Share

Bab 5. Menikah

Airina terdiam. Dia jelas menyadari itu. Namun, Airina menahan diri dengan terus mengulas senyum.

Hanya saja, mengapa Arsen terus menggenggam tangan Airina?

Airina berusaha tenang dan tidak memedulikan banyak orang yang menatap aneh ke arahnya.

Tak lama, mereka pun tiba di sebuah ruangan.

Ada seorang laki-laki paruh baya itu duduk membelakangi pintu.

“Selamat pagi, Ayah,” sapa Arsen akhirnya.

Setelahnya, laki-laki itu membalikkan kursinya, menghadap Arsen yang baru saja datang dengan seorang wanita.

Hanya saja, matanya menyelidik Airina dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Siapa dia, Arsen?” tanya Yohan dengan tatapan aneh.

“Dia wanita yang akan menikah denganku besok, Ayah. Aku datang ke mari hanya meminta restu dan meminta dukungan ayah dan ibu datang,” jelas Arsen dengan tegas.

Mendengar itu, raut wajah Yohan terlihat sangat murka. Tangan kanannya sampai mengepal di atas meja. Namun, dia berusaha mengendalikan ekspresinya.

“Jika demikian, ayah akan adakan makan malam dadakan dengan keluarga Jorge Dassault untuk membahas pembatalan perjodohan bisnis,” jelas Yohan, “kamu harus meminta maaf secara langsung padanya.”

Jantung Airina kini berdetak lebih kencang.

Entah mengapa, dia tak yakin itu akan menjadi perkara mudah.

Seolah menyadari kekhawatirannya, Arsen tiba-tiba memegang tangannya erat.

“Terima kasih, Ayah.”

Arsen menundukkan kepalanya yang jelas diikuti oleh Airina.

Keduanya lalu keluar ruangan dengan keringat dingin.

Airina masih tidak percaya jika besok adalah hari pernikahannya dengan Arsen benar-benar dadakan seperti tahu bulat!

“Arsen, apakah besok itu tidak terlalu cepat?” tanya Airina pada akhirnya.

Arsen hanya menolehkan kepalanya sedikit, menatap lekat wajah Airina dengan senyum yang masih tersungging.

“Tentu tidak. Menikah denganmu memang harus dadakan. Kalau tidak, kamu akan kabur, Airina,” ledek Arsen membuat Airina memukul lengan pria itu.

Arsen sontak merintih kesakitan. Kekuatan wanita bar-bar satu ini memang seperti pria.

Tingkah aneh keduanya jelas menjadi perhatian para penghuni rumah.

Aron, sopir pribadi Arsen bahkan terlihat panik. “Apakah Tuan Muda baik-baik saja?” tanyanya.

Mendengar itu, Arsen segera mengendalikan diri.

Diberikannya isyarat tangan bahwa dia baik-baik saja.

Sementara itu, Airina masih menatap nyalang ke arah Arsen yang tiba-tiba tersenyum padanya.

“Urusan keluargaku aman. Sekarang, aku akan mengutarakan niat baik ini ke ibumu. Jadi, mohon kerjasamanya, Airina,” tutur pria itu.

‘Mengutarakan niat baik?’ batin Airina panik.

Wanita itu seketika teringat bahwa Arsen belum tahu sang ibu memiliki penyakit. Ia juga tidak ingin lelaki ini tahu dan mengasihaninya.

Tapi, dia tak punya pilihan.

Cepat atau lambat ibunya perlu tahu.

Pernikahan keduanya toh tak bisa disembunyikan, kan?

Jadi, beberapa hari setelahnya, di sinilah Airina.

Sejak pagi, perempuan itu sudah dalam balutan gaun pengantin berwarna putih gading yang menjuntai ke lantai kantor walikota Macherie.

Airina masih tak percaya pernikahannya diadakan secepat ini. Ibu dan adiknya bahkan menerima keputusannya.

Secara negara, keduanya telah menjadi sepasang suami istri.

‘Tuhan, aku benar-benar sudah menikah dengan laki-laki ini,’ batin Airina yang melihat Arsen tersenyum lebar.

“Selamat atas pernikahannya, Nak,” ucap Yohan tiba-tiba lalu menjabat tangan Arsen.

“Terima kasih banyak, Ayah,” balas sepasang pengantin itu.

Hanya saja, ayah Arsen itu mengangguk singkat saja.

Untung, Airina tak ambil pusing.

Tak lama, acara resepsi pernikahan pun dilanjutkan di sebuah restoran mewah yang sengaja dibooking oleh Yohan Pinault.

Airina dan Arsen kini menjadi pusat perhatian semua anggota keluarga. Mereka sudah berganti pakaian yang lebih sederhana, tetapi tetap elegan.

Acara demi acara pun terlewati, hingga keduanya tiba-tiba dipanggil ke panggung utama untuk berdansa.

Airina yang sangat kaku hanya mengikuti gerakan Arsen, tangan kanannya kini bertengger di pundak Arsen.

Mata yang saling bertatapan dan Airina menyadari pria yang menjadi suami kontraknya itu sangat tampan.

“Aaa!” teriak Airina saat kakinya hampir terpeleset.

Untungnya, tangan Arsen yang sangat sigap menopang tubuh Airina.

Sepasang mata itu pun bertemu.

Deg!

Detak jantung Airina sontak menjadi tidak beraturan.

Beberapa kali Airina mengerjapkan mata, tetapi Arsen juga tetap menatapnya?

“Hati-hati dan fokus!” bisik Arsen di telinga Airina yang membuat pipi Airina memerah.

Bahkan, sampai acara pernikahan itu selesai!

Untungnya, Airina dapat mengendalikan diri, bahkan ketika dalam perjalanan kembali dari restoran.

****

“Selamat datang di apartemen kita,” ucap Arsen pada begitu keduanya tiba di apartemen.

Airina sontak tersenyum kala Arsen masuk lebih dulu ke kamar untuk mengganti pakaian.

Dia mengamati interior apartemen yang terkesan maskulian.

'Apa aku bisa menaruh bunga di sana, ya?' batin Ariana tanpa sadar. Namun, wanita itu segera menggeleng. Dia mencoba mengingatkan dirinya hanyalah istri kontrak Arsen.

Jadi, Airina tak punya hak untuk itu, kan?

Ting!

Bel apartemen berbunyi--menyadarkan Airina dari lamunan.

Wanita itu pun bergegas menuju pintu.

Hanya saja, Airina terkejut kala menemukan Gemma, mantan tunangan Arsen berada di depan unit apartemen.

Bau alkohol tercium jelas dari dirinya membuat Airina mengernyit. Gemma dalam keadaan mabuk parah!

Belum sempat Airina berbicara, Gemma mendadak memegang pundaknya. “Wah! Apakah kau pelacur yang baru saja dinikahi seorang Arsen?!” teriaknya murka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status