Share

JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA
JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA
Penulis: Isna Arini

Surat Perjanjian

Pintu kamar terbuka, tampak seorang wanita muda yang hendak membuka baju, kembali mengancingkan baju yang hampir terbuka tersebut dan segera membelakangi pintu.

"Temui aku di ruang kerja jika sudah selesai berganti baju." Suara bariton itu memberi perintah.

Tentu saja dia yang datang, siapa lagi yang berani keluar masuk kamar ini tanpa permisi kecuali dia. Si pemilik kamar ini, pria yang tadi pagi sudah menikahi wanita tersebut, Melody Elvina Haniyah di depan penghulu. Erlangga Surya Pratama, pria matang dan mapan, dengan usia terpaut dua puluh tahun dengan Melody.

"Ruang kerja tidak jauh dari kamar ini, dengan pintu berwarna coklat," sambung Erlan sebelum akhirnya dia kembali keluar dari kamar tersebut.

Dengan segera, Melody berganti pakaian dengan pakaian rumahan, kemudian bergegas menuju ruang kerja Erlan seperti yang dia perintahkan barusan.

Langkah wanita itu berhenti di depan pintu yang dimaksud, dia segera mengetuk pintu yang berdiri kokoh di depannya. Tak lama kemudian terdengar perintah dari orang yang ada di dalam sana, mempersilahkan masuk.

"Duduklah," perintah Erlan dari balik meja kerjanya.

Tanpa membantah, Melody mengikuti perintahnya untuk duduk di kursi yang ada di depan meja Erlan.

"Kamu bisa memiliki dan mengatur semua yang ada di rumah ini, tapi kamu tidak bisa memilikku ataupun mengaturku. Apalagi bermimpi memiliki tubuh dan hatiku, karena aku hanya mencintai istri pertamku." Suara tegas Erlan mengatakan sesuatu yang tidak dimengerti oleh Melody

Gadis itu langsung menatap pada pria yang sudah menghalalkannya itu dengan dahi berkerut. Hatinya bertanya-tanya, lalu apa tujuan menikahinya jika kata-kata seperti itu yang terucap,

Melody bahkan sempat berpikir pria itu dan juga keluarganya bersekongkol untuk menjadikannya istri dan menantu keluarga ini.

"Sejak awal bukan aku yang berniat menikah denganmu," terang pria itu seperti tahu apa yang Melody pikirkan.

"Lalu kenapa dia mau saja menikah denganku, dia cukup dewasa, bahkan cukup tua untuk menerima atau menolak sebuah perjodohan. Perjodohan gila antara gadis muda dengan pria tua yang berusia empat puluh dua tahun," batin Melody.

Erlangga memang belum tua tapi tetap saja lebih tua jika dibandingkan dengan Melody yang baru berusia dua puluh dua tahun. Erlan memang masih sangat menarik dan tampan, diusianya yang sekarang. Usia yang dianggap sempurna dan istimewa, usia puncak seorang pria. Konon katanya puber ke dua juga terjadi di usia ini.

"Baca dan fahami apa yang tertulis di kertas ini. Jika tidak mengerti silahkan tanya sekarang," perintah Erlan sembari menyodorkan map yang berisi lembaran kertas.

Apa seperti ini menikah dengan seorang pengusaha, alih-alih melewati malam pertama dengan istimewa, malah di hadapkan dengan lembaran kertas.

Tanpa banyak bicara, Melody menerima kertas itu dan membacanya. Ternyata semacam surat perjanjian. Mata gadis itu membaca dengan teliti dan awas. Namun dalam hati, dia menganggap ini bukan surat perjanjian namun surat perintah. Semua point yang tertulis di dalam sana adalah perintah buatnya, bukan perjanjian dengan dia dan pria yang sudah menjadi suaminya itu.

Tanpa bertanya lagi, Melody segera menandatangani keras itu.

"Sudah faham? Tidak ada pertanyaan?"

"Sudah, Pak Erlan. Saya adalah mahasiswi tercerdas di angkatan saya," ketus Melody.

Jika tahu semuanya akan seperti ini, lebih baik dia melanjutkan S2 lalu menjadi dosen seperti cita-citanya.

Hatinya seketika semakin dipenuhi amarah, bukan dia juga yang menginginkan pernikahan ini. Melody memang tidak berharap untuk langsung dekat dengan suaminya, tidak ingin juga langsung melewati malam panas seperti pengantin pada umumnya. Tapi bukan berarti dia menerima penghinaan seperti ini.

Dia gadis muda yang cerdas dan berpendidikan, masih banyak yang hendak dia lakukan di masa mudanya ini. Bukannya menjadi istri pajangan seperti sekarang.

"Boleh aku keluar?" Aku ingin istirahat," ucap Melody setelah meletakkan pena yang baru saja dipakainya di atas map berisi kertas yang dia tandatangani.

"Hemmm ...." Erlan menjawab dengan gumaman.

Melody bangkit dari kursi yang di dudukinya, lalu beranjak menuju pintu keluar.

"Jangan panggil Pak, aku suamimu," seru Erlan saat Melody sudah membuka pintu dan hendak keluar ruangan itu.

"Demi Tuhan yang menciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya, aku akan membuatmu bertekuk lutut di hadapanku. Memintaku tetap ada di sisimu, dan dengan tanganmu sendiri kamu akan merobek kertas perjanjian sialan itu!" Melody bertekad dalam hati.

🍁 🍁 🍁

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nur rahmah
baru hadir......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status