Ya ampun! Gerem banget liat si Cecil astaga ....
“Kamu yang melempar kaleng itu pada Lency?!” Jennita menatap tajam pada Cecilia yang baru saja datang, sangat yakin bahwa gadis itulah yang telah melemparkan kaleng pada Valency. Bukannya mengaku, Cecilia memasang wajah polos tak bersalah. Dia bersikap seolah tak tahu apa yang dibicarakan oleh Jennita. “Aku? Aku tidak melakukan apapun Jennita, aku baru saja datang. Kenapa kamu menuduhku?” ujar Cecilia dengan suara lirih tak berdaya. “Jangan berpura-pura bodoh Lia. Kalau bukan kamu, siapa lagi yang melempar kaleng itu pada Valency dari arah itu?!” ucap Jennita bersikeras. “Kamu pasti salah melihat, Jen. Aku baru saja datang,” elak Cecilia memasang wajah polos dan mata memerah, membuat para pria di sekitar yang melihat menatapnya kasihan. Baru saja Jennita ingin membalas ucapan Cecilia lagi, mendadak dua orang teman wanita Cecilia yang berdiri di belakang gadis itu berujar, “Eh, jangan sembarangan menuduh, Jennita!” Mereka menambah panas suasana dan tampak bersiap untuk melin
Tangan Cecilia terkepal, tersinggung dengan ucapan Valency. “Kamu!” Cecilia melotot marah. “Kenapa marah?” Valency memotong ucapan Cecilia dengan wajah santai. Dia melipat kedua tangan dan memandang mantan sahabat baiknya itu dengan dingin. “Orang yang mendukung pelanggaran hak cipta dan perselingkuhan bukankah memiliki masalah dengan otak mereka? Ah, mungkin sebutan itu masih terlalu baik?” tanyanya seraya mengangkat sudut bibirnya.Keberanian Valency melawan dan menjawab ucapan Cecilia membuat banyak orang terkejut, apalagi selama ini Valency dikenal sangat penurut pada Cecilia. Mereka tak menyangka akan melihat perubahan Valency yang sangat drastis.Namun, di luar itu, mereka juga tidak menyangka akan mendengar tentang sebuah perselingkuhan! Ada skandal di sini!“Berselingkuh? Perselingkuhan apa yang dimaksud Valency?”“Cecilia mendukung perselingkuhan seseorang? Siapa?”Bisik-bisik penuh pertanyaan terdengar, ucapan ambigu Valency berhasil membuat mereka bertanya-tanya. Masalah
Melihat tingkah laku Felix membuat Jennita dan Valency sama-sama bingung. Jelas-jelas pria itu sudah tidur dengan Cecilia, kenapa malah berbicara tentang jalan ke mal?! Sinting!Di sisi lain, Felix, yang sedang tersenyum tak berdaya dan berusaha mengambil hati Valency, tertawa dalam hati melihat keraguan dan kebingungan gadis itu. ‘Pasti kamu tidak menyangka aku akan berperilaku seperti ini ‘kan, Lency? Pasti kamu bingung mengenai apa yang sebenarnya terjadi!’Sebenarnya, semua ini Felix lakukan karena dia tidak sepenuhnya tahu kapan dan bagaimana Valency tahu dirinya berselingkuh dengan Cecilia, makanya dia berasumsi Valency pernah memergokinya pergi jalan-jalan dengan nona muda Keluarga Owen itu. Kalau masalahnya benar itu, kecil untuk dihadapi dan diluruskan.Di luar itu, mengenai pernikahan Valency dan ayahnya, Felix tidak percaya. Tidak ada perayaan yang dilakukan, maupun pengumuman ke publik. Demikian, bisa jadi semuanya hanyalah sandiwara bodoh belaka. Lagi pula, mengenal si
“Felix!” Cecilia menghampiri Felix dan memeriksa wajahnya. “Kamu tidak apa-apa?!” Cecilia menatap Valency dengan wajah marah. “Valency, tega sekali kamu bertindak seperti ini kepada kekasihmu sendiri!?”Sama seperti Cecilia, semua orang juga dibuat terkejut dengan tindakan Valency. Dengan berani gadis itu menampar kekasih sekaligus idola para gadis-gadis di kampus, di depan semua orang!Namun, alih-alih mempertanyakan kenapa–karena hal itu sudah dijawab Valency beberapa kali sebelumnya–mereka lebih fokus terhadap hal lain, yakni perubahan Valency!“I-ini gila! Apa dia benar Valency Lambert yang itu? Apa dia masih orang yang sama!?”“Ke mana perginya Valency Lambert yang pendiam dan penurut!? Gadis di hadap
Seorang pemuda berambut hitam dengan mata biru mempesona itu tampak tersenyum santai selagi menghadapi Felix. Serentak, semua orang di tempat itu bersorak. “Itu ... Christian Black!” Christian Black, putra bungsu keluarga Black dan alumni dari kampus ini. Bukan hanya itu, dia adalah seorang artis ternama yang wajahnya selalu muncul di iklan-iklan brand terkenal. Dia merupakan idola bukan hanya para wanita kampus tersebut, tapi juga seluruh negara! “Kamu–!” Felix menggertakkan gigi. Felix mengenal Christian, sangat mengenalnya. Lagi pula, mereka sama-sama alumni kampus yang telah lulus dan bahkan pernah berada di satu kelas! Berbeda dari Felix yang melanjutkan kerja di dunia desain perhiasan, Christian beralih menjadi artis. Selama ini, Felix selalu menganggap Christian sebagai saingannya, apalagi kedudukannya sebagai pria terpopuler di kampus berada di bawah Christian. Begitu pula dengan keberhasilannya dalam karir. “Jangan mencampuri urusanku!” Felix berusaha melepaskan ta
“Sial, sial, sial!” Felix memukul kesal setir mobilnya, rahangnya mengetat dengan pandangan penuh amarah. Nafasnya memburu, menandakan emosinya telah memuncak. “Christian Black! Berani-beraninya dia menggangguku!” umpat Felix. Tangannya meremas erat setir mobil untuk melampiaskan amarah. “Lency juga! Apa dia sudah gila karena cemburu!? Bukan cuma mempermalukanku, dia juga menamparku! Dari mana dia dapat keberanian itu!?” celoteh Felix lagi, tak berniat berhenti mengeluarkan emosinya yang meledak-ledak. Cecilia yang sudah bosan mendengar nama Valency terus disebutkan Felix sejak tadi pun mengusap bahu kekasihnya lembut, berusaha menenangkan pria itu seperti biasanya. “Sudahlah, Sayang. Dibandingkan terus memikirkan perempuan itu, kita lebih baik memikirkan hal lain yang lebih penting,” ucap Cecilia dengan nada dibuat lembut dan menggoda. Felix menoleh sejenak, melirik tajam Cecilia. “Lebih penting untuk kita mengembalikan kepercayaan publik dan meyakinkan bahwa desain itu ada
Valency berlari kecil memasuki rumah, langkahnya terhenti begitu menemukan May yang menyambut kepulangannya dengan agak kaget. “Nyonya, jangan berlari. Hati-hati terpeleset,” ucap May saat melihat Valency begitu tergesa-gesa. “A-ah, ya,” balas Valency. Matanya bergerak gelisah ke ruang tamu yang kosong sebelum kembali menatap May. “Jayden di ruang kerja?” tanyanya cepat. May mengangguk pelan. “Dia … marah?” tanya Valency lagi. Senyum tak berdaya terlukis di wajah May. “Tuan pulang lebih awal hari ini dan mencari Nyonya saat pulang. Saat Tuan tahu Nyonya tidak berada di rumah, moodnya jadi sedikit … terganggu. Saya sudah mencoba untuk menjelaskan, tapi ….” May memilih kata-katanya dengan sangat hati-hati, tak ingin menakuti Valency. Akan tetapi, bagaimanapun May berusaha menutupi hal tersebut, Valency sudah terlebih dahulu memiliki firasat buruk. “Aku mengerti. Aku temui dia dulu. Terima kasih, May,” balas Valency sebelum melesat menuju ruang kerja Jayden. Sesampainya di depa
Menyingkirkan seseorang demi menjaga reputasi keluarga, itu adalah cara termudah dan paling sering dilakukan oleh para keluarga kelas atas. Valency tahu jelas mengenai hal tersebut. Di sisi lain, raut wajah Jayden terlihat menggelap mendengar ucapan Valency. “Kamu tahu dan kamu masih berkeliaran dengan sembarangan?” tegurnya. “Mereka tidak akan berani menyerangku di kampus, terlebih kalau aku berada di tempat terbuka, Jay,” jelas Valency. “Selain itu, sopirmu yang kuyakini memiliki kemampuan bela diri seperti pengawalmu yang lain juga berada di dekatku. Aku aman!” Gadis itu tersenyum. Jayden cukup kaget. Dia tidak menyangka kalau Valency memiliki ketelitian yang begitu luar biasa dan sudah memikirkan langkahnya dengan sangat hati-hati. Gadis ini memang tampak polos dan lugu, tapi pemikirannya sungguh di luar nalar. Akhirnya, Jayden pun berdiri dan bertanya, “Siapa yang melakukannya?” Dia mengusap pelan plester yang telah menutupi luka di dahi Valency. “Cecilia Owen?” Valency mengg