Lio kembali, ia sudah tiba kembali di negaranya. Laki-laki itu begitu bahagia hingga senyum tak luntur dari wajah tampannya.
Toni memandangi tuannya dengan begitu lega, pada akhirnya ia bisa membuktikan jika tuannya itu laki-laki normal.
“Kita langsung ke rumah besar, atau mau ke suatu tempat dulu,Tuan?”
“Tidak, kita langsung pulang dulu. Aku merindukan, Mommy.”
Hening tak lagi ada percakapan, dalam sisa perjalanan itu semua nampak sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Hari sudah beranjak siang, sinar mentari begitu terik menyilaukan mata. Lio nampak begitu bersemangat kali ini, seakan semua berjalan dengan semestinya.
“Kita sudah tiba, Tuan Muda.”
Lio tersenyum, rumah itu nampak sepi. Dengan begitu riang, ia turun dan melangkah masuk ke dalam rumah.
Seorang pelayan menyambutnya dengan begitu hangat, mengambil alih semua buah tangan yang ada di tangan Lio.
“Dimana, Mommy?”
Setelah bertengkar dengan Rania, Lius memutuskan untuk segera pergi dari rumah. Ia tak bisa kembali ke kamarnya dan bertemu dengan Lea, ia tak ingin lepas kendali dan menyakitinya lagi. Namun selama di kantor, sama sekali ia tak bisa mengerjakan apapun. Pikirannya terus berputar pada Lea, istrinya. Lius memutuskan untuk mengakhiri pekerjaan dan menemui Lea. Saat di tengah jalan, ia melihat toko bunga. “Sebaiknya aku beli bunga, hitung-hitung membayar kesalahanku pagi tadi.” Gumamnya. Lius pun segera menepikan mobil dan turun menemui penjualnya. Rangkaian mawar merah menjadi pilihan Lius, ia sudah begitu tak sabar memberikan bunga yang cantik itu pada istri cantiknya. “Lius?” Lisa tiba-tiba muncul dan mengejutkan Lius, wanita itu berdiri tepat di depan Lius. “Lisa? Kau dengan siapa kesini?” menatap kesekitarnya. Lisa tersenyum, matanya mengikuti arah pandang Lius. “Aku sendiri, entah kenapa aku ingin sekali membe
Sekar mendengar teriakan dari kamar putranya, itu adalah suara Lea. Ini kali pertama ia mendengar teriakan itu.“Apa aku egois kalau menginginkan Lea menjadi menantuku,” sendunya.Tak berapa lama ia kembali mendengar teriakan, namun kini bukan Lea melainkan Lius putranya. Lius berteriak meminta tolong, hal itu membuat Sekar teringat dengan kandungan menantunya.“Lea,” serunya, berlari menaiki anak tangga dengan begitu tergesa-gesa.Lio mendengar teriakan itu, kakinya ingin sekali berlari menghampiri namun logika menahannya untuk tetap diam.“AKh!” amuknya.Lea jatuh tak sadarkan diri, wajahnya tiba-tiba berubah pucat dengan air mata terus mengalir di pipi. Sekar masuk , ia terkejut melihat Lea sudah lemas tak sadarkan diri.“Apa yang kau lakukan padanya, Lius!” Sekar mendorong tubuh putranya dengan begitu kasar.Sekar menepuk pipi Lea dengan begitu pelan, ia menghapus jejak air ma
Lius merenung di dalam kamarnya, ia duduk di atas ranjang tempat dimana istrinya tak sadarkan diri. Lius menyesal dengan yang sudah terjadi pada Lea, ia menyalahkan dirinya yang tak bisa mengontrol diri. “Kenapa selalu lepas kendali kalau dengan Lea, kenapa?” Tiba-tiba pintu di buka dengan paksa dari luar, nampak Rania masuk dengan wajah marahnya. “Kau benar-benar keterlaluan! Bagaimana bisa kau membahayakan istri juga anakmu!” amuknya. Lius terdiam, ia kali ini tak berani menatap Rania yang tengah memarahinya. Rasanya ia begitu menyesal. “Bagaimana kau bisa menjadi ayah yang baik kalau menjadi suami saja kau tidak bisa!” “Aku tidak sengaja, aku hanya terbawa emosi saja.” “Kau gila, Lius! Pagi tadi kau memukulnya, sekarang kau membuatnya terkapar di rumah sakit! Dimana otak mu itu,” amuknya. Rania tak habis pikir dengan Lius, seharusnya ia bisa mengambil hati istrinya namun ini justru berbuat hal sebaliknya. Belum
Lio begitu cemas mendengar kabar tentang hilang nya Lea, ia meninggalkan semua pekerjaannya dan bergegas pulang. Begitu juga dengan Rania.“Mom?”Sekar berhabur memeluk putranya, ia menangis mengkhawatirkan keadaan Lea. Rania begitu marah, lagi-lagi ia melihat ibunya menangis hanya gara-gara, Lius.Rania mencoba menghubungi Lius, namun berkali-kali ia mencoba taka da satupun sahutan. Ia dibuat geram dengan tingkah egois adiknya itu.“Brengkek kau, Lio.” Gumamnya.Rania mendekat pada Lio juga ibunya, namun tiba-tiba Lio menarik tangannya pergi menjauh dari Sekar.Rania menegang saat berada satu ruang dengan Lio, hanya berdua. Hal yang biasa, namun dengan suasana yang sangat berbeda.Lio menatap dengan begitu dingin pada, Rania. “Ini yang kau inginkan, KAK!”Bentakan Lio membuat Rania semakin menundukkan kepalanya, ini adalah kali pertama ia merasa ketakutan dengan adiknya sendiri. Pertama kali juga, Lio membentaknya dengan begitu dingin.“Jangan hanya diam, katakan pembelaanmu! Kenapa
Lius membawa Lea berjalan-jalan di sekitar hotel tempatnya menginap, perempuan itu baru menyadari jika ia tak berada di negaranya.“Kau membawaku keluar negeri?”Lius tersenyum melihat raut wajah terkejut istrinya, ia dengan gemas mengecup bibir ranum Lea.“Banyak orang melihat, “ memukul lengan Lius.Keduanya tertawa bersama, melihat banyak orang yang malah menatap aneh pada keduanya.Dengan begitu posesif, Lius menggenggam tangan istrinya. Keduanya menikmati waktu berdua, mengelilingi setiap kota terkenal di negara yang terkenal dengan keromantisannya itu.“Berdirilah disana, aku akan menggambil gambarmu.”Dengan malu-malu Lea berdiri sesuai arahan suaminya, dengan cekatan Lius mengabadikan senyuman itu dengan kamera ponselnya.“Cantik,” pujinya.Lea tersipu, ia memeluk lengan Lius dan kembali melangkah bersama. Sesekali Lius mencium puncak kepala istrinya, menunjukkan be
Tiba di negara yang sama, Lisa segera mencari penginapan yang jauh dari tempat Lius berada. Ia tak ingin Lius menganggap dirinya sengaja mengikutinya, walau demikian kenyataannya.Setibanya di hotel, Lisa segera masuk ke kamar yang telah dipesannya. Dan ia sedikit terkejut saat mendapati seorang laki-laki berada di dalam kamar pesanannya.“Siapa kau?”Laki-laki yang tengah membelakangi Lisa tersebut berbalik, menatap arah suara yang tengah bertanya padanya.Matanya tak bisa menyembunyikan kekaguman, Lisa terpesona dengan tampan paras laki-laki di depannya.“Niko.” Singkatnya.“Nikolas Apartur?” tanya Lisa, memicingkan matanya.“Yes, I am.”Lisa tersenyum puas, ternyata orang suruhannya benar-benar mengerti akan seleranya. Dengan bangga Lisa mendekat, tangannya terulur menyentuh bahu kokoh Niko.Niko tetap diam saat Lisa terus menelisik tubuhnya, tangan wanita itu terus bergerilya di tubuhnya.“Apa kau puas dengan tubuhku?”“Aku harus merasakan untuk mendapat jawaban itu.”Dengan sekal
Lius terkejut melihat Lisa ada didepannya. “Kau sedang apa disini?”Lisa menatap Lius, ia pun berpura-pura terkejut melihat laki-laki pujaannya itu. Lisa buru-buru bangkit setelah membereskan barang-barangnya, dan Lius mencoba membantu Lisa untuk bangkit mengingat wanita didepannya itu tengah mengandung.“Hati-hati.”Dengan penuh perhatian Lius membenarkan tas Lisa yang lagi-lagi akan terjatuh. Namu tiba-tiba ia menatap sesuatu yang aneh dengan Lisa, “Apa kau baik-baik saja?”Lisa tersenyum mendengar itu, ia meyakinkan Lius jika dirinya baik-baik saja. Saat ingin kembali berbincang, seseorang tiba-tiba merengkuh bahu Lisa dengan begitu posesifnya.“Kau lama sekali, aku sudah lelah menunggumu disana seorang diri.” dengan ketusnya.Lius memicingkan mata melihat gelagat Lisa yang merasa seakan kesakitan. Ia pun menyela pembicaraan keduanya, menatap Lisa berusaha mencari jawaban.“Hai,
Lisa terpaksa harus di larikan ke rumah sakit, perutanya benar-benar terasa kram dan ia tak bisa menahan sakitnya. Niko menunggu dengan tenang, salah seorang perawat mendatanginya dan menjelaskan kondisi terkini Lisa.“Silahkan, rawat saja.” Ucapnya.Setelah perawat itu pergi, Niko masuk ke dalam ruangan dimana Lisa berada.“Sudah kukatakan, perhatikan cara makanmu. Kau memang bebal sekali jadi perempuan.”Lisa tak menanggapinya, ia hanya menutup telinga mendengar ocehan Niko barusan. Dan Niko pun hanya bisa menghela nafas.“Aku bekerja untuk membantumu, bukan merawatmu. Tapi lihat, sekarang aku melakukan keduanya.”“Kau benar-benar cerewet sekali. Aku akan menambah bayaranmu, puas.”Tak menyahutinya, Niko hanya tersenyum menatap ponsel ditangannya.-Lius masih berkeliling mencari istrinya, beberapa kali ia terlihat bertanya pada pejalan kaki dengan menunjukkan foto Lea dalam ponselnya.“Sorry, aku tidak melihatnya.” Begitulah pengakuan dari banyak orang yang di temuinya.Lius nampak