Kevin merasa Feli masih tidak bisa diajak berbicara dengan baik. Ia lantas menghela nafas dengan berat. “Sudahlah, maafkan aku. Aku tidak akan mengajakmu berdebat lagi, istirahatlah … nanti malam tepat jam tujuh aku akan memanggil orang yang selama ini memasakan omlet untukmu.” Kevin lalu keluar meninggalkan Felisha yang kembali mengambil Novel sambil membacanya kembali. Saat Kevin keluar dari kamarnya, saat itulah ia tidak lagi bisa menahan gejolak amarah di hatinya. Seluruh air matanya tumpah begitu saja, rasanya percuma berusaha menjadi kuat selama ini. Felisha berusaha menjaga amarah di dalam dirinya untuk terus bisa bertahan dalam pernikahan yang tidak dikehendakinya itu. Sesuai dengan janjinya, kini Felisha sudah siap dan sedang menunggu di dalam kamarnya. Untunglah Bi Darmi datang membuka pintu kamarnya. “Nyonya, koki yang biasanya masak omlet untuk Nyonya sudah datang. Omletnya juga sudah disiapkan di meja,” lapor Bi Darmi. Feli langs
Felisha menatap ragu tapi, ia sangat penasaran dan segera membuka amplop coklat tersebut dengan tergesa. Matanya terbelalak saat melihat adanya tumpukkan foto yang jatuh berserakan. Itu adalah foto para wanita dengan luka di sekujur tubuh dan wajah yang lebam. "Apa ini, Bi Darmi? Aku tidak mengerti mengapa engkau memberikan semua foto-foto ini kepadaku," tanya Felisa menatap ngeri wajah Darmi. "Bukankah Nyonya ingin tahu alasan Tuan Felix melakukan hal ini kepada Nyonya? Itulah jawabannya, silakan Nyonya lihat foto-foto itu dan baca semua keterangannya," ucap bi Darmi lalu mulai membuka satu persatu amplop-amplop kecil yang berisikan laporan visum lebih dari tiga wanita. Felisha membacanya dengan mata yang berkaca-kaca, jantungnya berdegup sangat kencang. Ia tidak percaya, ia bahkan tidak ingin percaya dengan apa yang dilihatnya. Di situ tertera tulisan yang menyatakan bahwa mereka semua adalah korban penganiayaan dari Clay, juga a
"Tentu saja! Saya bersedia menghabiskan waktu malam ini bersama dengan Anda, Tuan Sanjaya," ucap Khai dengan senyum menggoda, sambil kembali mengaitkan tangannya bergelenyut manja di lengan Kevin. Mereka lantas segera naik ke atas roof top. Di sana terlihat sebuah meja yang berada di paling sudut ruangan, dengan satu vas keramik bunga mawar putih di bagian tengah mejanya. Taplak meja yang putih serta dua piring yang tertutup rapi dan juga alat makan berwarna emas. Jangan lupakan lilin yang menambah kesan romantis pada malam itu. "Kenapa piringnya hanya dua?" tanya Kevin kepada salah seorang pelayan. Pelayan itu langsung melirik wajah nona Khai. "Kami mendapatkan konfirmasi jika salah satu tamu tidak jadi datang, oleh sebab itu kami mempersiapkan piring hanya ada dua di atas meja ini, Tuan.” Pelayan tersebut mendapatkan lirikan tajam dari Kevin. “Tetapi jika memang Anda ingin mengundang seorang tamu lainnya, maka kami akan
"Tentu saja aku akan mengajaknya makan malam bersama denganmu suatu saat nanti." Kevin lalu kembali segera menghabiskan makanannya. Sedangkan Adiba sedang memutar otak. Bagaimana caranya ia untuk bisa segera bertemu dengan wanita yang dikatakan adalah istrinya Kevin. Sejujurnya Adiba masih tidak percaya kalau misalnya Kevin ini memang memiliki seorang Istri, bisa saja itu hanya akal-akalannya Kevin untuk menghindar darinya. Adiba tahu kalau memang dia terlalu frontal untuk mendekati Kevin. Tetapi, mau bagaimana lagi perasaan cinta ini tidak bisa dibendung oleh Adiba. Ia ang terbiasa memiliki segala yang dia inginkan, lalu harus mendapatkan sebuah penolakan halus dari Kevin seperti ini? Tentu saja Adiba tidak akan diam begitu saja. "Kevin aku juga sudah selesai makannya, mungkin hidangan penutup bisa kita santap di lain waktu. Ini sudah jam 09.30 malam, aku rasa pikiranmu juga tidak mungkin ada bersama denganku saat ini. Pasti kamu sudah mengkhawatirk
"Felisha?! Apakah nama istrimu, Felisha?" tanya Abida. "Ya Felisha adalah nama istriku," jawab Kevin sudah grogi. Ia takut jika Felisha keluar lalu bersikap seperti biasanya. Tentu saja Kevin tidak ingin urusan rumah tangganya diketahui oleh orang asing, apalagi oleh seorang Adiba yang merupakan rekan kerjanya. "Aku rasa malam ini kita tidak akan bisa makan tiramisu itu bersama dengan istriku, Khai. Ini juga sudah hampir jam 10.30 malam, tidak pantas bagi seorang wanita terhormat sepertimu berada di rumahku,” ucap Kevin. “Walaupun kau bukan berasal dari Indonesia, tetapi saat ini kita tetap tinggal di Indonesia." Kali ini Kevin tidak ingin memberikan kesempatan kepada Adiba untuk memporak-porandakan rumah tangganya dengan kedatangan yang mendadak ini. Adiba akhirnya berpikir, jika ia membuat Kevin marah saat ini maka kesempatannya untuk mendekati Kevin tentu saja akan buyar begitu saja. Ia tidak ingin melepaskan Kevin beg
“Biarkan aku mencari tahu perasaanku sendiri, urusan anak aku tetap akan bertanggung jawab mengurusnya dan aku tetap akan menghormatimu sebagai suami. Aku juga tidak akan lagi kasar denganmu, bagaimana apakah kau bersedia, Kevin?" ucap Felisha harap-harap cemas. Kevin menatap curiga kepada Felisha, ia tidak tahu apa yang ada di dalam pikirannya Felisa. Tetapi, firasatnya Kevin tidak begitu baik melihat perubahan sikapnya Felisha. Pikirnya, ini terlalu mendadak jika Felisha tiba-tiba saja berubah padahal baru saja tadi malam Felisa masih marah-marah kepadanya. Kevin lantas memutuskan untuk tidak memberikan kontrak yang diinginkan oleh Felisha. Tetapi, dia juga tidak ingin menyakiti hati Felisha. "Biarkan aku memikirkannya dulu, aku tidak tahu apakah aku berkenan atau tidak. Jika kau bersikap dengan baik mungkin aku akan mempertimbangkan kontrak ini," jawab Kevin sengaja untuk mengulur waktu. Mendengar ucapan Kevin, Felisha
"Dan aku suka akhirnya kamar ini akan kita tempati bersama," sahut Kevin sambil menatap wajah cantik Felisha. Kevin menatap Felisha penuh dengan cinta sedangkan Felisha berusaha untuk terus memasang senyuman di wajahnya. Benar kata orang bahwa dalamnya hati tidak ada yang tahu, bahkan terkadang diri kita sendiri juga tidak mengetahui apa yang kita inginkan. "Hanya berdamai dengan Kevin sajalah aku memiliki kesempatan untuk bertemu denganmu lagi Clay," batin Felisa dalam hati. Felisha selalu bertanya setiap harinya apa yang saat ini sedang Clay lakukan. Ia tidak tahu jika posisi Clay di London saat ini sedang menjalani masa terapi. Garini tidak membiarkan Clay begitu saja terpuruk, bagaimanapun sebagai seorang ibu pasti menginginkan keberhasilan kedua anak lelakinya. Garini yang terus berjuang agar Clay sembuh dari ketergantungannya terhadap narkoba. Juga kelainan seks yang dimiliki oleh Clay membuat garini menggelontorkan
"Biarkan urusan bisnis dipegang oleh Kevin. Saat ini kamu adalah prioritas mama," sahut Garini. Bagaimana pun, ia mengingat apa yang dikatakan oleh Clemens. Kalau Clay masih harus diawasi dan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Pergaulan yang akan mempengaruhi dirinya kembali atau tidaknya ke dalam lingkaran setan para pecandu. Akhirnya sesuai dengan permintaan Clay, ia segera mendaftar ke sebuah universitas ekonomi terbaik yang ada di Inggris. Apalagi kalau bukan Durham Universitas yang didirikan pada tahun 1832, menjadi salah satu universitas perguruan tertua di Inggris. Universitas ini menyediakan 15 jurusan ekonomi yang sangat beragam bagi mahasiswanya. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi program master yang ada di sana merupakan program yang benar-benar berkualitas dan didukung dengan penelitian juga. Dengan memiliki motivasi yang sangat tinggi Clay segera mengambil jurusan ekonomi internasional. Clay bercita-cita akan mengemb