Share

24

"Mas, kenapa wajahmu terlihat kesal?" tanya Isma ketika aku pulang dari rumah Emak.

Memang benar ucapan istriku. Aku kesal karena Mas Romi.

"Emak, Dek. Masak aku di suruhnya untuk peduli dengan Mas Romi. Padahal Emak kan tahu sendiri, Mas Romi tak ada pedulinya sama sekali pada perasaan kita. Mau dia mabuk, masuk jurang, ketabrak apa pun aku enggak bakalan peduli dengannya."

"Jangan ngomong seperti itu, Mas. Enggak baik."

Mataku membulat sempurna mendengar ucapan Isma yang tak biasa. Dia menunduk saat menyadari diriku menatapnya.

"Apa maksudmu bicara seperti itu, Dek? Dia memang pantas mendapat secaran dan kata-kata kasar. Atau ..., jangan-jangan kamu mulai suka dengan Mas Romi setelah bayi itu lahir?"

"Enggak, Mas. Bukan begitu maksudku?" Isma menggelengkan kepalanya.

"Aku mulai ragu dengan kesetianmu. Bisa jadi pengakuanmu tempo hari hanya tipuan. Karena sebenarnya kamu tidak diperkosa oleh Mas Romi, melainkan dirimu yang mengundangnya."

"Tolong, Mas. Jangan emosi! Aku cuma ingin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status