Share

Bab 3 Bertengkar dengan ibu mertua

Tidak terasa dua bulan sudah Karina tinggal di Mansion Royal Rumbling. Dalam waktu dekat mereka akan pindah ke rumah baru yang terletak jauh di luar kota. Lokasi itu dipilih oleh Daniel karena suasananya cocok untuk merawat ibu hamil.

Setelah dua bulan menikah, Karina akhirnya mengandung anak pertama pangeran Daniel. Kabar ini disambut baik oleh pengikut pangeran Daniel tapi tidak disambut dengan baik di kalangan keluarga besar Roches.

Mereka menduga kehamilan Karina yang terlalu cepat sebagai pertanda kalau Karina sudah 'berisi' sejak sebelum menikahi pangeran Daniel. Tentu saja semua itu tidak benar.

Namun yang paling mengejutkan Karina adalah perubahan sikap pangeran Daniel yang perlahan-lahan. Awalnya pangeran Daniel selalu bahagia saat Karina memasak untuknya tapi sekarang sikapnya tidak sebahagia dulu lagi. Tidak hanya itu, selama tinggal berdua di rumah baru. Karina beberapa kali diteror oleh sepucuk surat berisi ancaman pembunuhan.

Seolah belum cukup dengan semua itu, ibu mertua Karina berkunjung setiap minggu hanya untuk menghina dan berlaku kasar kepadanya. Pangeran Daniel sudah meminta ke ibunya untuk berhenti mengganggu kehidupan mereka tetapi sang ibu tidak mau berhenti. Terkadang juga dia datang bersama menantu keluarga Roches yang lain dan kalian tahulah apa yang terjadi. Kekerasan verbal yang mengerikan dialami oleh Karina setiap kali keluarga Roches datang.

"Kamu itu hanya beruntung bisa mencuri hati Daniel saat dia terpuruk! Lihatlah sekarang! Daniel mulai menjauh darimu karena dia menyadari kekeliruannya!" Kata permaisuri Lydia.

"Ibu salah. Pangeran Daniel mencintaiku dengan tulus dan dia masih mencintaiku sampai sekarang!" Sahut Karina yang sudah muak dengan mulut beracun mertuanya.

Mendengar pembelaan diri Karina, pecahlah tawa para bangsawan sombong itu. Kembali permaisuri Lydia menghina Karina dengan lebih kejam lagi, "Gelandangan memang tidak punya indera yang baik. Jelas-jelas Daniel menjauhinya tapi dia masih berhalusinasi dirinya adalah bidadari surga putraku. Sudahlah lonte, bawa tubuh kotormu dan bayi harammu keluar dari rumah ini."

Glek!

Terbakarlah amarah Karina. Dihina lonte dan anak haram sekaligus. Kenapa mereka tega menghina anakku yang belum lahir? Kenapa mereka begitu tega memfitnah aku berzina?

"Jangan sembarangan ibu! Anak yang kukandung ini adalah anak suamiku, pangeran mahkota Daniel. Dialah yang meniduriku sampai bunting. Kalau ibu menghina anak ini lagi, aku bersumpah akan melaporkan ibu ke suamiku!" Ancam Karina dengan nada tinggi.

Karina melarikan diri dan bersembunyi di kamar. Tangannya gemetar memegang ponsel yang jadi satu-satunya penyelamat.

Malam itu, hujan deras mengguyur kota, seakan menggambarkan suasana hati Karina yang tengah berkecamuk. Di dalam rumah mewah mereka, Karina duduk di tepi ranjang, menggenggam erat selembar kertas dengan tangan gemetar. Air mata mengalir deras di pipinya, membasahi surat itu. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan Daniel masuk, wajahnya lelah setelah seharian bekerja.

"karina, ada apa?" tanyanya lembut, namun nada suaranya penuh kekhawatiran saat melihat keadaan istrinya.

Karina berusaha menahan isak tangisnya, namun gagal. Dengan suara bergetar, dia berkata, "Daniel ... aku tidak tahu harus memulai dari mana..."

Daniel mendekat, duduk di samping Karina, lalu merangkul bahunya. "Ceritakan padaku, sayang. Apa yang terjadi?"

Karina menatap mata suaminya, mencari kekuatan. "Ini tentang Ibu," ucapnya pelan, hampir tak terdengar. "Ibu ... ibu sudah bertindak... Sangat keterlaluan,"

Mata Daniel menyipit, ketegangan tampak di wajahnya. "Apa maksudmu?"

Karina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Ibu... Dia membawa para adik ipar kesini. Dan... dan dia menghina menyebut aku pelacur dan ... Dan ... Menyebut anak kita anak haram,"

Isak tangisnya semakin menjadi-jadi, membuat kata-katanya terputus-putus. "Aku tidak tahan lagi sayang, kalau seperti ini terus aku bisa sakit," Karina mengusap wajahnya dengan kuat.

Sebenarnya Daniel sudah tahu bagaiman perlakuan ibunya kepada Karina. Daniel selalu sibuk dengan kompetisinya sehingga tidak bisa melindungi Karina.

Rambut Karina yang lembut menyentuh dada Daniel yang bidang. Ada rasa perih sekaligus marah setiap mendengarkan pengaduan istrinya itu.

"Aku harus melakukan sesuatu. Kalau seperti ini terus Karina bisa kena mental. Apa kara orang nanti jika istri pangeran mahkota ditindas di rumahnya sendiri?" Pangeran Daniel menggertakkan gigi. "Selagi ada waktu akan kuselesaikan masalah Karina dengan anggota keluarga yang lain."

Daniel menarik tangan istrinya yang lemah lalu menatap mata Karina dengan sayang. "Aku sudah menemukan solusinya sayang,"

"Benarkah?" Karina sedikit berharap.

"Iya. Lusa nanti kita pergi ke rumah istana untuk membicarakan masalah ini dengan ayahanda."

"Tapi solusi itu sudah pernah gagal dua kali sebelumnya. Aku takut mengganggu ayah mertua lagi," kata Karina ketakutan.

"Aku janji. Kalau ibu tidak mau mendengarkan kali ini, aku akan melakukan bertindak tegas."

"Bertindak tegas seperti apa Daan?"

Daan adalah nama panggilan Karina untuk Daniel. Hanya digunakan saat berduaan. Daniel juga punya nama panggilan untuk Karina yaitu Kari.

Daniel melemaskan badannya lalu berbaring di ranjang. Karina pun mengikuti sikap suaminya.

"Pokoknya aku akan melakukan sesuatu. Tenang saja, selama ada aku mereka takkan berani menyakitimu," kata Daniel menenangkan Karina.

"Baiklah sayang, aku percaya padamu," balas Karina dengan senyum tipis. Segala rasa jengkel, amarah, dan dendam terlupakan untuk sementara waktu.

Daniel mengajak Karina menikmati kekayaannya selama semalam. Karina adalah istri dari pangeran mahkota, sudah seharusnya dia menikmati hidup bak ratu atau minimal setara putri.

Pangeran Daniel menggenggam tangan Karina dengan lembut, mencoba menenangkan istrinya yang masih terguncang, "Karina, kita butuh waktu untuk menenangkan pikiran. Aku punya ide. Mari kita manfaatkan kartu Black Diamond dan keluar sejenak dari semua tekanan ini."

Karina menatap Daniel dengan mata yang masih basah oleh air mata, tapi dia bisa melihat ketulusan dan kepedulian dalam mata suaminya. Meskipun hatinya masih berat, dia mengangguk pelan. "Baik, Daan. Mungkin itu bisa membantu."

Daniel tersenyum, lalu menggenggam erat tangan Karina dan membawanya keluar dari istana. Mereka menaiki mobil mewah mereka, dengan Daniel yang menyetir sendiri. Tujuan mereka adalah pusat perbelanjaan paling eksklusif di kota, tempat di mana kartu Black Diamond mereka bisa digunakan untuk membeli apa saja dengan kontan.

Sesampainya di sana, Daniel memimpin Karina memasuki butik-butik kelas atas. "Pilih apa saja yang kamu suka," katanya dengan suara lembut namun penuh keyakinan. "Hari ini, tidak ada batasan."

Karina berjalan di antara rak-rak penuh gaun mewah, perhiasan berkilauan, dan barang-barang mewah lainnya. Satu per satu, dia mencoba beberapa pakaian dan aksesoris, sementara Daniel selalu ada di sisinya, memberikan pendapat dan dorongan dengan senyuman.

Setelah beberapa saat, Karina mulai merasa sedikit lebih baik. Dia mencoba sebuah gaun biru yang indah, yang membuatnya tampak seperti ratu malam. Daniel bertepuk tangan pelan dan matanya bersinar dengan kekaguman. "Kamu tampak luar biasa, Karina."

Karina tersenyum, mungkin untuk pertama kalinya sejak kejadian itu. "Terima kasih, Daniel. Kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status