Agung menembakkan obat bius tepat di leher Ardian. Dia tidak mau Ardian merusak rencananya. Mencegah Zulaika menikah, akan menghambat semuanya."Bawa dia pergi," pinta Agung. Dua anak buahnya mengangkat tubuh Ardian dengan perlahan. Mereka memasukkannya ke dalam kapal, membawanya pergi dari pulau. Semua pelacak di pantai, Agung atasi dengan baik. Salah satu anak buahnya sangat ahli dalam bidang itu.Agung meninggalkan pulau dengan tersenyum. Rencana pernikahan akan terwujud sebentar lagi."Zulaika akan meraih semuanya."**Arman kembali ke kamar Zulaika. Menatap wajah bidadari itu. Hingga kedua matanya melotot tajam. Kenapa ada mawar diselipkan di telinga kanan wanita itu? Kini dia baru sadar. Ardian adalah salah satu orang yang harus hadir di dalam pesta itu. Namun, dia tidak melihat sang adik sama sekali."Ardian. Sialan!" umpatnya pelan. Dia enggan membuat Zulaika terbangun. Arman kembali keluar kamar, mnghampiri para pengawal. "Apakah Ardian datang?" tanyanya dengan santai. Arman
Senyuman terlihat. Zulaika sangat puas! Arman kini tunduk kepadanya. Dia rela menyeberangi lautan itu karena dirinya."Zulaika ..."Arman melangkah perlahan mendekati wanita itu dan mendekapnya. Kedua matanya memejam, menikmati pelukan Zulaika. Menikmati hatinya yang sangat tenang ketika menatap wanita yang sekarang membahayakan hatinya itu membalas dengan senyuman."Senyuman Zulaika ... kenapa kau memberikan senyuman dahsyat itu? Apakah kau menyihirku? Katakan!"Arman sedikit menjambak rambut hitam yang kini tergerai hanya sebahu. Menatap dengan penuh hasrat. Tapi, anehnya. Arman bisa menahan itu semua."Kita akan menikah. Pernikahan apa yang kau inginkan, wanitaku ..."Zulaika hanya tersenyum dan tidak menjawab. Arman semakin terkekeh. Dia tidak menyangka, kemewahan yang dia tawarkan tidak membuat wanita yang masih dipandanngnya menjawab. Setiap wanita yang dinikahi siri olehnya selalu saja terbuai dengan perhiasan atau janji kekuasaan yang akan Arman berikan. Namun, Zulaika berbeda
Zulaika membuat semua wanita tidak percaya. Dia menatap Paula dengan senyuman kemenangan. Ema dan Sera pun masih tak mengerti. Kenapa sampai bisa, Paula seperti itu? Padahal dia adalah wanita terkuat di sana. Sekali saja dia mendengar bisikan Zulaika, wanita itu lemah!"Paula! Kenapa kau? Paula!" Melia masih saja tidak berhenti berteriak."Pergilah. Jangan memperlihatkan wajahmu di hadapanku. Hah, pergilah jalang," ucap Zulaika sangat santai.Melia masih saja menatap Paula dengan sangat kesal. Dia menerabas semua orang, meninggalkan para wanita yang masih saja menatap dengan amarah."Apa kalian tuli? Pergilah!" teriak Sera membuat semua wanita akhirnya meninggalkan kamar Zulaika."Hahaha. Kau sangat ... hebat. Kenapa kau membuatnya seperti itu? Apa yang kau katakan?" tanya Ema. Zulaika hanya tersenyum dan tidak menjawab. Membuat Ema sedikit kesal. "Kau tidak menjawabnya?" lanjut Ema sambil bersedekap."Aku tidak bisa mengatakan. Tidak semuanya bisa aku beritahukan kepada kalian," bala
Zulaika semakin tertekan dengan batinnya. Dia merasakan hati itu. Sepanjang malam, bayangan itu selalu saja hadir. Sosok tampan dengan kata-katanya yang selalu membuatnya melayang, selalu mengusik hatinya."Tidak bisa. Aku tidak akan pernah memberikan hatiku kepadanya. Bagaimana mungkin dia bisa membuatku seperti ini? Hatiku tersiksa, saat memikirkannya," gumamnya di depan cermin, sambil memandang dirinya sendiri. Kedua tangannya mulai mengepal. Mengingat semua masa lalu itu. Kedua mata Zulaika semakin menatap tajam, mulai mengingat masa itu. Pertikaian darah, yang sangat mengerikan.Ketika itu, Zulaika bersama dengan sang ibu di dapur. Mereka seperti biasanya, memasak bersama. Namun, Septian. Ayah Zulaika yang merupakan kaki tangan Malik selama puluhan tahun, akhirnya menjadi korban.Malik ketika itu resah Septian menyembunyikan fakta sangat besar bersama Agung. Pesaing hebat Maulana bernama Jakarasa, akan mengambil separo kekayaan Maulana karena mereka mengetahui Redrich kehilangan
Senyuman terlihat jelas di wajah Arman. Sepanjang hari, dia sama sekali sulit mengatasi ketenangan dalam dirinya. Bayangan Zulaika selalu melintas di kepalanya. Senyuman Zulaika yang sangat indah, tak tertandingi oleh siapapun juga. Lesung pipi yang sangat menggemaskan. Ingin sekali Arman memandangnya sepanjang hari.Wanita. Yah ... mereka hanya dianggap pakaian oleh Arman selama ini. Jika kusam, maka akan ditinggalkan, dan mencari yang baru. Semua istri siri Arman selama ini hanya dia nikmati sekali saja saat malam pertama setelah menikahi mereka. Para wanita itu adalah bayaran dari semua orang yang berhutang kepadanya.Dengan bangga, selama ini Arman selalu tersenyum bersama semua jajaran para Bos Besar. Dengan sangat sombong mengatakan, "tidak ada yang bisa membahayakan hatiku," ucapnya dengan lantang diiringi tawaan sangat kencang. Sangat percaya diri sekali. Hingga, dia kali ini merasakan bahaya itu. Hatinya tertusuk setiap melihat Zulaika ditatap oleh lelaki lain, termasuk Ardia
Zulaika tersenyum. Dia sangat senang bisa bertemu dengan Agung. Lelaki itu menerima pelukan Zulaika. Gadis itu menangis di dalam pelukan lelaki yang sudah menjadi ayah angkatnya itu. Agung perlahan mengelus-elus punggungnya."Kau baik-baik saja, anakku?" bisik Agung tersenyum. Zulaika melirik seseorang yang berdiri sambil bersedekap di hadapannya."Aku sangat baik," balasnya masih menatap pelayan yang memanggilnya itu. Pelayan wanita yang segera membuka topeng dan tersenyum. Zulaika terkejut. Dia sudah menduga. Maya pasti yang melakukannya."Maya. Sudah aku duga."Zulaika saat itu mendapatkan surat rahasia di bawah nampan yang dibawakan pelayan di kamarnya. Maya selalu saja berhasil menyamar masuk ke sana atas bantuan Redrich. Zulaika terkejut, dan segera membacanya. Surat itu tertuliskan, jika dia harus waspada, karena Bagus akan merencanakan sesuatu kepadanya."Kau ... lelaki biadap," ucap Zulaika pelan sembari meremas kertas itu. Dia semakin terkejut ketika membaca kalimat di bawahn
Ardian terkejut mendengar permintaan Zulaika. Dia menatap wajah itu. Wajah yang sangat cantik, selalu mempesona dirinya. Dia terus menatap Zulaika yang sangat berharap dirinya mengatakan, iya. Ardian sekali lagi mencium bibir kemerahan di hadapannya. Bibir yang sama sekali tidak bisa membuatnya tenang jika bersatu dengan Arman.Ardian menyatukan keningnya. Dia memejamkan kedua matanya. Memikirkan permintaan Zulaika."Jadi kau tidak mau?" bisik Zulaika. "Aku akan pergi," lanjutnya sambil mendorong kuat tubuh Ardian. Tuan Muda menahannya."Aku tadi menunggumu. Kau memberikan pesan itu, dan aku bersemangat sekali, walaupun aku tahu ternyata adalah jebakan.""Banyak sekali yang tidak menyukaiku untuk menikahi Arman. Kau ... adalah umpan mereka, Ardian," balas Zulaika masih menatap wajah tampan di hadapannya. Dia sangat kesal Ardian harus dikorbankan seperti itu oleh Bagus."Wahai kekasihku, apa yang bisa menolak hatiku untuk tidak menerimanya? Aku ingin sekali bersatu denganmu, menghasilka
Arman menatap Melia. Dia perlahan mendekati istri pertamanya itu. Melia adalah anak Bos Besar yang melakukan hutang kepada Arman. Saat itu Ayah Melia tidak bisa memenuhi pembayaran. Arman mengancam akan membuat perusahaan milik Melia hancur. Perdebatan terjadi cukup hebat di kediaman Melia. Hingga Arman mendengar suara biola sangat indah. Dia mencari asal suara itu. Kedua matanya dimanjakan sosok polos gadis cantik bermain biola.Melia membalas tatapan Arman. Seketika Arman meminta gadis itu. Awal mula, Ayah Melia menolak. Namun, Melia menawarkan dirinya sendiri karena cinta pada pandangan pertama terhadap Arman.Melia sangat bahagia menjadi istri siri Arman satu-satunya. Dia sangat berkuasa di dalam kediaman megah Maulana. Hingga dia sadar, Arman tidak mencintainya. Bahkan, membawa sembilan wanita untuk dinikahi siri olehnya, karena mengalami hal yang sama dengannya. Sejak saat itu, Melia bertekad akan melakukan segala cara untuk memenangkan hati Arman. Namun, semua kesempatan itu hi