Share

74. Mengungkapkan Perasaan

Laureta menatap Kian dengan matanya yang bulat besar. Kian mengangguk sambil mengusap kepalanya. “Kamu tidak usah memikirkan tentang ayahmu lagi. Tak ada lagi yang bisa kita lakukan. Aku tidak bisa mengeluarkan ayahmu dari penjara begitu saja. Aku sudah melakukan yang terbaik. Tetap hukum yang menentukan.”

Laureta mengangguk. “Aku paham.”

Kian jadi merasa canggung. Laureta diam saja. Meski wajahnya menatap lantai dengan pandangan kosong, tapi Kian tahu jika hati Laureta sedang sedih. Bukankah Kian datang ke sini untuk menghibur wanita itu?

Kian mengambil gelasnya yang masih terasa panas. Ia meniupnya, lalu menyeruput teh itu. “Panas,” komentarnya.

Laureta menoleh. “Seharusnya aku menambahkan air dingin.”

“Sudah, tidak apa-apa. Rasanya nikmat. Kamu juga minumlah. Sepertinya kamu lebih membutuhkan minum daripada aku.”

Laureta mulai menyeruput minumannya. Mereka pun menikmati kedamaian dalam diam. Kian tidak bicara apa-apa. Laureta pun diam seperti yang melamun.

Hingga suara gemuruh dari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status