Share

Istri Sitaan Sang CEO
Istri Sitaan Sang CEO
Author: Kalendra

Bab 1. Memori yang Pergi

“Sayang, kamu sudah sadar?” Rex Milan memanggil haru nama istrinya, Venus yang terbaring lemah. Venus baru sedikit mengerjapkan mata dan dokter langsung menghampiri. Rex Milan diminta keluar dari ruang ICU sampai dokter selesai memeriksa.

Rex Milan makin frustrasi. Ia menyugar rambutnya gusar berkali-kali. Menunggu dalam ketidakpastian adalah hal yang paling melelahkan batin. Bahkan sampai dini hari, Rex Milan tak mendapatkan kejelasan soal istrinya.

Dokter yang keluar lalu menemui Rex Milan yang buru-buru menghampiri. Ia harus tahu bagaimana keadaan istrinya.

“Bagaimana istriku, Dokter?”

“Kepalanya mengalami benturan hebat. Dia sudah mengalami beberapa kali kejang dan kondisinya belum sepenuhnya pulih dari koma. Sebaiknya kita berdoa yang terbaik, aku berharap Anda bisa bersabar.”

Rex Milan menarik napas panjang dan mengangguk. Ia masih sabar menunggu Venus yang masih berada di ruang ICU khusus dengan kunjungan sangat terbatas.

“Baik, Dokter. Terima kasih.” Rex Milan menarik napas. Ia hanya bisa menunggu diizinkan masuk ke dalam untuk melihat Venus kembali.

Selama sedang menunggui Venus dan belum diizinkan masuk, Rex Milan terus berpikir tentang apa yang terjadi sebenarnya. Bagaimana Venus bisa kecelakaan lalu mengalami koma sementara istrinya itu adalah seorang pengemudi yang handal?

“Apa ada yang sengaja mencelakai Venus,” gumam Rex Milan melepaskan napas berat dan menundukkan kepalanya. Ia memejamkan mata dan tidak bisa memungkiri perasaan janggal pada kecelakaan tersebut.

Rasanya Rex Milan berdenyut pusing. Padahal tadi pagi, Venus dan dirinya masih sarapan bersama. Keduanya berjanji akan makan malam di rumah seperti biasanya setelah selesai beraktivitas. Nyatanya, Venus malah mengalami kecelakaan mobil dan kini koma.

Rex Milan tidak bisa membiarkan kejanggalan itu terjadi. Jika Venus lepas dari tangannya, maka semuanya akan hancur. Ia pun menghubungi koleganya─Sebastian Arson─ yang selama ini membantunya.

“Bagaimana? Apa kamu menemukan sesuatu?” tanya Rex Milan langsung bertanya tanpa basa-basi.

“Sejauh ini tidak ada janggal. Jika memang kecelakaan ini disengaja, maka ini sangat rapi, Rex. Bagaimanapun aku yakin, ini adalah perbuatan sengaja seseorang,” jawab Sebastian di seberang telepon. Rex mengeraskan rahangnya menahan emosi.

“Jadi menurutmu ini adalah percobaan pembunuhan? Siapa yang berani melakukannya.”

“Musuh? Saingan bisnis? Bisa siapa saja. Tapi kurasa kita harus mulai mencari kemungkinan jika memang ada yang ingin mencelakakan Venus. Kira-kira siapa yang bisa kita curigai? Apa kamu punya musuh akhir-akhir ini?” Rex memejamkan mata dan menarik napas dalam.

“Tidak, pekerjaanku baik-baik saja. Semuanya berjalan seperti biasa. Apa kamera dashboard merekam sesuatu?” sahut Rex Milan masih mencecar pertanyaan.

“Tidak. Tidak ada.” Jawab seseorang di seberang panggilan, Rex Milan menarik napas lebih panjang.

“Hubungi aku lagi jika ada perkembangan apa pun,” ujar Sebastian sebelum menutup sambungan panggilan.

“Tentu saja.”

Sementara di ruangannya, Venus sudah lebih sadar dan mulai mengerjap-ngerjapkan matanya.

“Nyonya Venus, apa kamu bisa melihatku?” tanya dokter yang menatap Venus. Venus perlahan mengerjap-ngerjap lalu mengangguk samar. Dokter itu tersenyum. Respons Venus sangat baik. Setelah makan siang, Rex Milan kembali dan begitu bahagia saat menemukan Venus telah sadar.

Setelah dua jam, Rex Milan kembali diizinkan masuk oleh dokter. Dokter ingin Rex Milan mendengar sendiri pengakuan mengejutkan dari Venus.

“Aku tidak mengenal dia.”

Rex Milan mengernyit perlahan dan terpaku. Ia seperti sedang meraba-raba apa yang sedang terjadi.

“Venus?”

“Kamu siapa?” tanya Venus tapi dengan nada bicara yang tak nyaman. Saat Rex Milan mendekat, Venus memindahkan tangannya agar tak disentuh lagi olehnya. Rex Milan menggelengkan kepalanya. Ia masih berusaha tersenyum agar Venus tak takut. Sayangnya. Venus makin defensif.

“Tuan Wilson, sebaiknya kita bicara di luar sebentar.” Dokter itu mengajak Rex Milan keluar untuk menjelaskan tentang keadaan Venus saat ini.

“Sepertinya Nyonya Venus mengalami amnesia. Aku masih harus melakukan pemeriksaan pada luka di kepalanya. Untuk saat ini, sebaiknya Anda tidak memaksakan agar ia mengingat semuanya,” imbuhnya lagi dengan nada rendah tanda memohon. Rex Milan tak menjawab dan terpaksa mengangguk. Penantiannya yang lama harus dibayar dengan kekecewaan. Istrinya tidak bisa mengingatnya sama sekali.

Keesokan harinya, seseorang mengunjungi Venus di kamarnya. Venus sedang tidur dan Rex Milan tak berada di kamar itu. Rex Milan sedang keluar sesaat untuk mengurus pekerjaan yang terbengkalai selama ia berjaga di rumah sakit.

Pria itu melihat ke segala arah lalu menoleh pada sebuah kamera pengawas tengah menyorotnya. Ia mendekat lalu membelai rambut Venus dengan lembut. Venus masih terlihat sangat cantik meski sedang tak sadarkan diri.

“Bangunlah, Sayang,” ucap pria itu dengan lembut. Sentuhannya membuat Venus membuka matanya. Ia cukup kaget melihat pria asing lain di depannya.

“Siapa kamu?”

Pria itu diam membeku memandang Venus. Venus tengah memandanginya dengan raut kebingungan. Pria itu masih diam memandang dan rasanya tak ingin berkedip.

“Venus? Dewiku?” pria itu menyebut nama Venus dan makin mendekat. Venus masih diam dan sedikit memiringkan kepalanya. Ia berusaha mengingat-ingat siapa pria yang sedang mendekatinya. Pria tersebut dudu di pinggir ranjang Venus dan makin dekat dengannya.

“Kamu ....”

“Ini aku, Sayang. Dion. Aku adalah suamimu!” ucap pria tersebut dengan senyuman yang meyakinkan. Venus tertegun dan melihat dari atas sampai separuh badan pria bernama Dion tersebut. Melihat Venus yang sepertinya bingung, Dion kembali tersenyum lalu membelai pipinya.

“Aku sangat merindukanmu, rasanya ingin mati saat kamu seperti ini,” ucap Dion dengan lembut. Dion sudah mengawasi Rex Milan selama berbulan-bulan. Ketika ia mengetahui jika Venus sedang mengalami amnesia akibat kecelakaan yang dialaminya, Dion langsung bergerak.

“Benarkah kamu suamiku?” jawab Venus masih sangat ragu. Dion mengambil sebelah tangan Venus dan mengenggamnya. Matanya tak lekang sama sekali dari Venus.

“Tentu saja. Hanya aku yang mencintaimu. Kita seharusnya masih bersama tapi kamu malah mengalami kecelakaan. Apa kamu tidak mengingatnya, Sayang?” Venus menggeleng pelan.

“Entahlah, aku bingung. Aku ingin pulang.” Venus menunduk dan rasanya ingin menangis. Dion tersenyum dan mengulurkan lengannya untuk memeluk Venus. Venus tak menolak dan ikut memeluk Dion. Dion sedikit menoleh ke pintu. Jika ia tidak keluar sekarang, seseorang akan datang dan memergokinya.

“Jangan bingung. Aku akan membawamu keluar dari sini, bagaimana?” Dion menawarkan bantuannya pada Venus yang gamang dan kebingungan. Venus hanya mengangguk saja dan Diom pun melepaskannya. Dion bahkan berani mengecup kening Venus seolah ia adalah kekasih yang sesungguhnya.

Setelah Dion pergi, Venus kembali beristirahat. Ia masih membuka matanya dan mencoba mengingat. Namun sosok Dion belum dapat diingatnya.

Keesokan harinya, Rex Milan datang berkunjung seperti biasanya. Hari ini ia membawa buket bunga mawar merah kesukaan Venus. Mungkin dengan begitu, Venus akan mengingat dirinya.

“Selamat pagi, Sa—” Rex Milan terperangah kebingungan. Venus tidak ada di ruang perawatannya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nirvany Siahaan
awal yg seru kk thor,,,,semoga makin kebelakang makin seru dan menegangkan,,,,...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status