Share

Bab 5 Karina bersumpah

Niat Daniel mendamaikan istri dan ibunya ternyata mendapat pertentangan dari baginda raja Alphonse Roches yang sudah terpengaruh mulut beracun istrinya.

Baginda raja mempertanyakan kelayakan Karina sebagai permaisuri putri atau istri dari pangeran mahkota. Seperti yang kita semua tahu, seorang menantu memiliki kewajibannya masing-masing tidak terkecuali Karina.

"Selama ini istrimu sudah merasakan manfaat menjadi menantu raja. Tapi sudahkah dia memberi manfaat untuk kita?" Tanya sang raja dengan lugas sambil melirik ke kalung baru Karina.

"Ayah .... Istriku sedang hamil, apakah melahirkan pewaris tidak cukup untuk ayah?" Daniel membela Karina.

"Melahirkan pewaris itu nanti, kalau dia berhasil melahirkannya dengan sehat."

Pangeran Daniel ingin mendebat tapi bibirnya kalah cepat melawan ayahnya. "Begini saja Daniel. Istrimu tidak bisa diharapkan meringankan bebanmu. Ayah sarankan, ceraikan saja dia setelah melahirkan anaknya. Lalu, kamu menikahlah dengan putra Geisha,"

Dua butir air mata kembali jatuh. Karina tidak bisa menahan panas hati dan kemarahan di dalam dirinya lebih lama lagi. Jika baginda raja sudah berkata demikian maka tinggal masalah waktu hingga Karina diceraikan.

"Teganya ayah mengatakan itu ... Dia ini istriku!!" Pangeran Daniel meninggikan nada bicaranya.

Diam-diam banyak orang yang memasang telinga di sekitar tempat itu. Permaisuri Lydia, menantu-menantu baginda raja, para pelayan dan pembantu, kepala penjaga pangeran Daniel, dan sekretarisnya. Semuanya gigit jari mendengarkan keputusan impulsif sang raja. Sebagian besar dari mereka tidak setuju. Terlalu dini menganggap Karina tidak bernilai sebab dia baru dua bulan menjadi istri pangeran Daniel. Sementara sebagian kecil yang setuju adalah mereka-mereka yang sejak awal membenci kehadiran Karina di keluarga besar Roches.

Karina melihat seakan waktu di sekitarnya berhenti. Syok mendengar kata-kata ayah mertuanya membuatnya berhalusinasi. Dalam dunia batinnya Karina memaki dirinya sendiri.

Akar dari semua permasalahan ini adalah ketidakmampuannya mengimbangi status suaminya. Pangeran Daniel adalah calon raja berikutnya, otomatis dia mengemban banyak tanggung jawab. Raja mengharapkan Karina membantu pangeran Daniel barang hanya sedikit. Tapi kehendak raja bertentangan dengan kehendak pangeran Daniel. Sang pangeran justru ingin istrinya tetap di rumah, tidak melakukan apapun dan beraktivitas layaknya ibu rumah tangga biasa. Hal ini yang kemudian memancing amarah permaisuri Lydia dan para menantunya. Mereka menganggap Karina tidak setara dengan mereka dan Daniel telah terkena sihir cupid kiriman Karina.

"Ayah sudah salah menilai istrimu dan juga seleramu. Pokoknya kamu harus menceraikan dia! Kalau tidak ... Carilah selir. Meskipun mengambil selir akan sedikit mencoreng mukamu di publik, itu lebih baik ketimbang mempunyai istri tidak berguna."

Permaisuri Lydia keluar dari ruangan dimana dia bersembunyi. Sorot matanya dingin merendahkan, senyum jahat tersungging di bibir wanita setengah baya itu. Memang dia dan baginda raja adalah pasangan beda usia. Saat sang raja mulai tumbuh uban, usia permaisuri baru menginjak kepala tiga.

"Kamu dengar kata ayahmu kan! Ceraikan dia Daniel! Aku ibumu! Wanita yang melahirkanmu! Jangan samakan kehendak ibu dengan wanita jalang itu!"

Dasar Daniel, dia sama sekali tidak gentar dan terus membalas perkataan ibu dan bapaknya. Diantara kelima pangeran, Daniel adalah yang paling pemberani dan keras kepala tapi lembut kepada rakyat. Kepribadiannya itulah yang membuatnya disukai banyak orang dan membuat ayahnya yakin untuk mewariskan tahta kepadanya.

"Katakan sesuatu Karina! Apa kau terlalu takut untuk membantu suamimu berdebat? Sudah kuduga kau tidak bisa diandalkan dalam apapun! Pekerjaanmu hanya makan, tidur, buang air, dan hamil. Kamu tidak pernah memberikan apa-apa kepada anakku! Kamu tidak pantas menerima cintanya, Karina!!"

"Cukup!!!"

Suara gadis itu memenuhi ruang tamu rumah. Mata permaisuri Lydia terbelalak. Sejak kapan gadis yang hanya tahu makan dan tidur ini punya keberanian untuk bersuara tinggi di hadapan rajanya.

Daniel melirik Karina dengan tatapan rumit. Apa yang akan dilakukan Karina sekarang? Tidak mungkin melawan balik ibundanya kecuali jika dia berniat menghancurkan reputasi pangeran Daniel dan berurusan dengan hukum absolut.

Tapi yang dikatakan Karina selanjutnya justru lebih mengejutkan. "Sekarang aku paham kenapa ibu bersikap kejam padaku. Bukan karena aku berasal dari keturunan rakyat jelata. Tapi karena aku tidak bisa menjadi istri yang baik," Karina berhenti sejenak. Hatinya terluka sangat dalam. Tapi bukan kesedihan yang dia keluarkan, melainkan api amarah yang menyala-nyala.

"Seharusnya ibu katakan saja langsung. Jangan berbelit-belit dengan menyebut saya pelacur atau apalah. Langsung saja katakan. Selama ini saya selalu penasaran ... Apa sebenarnya kekurangan saya. Apa sebenarnya yang ibu mertua benci dari saya. Ibu mertua tidak membenci latar belakang saya karena kudengar ... Istri dari pangeran kelima juga berasal dari kalangan orang biasa dan ibu mertua tidak melakukan apa-apa terhadapnya padahal kami menikah di waktu yang berdekatan."

"Heh, wanita jalang ... Apa sebenarnya yang ingin kau katakan? Asal kamu tahu saja. Keputusan kami sudah bulat! Kalian akan cerai setelah anak dalam kandunganmu lahir. Titik."

Karina dengan berani menolak usul itu. "Saya tidak setuju. Saya akan buktikan bahwa saya layak menjadi menantu baginda raja dan menjadi istri pangeran mahkota."

Glek!

Pangeran Daniel terpelanjat. Pangeran muda itu baru menyadari kesalahan selama ini. Karena dialah Karina dicap sebagai wanita pemalas. Karena dialah Karina diremehkan.

Pangeran Daniel menjadi sangat sedih saat mendengar kata-kata Karina berikutnya. Karina berkata, "Selama ini saya selalu mematuhi perintah suami saya dengan tidak ikut campur urusan maupun konflik keluarga Roches. Awalnya saya tidak setuju, tapi saya tidak mau menambah beban pangeran dengan menolak perintahnya. Hari ini, saya bersumpah akan menjadi diri saya sepenuhnya dan berhenti menjadi babi yang hanya pandai meminta makan!" Kata-kata kasar mulai keluar dari mulut Karina.

Permaisuri Lydia masih berusaha mendebat. Wanita setengah baya itu berkata dengan nada meremehkan, "Memangnya kamu bisa mengambil hati siapa di rumah ini. Tidak ada yang bersimpati padamu, dan tidak ada yang ingin membantumu."

"Ada aku yang akan membantunya. Kumohon ibu jangan mempersulit istriku yang ingin berubah." Kata Daniel dengan tegas dan sorot mata tidak bersahabat yang memendam amarah.

"Daniel, kamu pasti sudah terkena sihirnya. Wanita itu menyihirmu untuk memenangkan hatimu. Jangan khawatir, besok ibu akan datang bersama seorang pendeta. Guna guna murahan wanita itu akan musnah sebentar lagi."

"Ibu jangan menyebarkan rumor tidak benar. Aku tidak pernah menyihir pangeran Daniel, dia mencintaiku dengan tulus," Karina terdiam sebelum memantapkan niatnya sebelumnya, "Lihat saja, akan kubuktikan ucapanku!"

"Ayo sayang!"

Daniel terkejut merasakan tenaga tarikan Karina yang berlipat ganda. Mungkinkah tenaganya berlipat ganda saat sedang marah? Daniel berpikir.

Keduanya meninggalkan istana raja dengan tenang. Hari ini mereka mendapat luka hati masing-masing.

Akan kubuktikan kepada mereka ... Bahwa aku mampu.

Jangankan bicara kasar, kalian takkan berani mengabaikanku lagi setelah ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status