Share

Bab 23: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

“Harusnya kau sadar diri, Yu! Wajar kalau anakku tertarik dengan perempuan secantik itu. Bukannya protes, harusnya kau juga belajar agar bisa berpenampilan sepertinya,” cela mamak mertua saat aku mengayunkan langkah untuk pergi dari sana.

Nyeri ulu hati mendengarnya. Bagi perempuan yang bahkan tidak memberikan kontribusi apa-apa dalam hidupku, sungguh tidak pantas lidahnya bersilat sedemikian kejam.

Kuusap dada, aku tidak ingin bertengkar dan bertingkah sangar di rumah ini. Tapi, pergi tanpa menjawab hinaan itu juga akan meninggalkan luka di dalam hatiku.

“Lihat penampilannya, lihat penampilan kau! Bahkan orang buta saja bisa membedakannya,” tambah mamak mertua.

Kian kasar lidahnya bertutur. Tidak ada kebijaksanaan sama sekali dalam setiap kalimat yang dilontarkan olehnya. Aku paham jika mamak mertua begitu mencintai Bang Fuad, namun ada jutaan orang lain yang bisa bersikap sebaliknya. Mereka tahu cara membentuk hubungan dan berkomunikasi dengan manusia, apa lagi menantunya sendiri.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status