedanya cantik atau tidak. Mereka sama-sama manusia bodoh yang telah bermasalah dengan dirinya.
“Pengawal! masukan dia ke dalam Gudang belakang. Kurung dia dan jangan beri dia makan sampai besok. Aku akan menentukan hukuman apa yang pantas untuknya besok!” titah Alex.
“Siap laksanakan, Tuan,” jawab para pengawalnya itu.
"Kerja bagus Rafa. Akanku transfer bonusmu malam ini juga. Kau boleh pergi sekarang," ujar Alex
Ya, pria berjas hitam yang tadi menjemput Alice adalah Rafa sang asisten pribadi sekaligus tengan kanan Alex di kantor.
"Baik Tuan terima kasih," jawab Rafa kemudian langsung berbalik untuk pulang ke rumahnya.
Namun di halaman depan mansion milik Alex, Rafa bertemu dengan Niko. Niko merupakan kepala penjaga sekaligus asisten Alex untuk mengurus segala sesuatu keperluan mansionnya.
"Siapa gadis cantik yang kau bawa, Raf?" tanya Niko.
"Dia gadis yang menabrak mobil Tuan Muda. Aku diperintahkan Tuan Muda untuk membawanya ke sini." jawab Rafa dengan tampang seriusnya.
"Ku lihat dia gadis baik-baik," ucap Niko.
"Jangan pernah menilai orang dari luarnya saja," ucap Rafa ketus.
"Santai saja Raf. Kenapa kau terlalu serius? Inikan hanya dugaanku saja," ucap Niko.
"Kalau kau merasa dia gadis baik-baik, maka lindungilah dia karena bisa saja dia akan habis ditangan Tuan Mudamu itu," ujar Rafa.
"Baiklah, hati-hati dijalan," ucap Niko pada Rafa yang sekarang sudah masuk ke dalam mobilnya.
Sebenarnya Rafa juga tidak tega saat melihat Alice yang menangis dengan raut wajahnya yang ketakutan tapi ini adalah tugas jadi mau tidak mau ia harus menjalankannya.
...
Kini Alice berada di ruangan yang sangat gelap. Ia tidak bisa melihat apapun, bahkan jika ada tikus, kecoa atau hewan lainnya ia sama sekali tidak melihatnya.
Tak selang berapa lama suara petir yang tadinya sudah mulai mereda ternyata kembali bersuara. Suara pecut yang sangat kencang membuat Alice ketakutan.
Ditengah derasnya hujan, mobil Alex justru meninggalkan kediamannya. Kini yang dia tuju adalah rumah sakit.
“Maafkan aku sayang karena gadis bodoh itu kau menjadi seperti ini. Tapi percayalah aku akan membalaskan rasa sakitmu. Aku akan membuatnya hidup segan mati pun tak mau. Aku akan membuat hidupnya bagaikan di neraka. Aku berjanji padamu sayang,” ujar Alex pada kekasihnya yang sedang terbaring koma di ranjang rumah sakit.
....
Pagi hari Alex memerintahkan beberapa pengawal untuk menjemput Ferdi secara paksa.
“Mau dibawa ke mana aku?” tanya Ferdi yang di jemput paksa di kediamannya pagi-pagi ketika mereka tengah menikmati sarapan.
“Tak usah banyak tanya. Kalau kau mau putrimu selamat, ikuti saja apa yang kami mau,” ucap salah satu pengawal itu.
Di kediaman Alex
“Niko!” teriak Alex.
“Iya tuan. Ada yang bisa saya bantu?” ucap Niko
“Kau bangunkan gadis bodoh yang ada di gudang. Hari ini juga aku akan menikahinya,” titah Alex.
“Anda serius tuan?” tanya Niko untuk memastikan pendengarannya tidak salah.
“Aku yakin telingamu masih berfungsi dengan baik, NIKO!” tegas Alex.
"Ba...baik Tuan," jawab Niko dengan nada gagap.
Niko pun pergi kegudang belakang. Dilihatnya Alice yang masih tertidur dalam posisi meringkuk.
Sebenarnya Niko kasian pada gadis itu tapi apa boleh buat. Dia hanyalah menuruti perintah tuannya.
“Hai, Bangunlah ini sudah pagi,” ucap Niko dengan menempuk lengan Alice pelan.
Alice yang mendapatkan tepukan kecil langsung beranjak dari tidurnya. Setelah Alice membuka mata ternyata yang dilihat pertama kali adalah Niko, seketika Alice langsung merasa ketakutan.
“Tak usah takut, aku diperintahkan tuan muda untuk mengantarmu kepada pelayan yang akan membantumu untuk membersihkan badanmu dan membantumu untuk Bersiap-siap,” terang Niko
Alice mengernyitkan dahinya, “Bersiap-siap untuk apa?” tanya Alice.
"Kalau boleh tau siapa namamu?" tanya Niko.
"Alice," jawab Alice singkat.
“Baiklah Alice Pergilah dulu, jangan membuat tuan semakin marah,” jawab Niko.
Alice pun kemudian berjalan mengikuti Niko.
...
Di kediaman milik Alex, Ferdi sudah datang.
Ferdi langsung dihadapkan ke hadapan Alex.
Tentu dapat dengan mudah untuk Ferdi mengenali siapa lelaki yang sedang berdiri dihadapannya itu.
Seorang pembisnis muda yang telah sukses mengantarkan perusahaanya menjadi perusahaan no. 1 di Negeri ini.
“Tu..tu..tuan Alex,” ucap Ferdi dengan terbata bata. Dirinya sungguh takut karena lelaki di depannya ini selain jago dalam berbisnis dirinya juga dikenal dengan orang yang kejam dan tak pandang bulu dalam menghajar orang yang telah berani mengganggu dirinya dan keluarganya.
“Tuan Ferdi Lucio. Senang bertemu dengan anda. Meskipun tidak aku sangka pertemuan pertama kita merupakan pertemuan yang bisa dibilang tidak menyenangkan.” Alex menyeringai.“Tuan Alex saya mohon jangan sakiti putri saya,” ucap Ferdi sambil mengatupkan kedua telapak tangannya memohon agar Alice dimaafkan.
“Kau tenang saja. Aku tidak akan menyakiti putrimu,” ucap Alex
Senyum sumringah tak lama terbit di bibir Ferdi, “Terima kasih, Tuan.”
“Tapi dengan dua pilihan,” lanjut Alex.
Seketika senyum di bibir Ferdi itu memudar.
“Kau serahkan seluruh hartamu kepadaku atau kau nikahkan aku dengan putrimu secara sirih sekarang juga,” tegas Alex.
“Tuan, tidak bisa begitu. Kau memberikan aku pilihan yang sulit. Putriku bukan barang yang bisa ditukar,” tolak Ferdi.
“Maka fikirkanlah. Hanya dua pilihan itu yang aku fikirkan sekarang dan aku ingin kau menjawabnya sekarang juga,” tegas Alex.
“Tapi bagaimana dengan tunangan Anda? Bukankah kau sudah bertunangan dengan Nona Mela?” tanya Ferdi.
“Kau rupanya sangat mengikuti gosip dikalangan pembisnis, Tuan Ferdi Lucio. Dan perlu kau tau, gara-gara putrimu yang bodoh itu kekasihku koma sampai sekarang!” teriak Alex.
“Tapi tidak bisa begitu. Jika kau menikah dengan putri ku, bisa saja kekasihmu itu sadar dari komanya. Jadi tolong jangan lakukan itu,” Ferdi mencoba untuk bernegosiasi dengan Alex.
“Maka serahkan saja hartamu pada ku,” Tegas Alex.
Dengan pertimbangan memikirkan kesejahteraan dirinya, istrinya dan putri sulungnya mau tidak mau Ferdi memilih pilihan kedua yaitu menikahkan Alice dangan Alex.
Alice yang sudah selesai didandani seperti pengantin langsung di bawa ke ruang tamu.
Alice dapat melihat papahnya yang sedang duduk di sofa ruang tamu dengan Alex yang duduk diseberangnya, Alice pun langsung menghampiri sang papa dan memeluknya. Ferdi langsung berkaca kaca melihat putri yang yang sangat cantik yang sebentar lagi akan menjadi istri pengusaha kejam.
“Maafkan papah Alice. Papah gak punya pilihan lain,”ucap Ferdi.
“Maksud papah apa? Kenapa aku didandani seperti ini Pa?” tanya Alice.
“Sebentar lagi kau akan menikah dengan Tuan Alex,” ucap ferdi sambil mencoba menghapus air mata yang mengalir di pipi sang putri.
“Tapi kenapa, pah? Apa papah tidak sanggup ganti rugi? Alice gak mau menikah apalagi dengan orang kejam seperti dia, Pa,” ucap Alice.
“Jaga mulut mu gadis sialan! Atau kau dan keluargamu akan mendapatkan balasan yang setimpal dariku! Aan ku buat kau dan keluargamu menjari gembel di luaran sana!” teriak Alex yang tak terima dirinya di sebut demikian.
Alice menangis kala Alex membawa-bawa nama keluarganya.“Ku mohon tuan jangan lakukan itu. Baik aku akan menikah dengan mu,” ucap Alice memohon.“Kau yakin Nak? Tapi papah khawatir, pasti nanti Tuan Alex tidak akan melepaskanmu sayang,” ucap Ferdi.“Gak papa pah, aku rela asal papah dan mamah bahagia. Alice rela pah,” ucap Alice berusaha membuat Ferdi yakin akan keputusannya..Setelah pernikahan itu terjadi, Ferdi pulang dengan wajah sedih dan putus asa. Ia sangat merasa terpukul. Ia tak tega jika harus merelakan putrinya dipersunting oleh lelaki sekejam Alexander Alfonso.“Kau gadis bodoh, kemari dan baca surat perjanjian ini, hafalkan lalu tanda tangani!”Surat perjanjian berisi peraturan dan apa saja yang harus Alice kerjakan selama menjadi istri Alex.- Tidak diperbolehkan memanggil Alexander Alfonso dengan nama. Wajib memanggil Alexander Alfonso dengan sebutan Tuan Muda.- Harus bangun dipagi hari dan membersihkan rumah, memasak, dan mengurus kebun.- Tidak diperkenankan makan di
Setelah menjenguk Meli, Alex dan Askara pergi ke kediaman Alex. Askara memang sering main ke rumah Alex tapi sebelum Meli memutuskan untuk tinggal bersama dengan Alex.Saat Askara ingin ke dapur untuk mengambil minum, dari kejauhan terlihat Bi Ayem sedang mencuci peralatan masaknya dan piring-piring kotor.Doooorrr Teriak Askara sambil menepuk Bi Ayem.“Ih si Aden bikin jantung bibi mau copot aja,” ucap Bi Ayem.Askara hanya menyengir saja.“Aden baru keliatan, kemana aja atuh, Den?” tanya Bi Ayem.“Hehehe abis kalau mau kesini males ada Meli. Yang ada saya jadi nyamuk entar,” ujar Askara.“Si aden bisa aja. Makanya atuh Den cari pacar. Tapi cari pacarnya jangan seperti Non Meli ya Den hehe," ujar Bi Ayem.“Si Bibi bisa aja. Ya enggak lah ogah saya Bi pacaran sama nenek sihir,” bisik Askara."Hehehe Si Aden bisa aja. Gitu gitu Tuan Alex demen, Den."“Dia aja yang lagi Bucin hahahaha... By the way Bi, laper nih ada makanan apa?” tanya Askara.Dilihatnya ada Semangkuk sayur sop dan Ayam
Setelah Bi Ayem dan Niko keluar, Alice meringkuk di kasurnya Ia menangis sambil memeluk tubuhnya sendiri.“Tidak Alice, kamu harus terus bertahan. Aku yakin kamu pasti bisa melewati semua cobaan ini. Kamu gak salah, kamu gak pernah nabrak Non Meli. Kamu harus yakin cepat atau lambat pasti kebenaran akan terbongkar,” ucap Alice lirih.Pagi sudah tiba, Alex sudah rapi dengan setelan kerjanya.Seperti biasa, tempat yang ia tuju sebelum berangkat ke kantor adalah meja makan.Alex melihat hanya ada Bi Ayem dan beberapa pelayan yang melayaninya pagi ini. Itu berarti Alice masih berada di dalam kamar mandi sejak semalam.Dengan Langkah cepat Alex langsung menuju kamar Alice dan membuka pintu kamar mandi Alice.Dilihatnya Alice yang masih Menekuk lututnya dan duduk dilantai kamar mandi.“Keluarlah,” titah Alex dan langsung meninggalkan kamar Alice.Flashback OnSemalam ketika Alice selesai mengganti bajunya dengan di bantu Bi Ayem, Alice meminum teh buatan Niko.“Bi bagaimana kalau Tuan Muda
Di ruangan Alex, tampak seorang wanita paruh baya tengah duduk di kursi kebesaran milik Alex.Wanita itu memutarkan kursinya hingga keadaan kursi membelakangi meja kerja Alex.Ia duduk bersantai sambil menunggu sang punya ruangan itu datang.“Anak kurang ajar, bos macam apa dia ini jam segini belum datang. Dan apa ini? bahkan dia membuatku menunggu cukup lama,” ucap wanita paruh baya itu lirih sambil melihat jam yang ada dipergelangan tangannya.Tak lama, terdengar suara pintu ruangan itu terbuka. Dengan cepat Wanita itu memutar kursinya.“Mama, ngapain mama disini?” tanya Alex melihat mamanya yang sedang duduk di bangku kebesarannya.Ya wanita paruh baya itu adalah Agatha Alfonso, sang ibunda dari Alex Alfonso dan suaminya bernama Martin Alfonso.“Sepertinya anakku tidak suka dengan kedatangan mamanya yang cantik ini?” ujar Agatha.“Ayolah Ma, katakan saja ada kepentingan apa mama kemari. Karena Alex sudah tau kebiasaan mama kalau datang ke kantor Alex. Kalau tidak karena pamit akan
Di ruang makan kediaman Martin Alfonso suasana terasa hening. Baik Agatha maupun Martin sama-sama terdiam, disana terlihat tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut mereka.Ditengah makan malam yang hening. Diam-diam Agatha menatap Alice dengan tajam. Diperhatikannya gadis cantik dengan parasnya yang manis dan bermata coklat bening yang sedang tersenyum cangung kearahnya.Di Tengah kecanggungan Alice, Alice tetap berusaha untuk menampilkan senyum manisnya kearah Agatha. Sedari tadi jantungnya serasa berdetak sangat kencang. Bagaimana tidak jika sedari Alice datang pandangan Agatha tak pernah lepas dari dirinya. Jantungny seakan terbelah oleh penglihatan Agatha yang sangat tajam itu.“Mah,” panggil Alex yang berusaha ingin mengalihkan pandangan mamahnya yang sedari tadi tidak beralih menatap Alice.Alex tidak ingin Alice ketahuan berpura-pura menjadi pacarnya. Namun belum sempat Alex melanjutkan kata-katanya, perkataanya sudah terlebih dahulu dipotong oleh sang mamah.“Alice, kamu mau
2 minggu setelah malam perkenalan itu, telah berlalu. Pagi itu, Jam dinding di kamar Alex menunjukan pukul 9 pagi. Dering telfon terdengar sangat kencang hingga berkali-kali sehingga membangunkan tidur Alex. “Ya hallo,” ucap Alex tanpa melihat siapa yang menelfon dirinya. “Astaga kamu baru bangun sayang? Padahal mama udah ada di butik dari 10 menit yang lalu. kamu malahan masih asik tidur, cepetan kamu ke butik tante mirna ajak Alice sekalian. Enak sekali kamu ini ya mau menikah tapi masih santai-santai begitu.” Omel sang Mama. “Apaan sih mah. Alex juga udah mau berangkat kali. Tinggal nunggu Alice aja yang masih dandan. Tungguin aja, sebentar lagi juga Alex sama Alice jalan mah,” kilah Alex. “Ya udah hati-hati. Cepetan ya,” ucap Agatha. “ Iya mamah.” Alex langsung mematikan sambungan telfonnya dan bersiap-siap untuk menyusul sang mamah ke butik. Alex melihat pantulan dirinya di dalam cermin. Setelah dirasa rapi dirinya keluar dari kamarnya. Ia melihat pintu kamar Alice yang m
Setelah mereka selesai fitting baju pengantin Alex pamit kepada sang mamah. "Mah, Alex ke kantor dulu ya. Ada urusan mendadak tadi Rafa telfon. Alice biar nanti dijemput sama Niko aja,” ucap Alex. “Ehh jangan. Menantu mamah biar nanti mamah yang anter. Mamah mau shoping sama Alice sekalian mau makan siang sama papah mu,” kata Agatha. “Ya udah mama titip Alice dulu ya. mamah mau ambil mobil,” lanjut Agatha “Kamu jaga sikap sama mamah ya. Inget jangan sampai mamah atau papah tau kalau hubungan kita hanya sandiwara. Apalagi kalau sampai mereka tau kamu menikah dengan aku karena terpaksa,” bisik Alex. Melihat mobil sang mamah yang sudah didepan mata, Agatha langsung mengitari mobil tersebut dan masuk kedalam mobil. “Hati-hati ya ma,” ujar Alex. Dengan perlahan Alex mengemudikan mobilnya ke kantor. Agatha dan Alice pergi ke pusat perbelanjaan. Di sana mereka berbelanja. Agatha tidak segan-segan membeli beberapa baju yang cocok untuk Alice tentunya dengan brand yang terkenal dan harg
Setelah Alex hilang dari pandangan matanya. Alice berlari meninggalkan dapur tersebut sambil menangis. Ia berlari menuju taman. “Aaaaaaaa.” Teriak Alice. Alice mejatuhkan dirinya di rerumputan hijau yang ada di taman itu. “Tuhan apa salahku? Sehingga aku yang harus menerima ini semua. Kau tau tuhan bukan aku yang menabrak mereka. Tapi kenapa aku di sini yang masih saja disalahkan. Bahkan sekarang aku justru menjadi tameng hubungan antara manusia sombong itu dengan kekasihnya. Kenapa semua ini terjadi pada ku, Tuhan? Apakah aku tak pantas untuk bahagia?” ucap Alice sambil setengah berteriak. Ia menangis memegangi dadanya yang terasa nyeri. “Bahkan aku selalu mengalah dengan kakakku. Aku selalu menuruti apa yang kedua orang tuaku inginkan tapi kenapa justru aku yang merasakan sakit seperti ini, Tuhan.” Lagi-lagi Alice hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang sangat tragis ini. Suasana malam ini menjadi semakin menambah mellow tatkala terdengar gemuruh petir yang sudah mulai kelu