Share

Pasca Bencana

Benar saja, saat kami tiba di pesantren, semua penduduk desa berkumpul di tempat tersebut. Aku langsung melihat mamak dan ayah, mereka duduk di atas meja dan kebasahan, tak ada penerangan.

"Mamak," aku langsung memeluk Mamak, tapi mataku melihat sekeliling.

"Cantik, Mak?"

"Dia di atas," kata Mamak.

"Cantik gak apa-apa, Mak?'

"Iya, gak apa-apa," jawab mamak lagi.

Keadaan warga sudah sangat memperihatinkan. Warga berebutan naik ke perahu karet tersebut. Akan tetapi ayah melarang.

"Kita semua tidak akan muat dalam perahu ini, jadi hanya orang yang sakit' boleh dibawa, Kita tetap di sini, hujan sudah berhenti," kaya Ayah.

Begitulah manusia memang, tiba-tiba banyak yang mengaku sakit, ingin pertama' dibawa keluar dari desa.

Para tentara kewalahan mengatur warga, untung mereka bisa tegas. Hanya orang tua dan yang punya bayi yang dibawa duluan. Sedangkan Cantik saja tidak ikut.

"Tak, Tatak, uang tak mo matan itan," gitu kata Cantik. Adikku ini memang masih cadel bicara, dia tak bisa bilang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
sekai
bukit merah jd berfaedah jg skrng. tp jan d bw" rara lg yaaa.. cukup berupa bukit aja. jan ntar d puji" krn bukit merah tmpt aman buat sapi selamat dr banjir. dah cukup sampe itu aja.
goodnovel comment avatar
Ansyahri Romadhon
Si butet memang mewarisi perbuatan baik pak parlin dan buk nia, rela mengorbankan sapinya demi orang banyak,, niscaya tuhan pasti akan membalas semua perbuatan baik si butet...
goodnovel comment avatar
carsun18106
yah namanya sdh ajal ya, tp ttp aja miris
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status