Share

Bab 4 Bertemu wanita aneh

Setelah itu, mereka berjalan menuju bagian perhiasan. Daniel meminta Karina untuk memilih sebuah kalung yang paling istimewa di hatinya.

Karina memilih sebuah kalung berlian yang bersinar dengan kilauan yang hampir seperti bintang di langit malam. Daniel mengeluarkan kartu Black Diamond-nya dan membayar kalung itu secara kontan.

Setelah berbelanja, Daniel membawa Karina ke restoran bintang lima di atap pusat perbelanjaan tersebut. Mereka duduk di meja dengan pemandangan kota yang menakjubkan di bawah mereka. Makan malam mewah disajikan dengan anggur terbaik, dan untuk sesaat, masalah yang mereka hadapi tampak seperti sesuatu yang jauh.

"Sekarang, mari kita nikmati malam ini dan lupakan semua kekhawatiran kita," kata Daniel sambil menggenggam tangan Karina. "Kita bisa menghadapi semua masalah itu besok, bersama-sama."

Karina mengangguk dan tersenyum, merasa sedikit lebih ringan. Malam itu, mereka menikmati makanan lezat, tertawa bersama, dan berbagi momen-momen intim yang mengingatkan mereka akan kekuatan cinta mereka. Di tengah semua kemewahan dan kilauan, yang paling penting bagi Karina adalah kenyataan bahwa dia memiliki Daniel di sisinya, mendukung dan mencintainya tanpa syarat.

***

Hingga hari yang dijanjikan pun tiba. Pangeran Daniel beserta permaisurinya, Karina, telah sampai di depan gerbang rumah pribadi sang raja Austria.

Pangeran Daniel menepuk-nepuk punggung istrinya. Kelihatan sekali ketegangan di wajah istrinya yang tidak biasa bertamu ke rumah raja.

Supir terpaksa menghentikan laju mobil atas perintah Karina.

"Tunggu sebentar Daan, aku melihat orang mencurigakan di arah sana," kata Karina sambil melompat dari mobil.

"Tunggu aku Karina!" Dengan sangat terpaksa Daniel ikut turun dari mobil.

Karina berhasil menemukan orang yang dia cari. Saat Daniel melihat orang itu dia langsung mewajarkan sikap Karina barusan. "Siapa kamu?" Tanya Karina.

"Sedang apa di halaman rumah istana baginda raja?" Daniel menimpali.

Wanita bertudung merah berbalik. Matanya yang indah bertemu dengan mata Karina yang tidak kalah indah. Wanita itu tersenyum. Bibirnya seperti kelopak bunga mawar. Kulitnya putih bersih, dan yang terbaik, kecantikannya tidak berasal dari manipulasi produk kecantikan.

"Cantik sekali .... Maaf, apakah kamu salah satu menantu permaisuri Lydia yang belum pernah aku jumpai?"

Wanita elok itu terkekeh. Tawanya semerdu melodi angin. Tidak bosan-bosan Karina menatap wanita itu. Menunggu jawaban sembari menatap keelokan bentuk sang wanita, itulah yang sedang dilakukan Karina.

"Mohon maaf jika aku mengganggu perjalanan kalian. Memang benar aku menantu permaisuri Lydia. Tapi aku tidak suka bergaul bersama mereka." Si wanita tersenyum tipis seraya memejamkan kedua matanya.

Tanpa peringatan, Daniel memeluk wanita itu, tepat di hadapan Karina. Si wanita pun balas memeluk. Keduanya terlihat sangat akrab seperti saudara kandung.

Sebagai istri sahnya Daniel, tidak mungkin Karina tidak cemburu melihat suaminya memeluk wanita lain. Tapi sebagai wanita yang bermartabat Karina membuang jauh-jauh emosi negatif itu, sambil berharap si wanita bertudung bukan wanita simpanan Daniel.

"Sayangku ... Perkenalkan, ini Sylvana, istri pangeran Garam."

Karina sangat senang mendengarnya lalu hendak bersalaman dengan Sylvana, akan tetapi, wanita itu malah memeluknya dan menangis sesunggukkan di bahunya.

"Sylvana ... Apa yang kamu lakukan?" Tanya Karina dengan bingung.

"Sylvana tidak ingin mengungkapkan motifnya terlalu dini. Dia segera menjauh dari Karina dan kabur meninggalkannya keduanya.

"Ada apa dengan adik ipar?" Karina mencari jawaban ke Daniel. Nampak Daniel juga bingung dengan sikap adik iparnya itu.

"Sudahlah tidak perlu dipikirkan sekarang. Ayah sedang menunggu kita," ucap Daniel seraya menarik tangan istrinya.

Sesampainya mereka di hadapan baginda raja, Alphonse Roches. Karina tidak bisa tidak terpana menyaksikan keagungan bangunan yang menjadi tempat tinggal raja Austria dan permaisurinya tersebut. Lorong-lorong berlapis emas setebal 20 sentimeter melapisi bagian dalam rumah. Belum lagi ornamen megah dan perabotan-perabotan mahal serta koleksi-koleksi tak ternilai yang menghiasi di sana sini. Mungkin jika rumah itu dijual, uang hasil penjualan cukup untuk menafkahi seluruh orang miskin di ibukota selama 100 tahun lamanya.

Bagi pangeran Daniel, seluruh harta kekayaan itu hanyalah angin lalu yang bisa hilang kapan saja selama keempat saudaranya masih berupaya merebut tahta putra mahkota. Beda dengan Karina yang menganggap semua harta itu akan jadi milik Daniel sepenuhnya.

Di hadapan mereka .... Berdiri pria tua dengan jenggot putih panjang. Pria tua itu adalah raja Austria. Beliau berkata dengan tegas, "Katakanlah apa yang mau kau katakan anakku. Aku juga sudah membawa permaisuri Lydia kesini. Jika istrimu tidak enak hati mengatakannya, maka biarlah kamu yang katakan."

"Baik ayahanda."

Sebelah tangan Pangeran Daniel merangkul istrinya. Karina nampak sangat tegang. Tidak yakin apakah cara ini akan berhasil setelah dua kali menemui kegagalan.

"Jadi begini ayah ... Aku ingin melaporkan perbuatan buruk ibu kepada istriku. Aku tahu ibu tidak menyetujui pernikahan kami, tapi menyebut Karina pelacur dan menyebut anaknya anak haram sama saja dengan menampar wajahku dengan kotoran sapi. Apa ibu tidak pernah memperhatikan bagaimana perasaanku saat istri dan anakku dikatai demikian?"

Daniel sedikit membelokkan pandangannya ke ruangan gelap di sebelah tahta raja. Disanalah permaisuri Lydia biasanya bersembunyi saat raja kedatangan tamu.

Baginda raja tidak langsung memanggil permaisurinya. Baginda raja berkata setelah terdiam cukup lama. "Daniel, Karina, sebenarnya permaisuri Lydia sudah lebih dulu mengadu padaku. Ini menyangkut soal pernikahan kalian berdua."

Glek!

Karina meneguk saliva dengan kencang. Mungkinkah ibu mertuanya merencanakan sesuatu yang besar?

Daniel tidak ingin kalah. Pemuda itu meninggikan suaranya dan berkata, "Mohon ayah jangan langsung percaya kata-kata ibu. Istri saya adalah gadis baik-baik, dia tidak hamil dengan siapapun di luar nikah. Saya bisa pastikan itu. Dan saya akan menyumpal mulut siapapun yang menyebarkan gosip tidak benar itu dengan kotoran sapi kalau mereka tidak mau berhenti!"

Karina memandang Daniel dengan takjub. Ini pertama kalinya Daniel membelanya di hadapan baginda raja. Menyaksikan keberanian suaminya, air mata Karina tidak dapat dibendung.

"Bukan itu yang ingin ayah katakan. Soal gosip itu, tentu saja kita akan memberantasnya. Yang ingin ayah katakan adalah menyangkut kelayakan istrimu menjadi bagian dari keluarga kita."

"Apa maksud ayah?"

Jantung Karina kembali berpacu. Arah pembicaraan berubah ke membahas kelayakan Karina. Sang Baginda awalnya setuju dengan pernikahan itu karena dia percaya putranya takkan memilih sembarang wanita.

Sebenarnya Karina bukan sekadar rakyat kecil. Dia sarjana ilmu psikologi namun sayang nasih baik tidak menghampiri dirinya. Karina mengalami kecelakaan mobil yang membuat kedua belah tangannya lumpuh selama berbulan-bulan.

Mengakibatkan trauma bertumbuh di dalam pikirannya. Dan akibat dari trauma itu, Karina tidak pernah lagi menyentuh benda-benda lokomotif seperti sepeda motor, mobil, kereta api, dan lain-lain. Karina mengidap Amaxophobia akut sebagai akibat dari trauma berkepanjangan.

"Kalau bukan karena Amaxophobia yang kualami, aku tidak akan bekerja di cafe itu dan bertemu pangeran Daniel," kata Karina dalam hati. "Tragedi itu sudah menjadi berkah bagiku. Tapi apa ini? Ternyata pernikahanku ditentang keras oleh keluarga Roches. Kenapa pula mereka baru mengatakannya saat aku mengandung anak pangeran Daniel?"

Dua butir air mata jatuh dari kelopak matanya. Inilah awal dari ujian yang sebenarnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status