Share

Bab 92 - Keputusan dalam Bimbang

Pertanyaan Rey yang menyinggung persoalan bunga membuat Kirana terperangah. Ludahnya yang kian kelu justru ditelan berulang kali. Ia tak habis pikir dengan Rey yang nekat mengirimkan bunga untuknya ke kantor.

Entahlah, Kirana tak tahu apa motifnya? Tapi, Kirana menganggap Rey sudah sangat kelewatan.

“Kiranaku,” ucap Rey. Dia mulai terbiasa dengan wajahnya yang terasa kaku.

“Seketika, rasa sakit tubuhku menghilang ... melihat dirimu,” lirih Rey. Bibirnya tersungging tipis mencipta seutas senyum. Meski sesekali ia terlihat meringis menahan sakit akibat luka-luka di sekujur tubuhnya.

“Jangan terlalu banyak bicara dulu, Kak. Lukamu masih basah.” Raya memperingati.

“Raya, Rey, aku sebaiknya pulang aja, deh. Biar Rey istirahat juga. Soalnya, suamiku juga masih nunggu di luar. Kasian nanti kelamaan nunggu,” tutur Kirana. Sejatinya, dia tak ingin berlama-lama berada di sana.

Ia takut emosinya tak stabil menghadapi sikap Rey yang men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status