Share

Peringatan

Bailey berdecak.

"Ketahuilah, Ayah ... kebenaran adalah kebenaran. Tak ada seorangpun yang dapat membendung ketika kebenaran sudah tiba pada waktu untuk menunjukkan dirinya. Ayah tidak tahu, 'kan, apa yang sebenarnya diinginkan dan diharapkan penduduk Zanwan?" tanya Bailey seraya menatap lekat Ascal. Berharap ayahnya itu akan memahami maksud dari perkataan juga sorot matanya.

"Zaman sudah berubah. Aku menginginkan kebebasan sebagaimana orang lain menginginkannya." Suaranya lebih tenang kali ini.

Sejenak Bailey menghela napas, mengalihkan pandangan; menatap roti di piring, lalu melanjutkan, "Akan kupikul beban berat di pundak Ayah. Aku ... Aku tak keberatan untuk menggantikan Ayah nantinya, meneruskan tahta Ayah seperti yang seharusnya. Aku tak keberatan mengorbankan hidupku untuk Zanwan, melupakan semua mimpi menjelajah dunia luar dan mengabdi pada Zanwan. Tapi--"

Lagi, Bailey menghela napas. Tersenyum pedih.

".... Tapi sebelum hari itu tiba, biarkan aku menjadi diriku sendiri. Biarkan aku melakukan apa yang ingin kulakukan. Aku ... ingin menjadi pemimpin yang dihormati dan disegani, bukan ditakuti dan dijauhi. Aku ingin penduduk setia padaku, bertahan bersamaku karena mereka menginginkannya. Bukan karena terpaksa dan tak punya pilihan."

Lalu sorot matanya menajam, seolah memberi peringatan.

"Jika Ayah menyentuh atau berusaha menghancurkan dan menyingkirkan Shaw, Kakek, dan Nenek, maka aku tak akan segan menghancurkan kebanggaan Ayah. Menyakiti Shaw, Kakek, dan Nenek sama saja dengan menyakitiku. Jika Shaw hilang satu hari, maka ayah akan mendengar kabar yang sama tentangku. Jika Shaw tiada, maka Ayah bersiaplah untuk kehilanganku juga." Bailey berdiri, mengambil tas dan menggendongnya.

"Aku berangkat dulu," pamitnya. Pergi tanpa menghabiskan rotinya. Menyisakan Ascal yang mengepalkan tangan dan berdiri tak lama kemudian, pergi ke ruang kerjanya tanpa satu katapun ... juga tanpa menghabiskan makanannya. Dan Jillian, bertopang siku memijat pilipisnya. Menginstruksi pelayan agar membereskan meja makan, kemudian berdiri; menyusul Selise dan Bariela ke taman. Suami dan anak lelakinya itu memiliki watak yang sama kerasnya ... mencoba menengahi hanya akan membuat keduanya semakin memburu.

"Aku membencimu, Hao Yi!" ucap Ascal lirih. Menjatuhkan diri di kursi ruang kerjanya dengan kasar. "Aku membencimu, Hao Yi! Aku sangat membencimu!" sulutnya emosi. Menatap awang penuh amarah dan mengepalkan tangan, menyandarkan tubuh dan memejamkan mata; berusaha menenangkan diri.

"Shaw," panggil Gracie. Lembut mengusap kepala Shaw. Yang dipanggil membuka mata, menoleh dengan pandangan sayu.

"Ayo makan." Gracie menunjukkan sepiring nasi dengan sup. Terlihat asap mengepul pertanda makanan masih hangat.

Shaw bangkit, mencoba duduk tegap. Membiarkan neneknya memberi beberapa suapan sementara pandangannya melirik-lirik sekitar.

Ada Spencer di ambang pintu keluar, berjalan untuk mencuci tangan lalu bergerak ke meja makan.

"Ingat kata Tuan Dokter, kau harus makan yang banyak," tuturnya. Mengambil lauk ke piring yang sudah tersedia nasi di atasnya.

"Ya, aku akan makan yang banyak. Tapi aku akan makan sendiri," sahut Shaw. Melempar tatapan memohon pada Gracie.

"Ya sudah, makan pelan-pelan. Kalau sakit beritahu Nenek, ya." Shaw mengangguk. Menerima piring yang diberikan Gracie dan melanjutkan makan dengan lahap, sementara Gracie beranjak ke meja makan.

Waktu berjalan sangat lama bagi Shaw yang tidak biasa berdiam diri seharian. Bangun dari ranjang bambu pun hanya untuk ke kamar mandi, lalu kembali lagi. Obat yang dibalurkan pada Shaw tadi berbentuk cairan dari tanaman herbal, seperti obat merah dalam medis. Dan itu belum kering. Karenanya, Shaw belum bisa pindah ke kamar; barangkali cairannya akan menetes ke kasur.

Shaw yang baru duduk kembali ke ranjang seusai memembasuh wajah menatap ke arah ruang tamu, mendengar pintu depan di ketuk.

"Silakan masuk, Tuan Muda dan Tuan Dokter." Suara Spencer terdengar sampai ke dapur.

"Bagaimana keadaanmu, Shaw?" Edvard bertanya. Meletakkan tas obatnya di samping Shaw.

"Aku masih merasa tidak nyaman, tapi perihnya sudah berkurang," jawab Shaw jujur sembari melirik Bailey dan sedikit memiringkan kepala melihat tas yang dipegangnya. "Apa yang kau bawa?" tanyanya.

"Hmm? Oh, ini?" Bailey mengangkat tas lalu mendekat; menaruh tas di hadapannya. "Aku bawa makanan, buah-buahan untukmu, Kakek, dan Nenek," terangnya. Membuka tas dan mengeluarkan satu per satu benda di dalamnya.

"Dari siapa?" Shaw nampak tak tertarik sama sekali.

Bailey mengangkat kepalanya.

"Tentu saja dariku! Tadi sepulang sekolah aku bekerja. Aku meminta pekerjaan pada ibuku, dan ibu menyuruhku menjaga Bariela. Aku membeli semuanya saat perjalanan ke sini tadi."

Sesaat Shaw menatap sahabatnya. Ada beberapa hal yang masih belum Shaw mengerti tentang Bailey. Namun, ia selalu yakin akan satu hal; Bailey selalu bersungguh-sungguh.

Shaw masih menatap ketika Bailey menjatuhkan diri di ranjang kayu di sampingnya. Terlihat gurat lelah di wajah sang tuan muda, membuat Shaw yakin ada banyak hal yang terjadi pada Bailey hari ini, hingga tiba di rumah Shaw ketika hari sudah sampai pada lembayungnya.

Sementara Edvard kembali setelah mencuci tangan, lalu dengan lihai membuka kotak obat dan mulai membersihkan luka-luka Shaw juga membalutnya dengan obat baru.

"Ayo, setelah ini makan malam, yaa .... Nenek sudah memasak sup jamur dan tofu asam manis." Ucapan Gracie menghentikan perbincangan seru Shaw, Bailey, dan Edvard di ranjang kayu.

Tidak sampai menginap, Bailey dan Edvard pamit seusai makan malam. Ada banyak yang dipelajari, baik oleh Shaw, Bailey, Kakek, Nenek, dan Edvard sendiri.

Sang dokter kini memahami mengapa tuan mudanya begitu betah berlama-lama bersama keluarga yang mengasingkan diri itu. Nyatanya, dirinya pun terbuai nyaris lupa untuk pulang. Ada rasa yang jarang ditemukan di tempat lain, sebuah rasa nyaman. Perasaan yang sangat khas ketika berada di rumah ... rumah yang benar-benar rumah.

Pun Edvard mengerti satu hal lain; bahwa Shaw dan Bailey terlihat menyatu bukan hanya karena persamaan mereka, tapi justru karena perbedaannya jua. Terlalu muda untuk bisa memahami itu. Apa mau dikata? Keduanya, memang, masih bocah. Belum banyak melihat dunia, tapi seakan mereka lah Sang Penguasa.

Sepanjang perjalanan, Edvard terus memikirkannya. Betapa iri sungguh dalam hatinya, bertanya tentang mengapa ia tak pernah menyadari semua. Teringat pula ia pada kawan-kawannya, di Zanwan dan di negeri seberang. Lalu rindu hadir menyelusup, berandai pula ia pada hal yang bisa dibilang mustahil untuk terjadi ... padanya, juga teman-temannya, di Zanwan; pada masa ini. Tiba-tiba suara hatinya mengintrupsi, 'Aku akan berdiri bersama mereka.' Begitu ujarnya.

Satu temali dengan Bailey, diam dan hanyut dalam pikirannya. Teringat percakapannya dengan Shaw, yang membuka mata hati juga pikirannya akan sesuatu; ternyata memiliki segalanya tak berarti akan mendapatkan segalanya, dan setiap hari adalah pembelajaran, bagi siapapun yang bersedia mempelajarinya.

Bailey berpikir, jika Shaw bersekolah bersamanya, maka pastilah Shaw akan menjadi murid kesayangan Profesor Baldric. Seorang sujana; kepala sekolah yang terkenal akan bijaknya. Lelaki tua yang sudah dianggap seperti guru dan kakek bagi Bailey.

Mulutnya gatal; bergerak dan membuka suara. Mengulangi apa yang dikatakan Shaw padanya.

"๐˜š๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฃ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฏ," kata Shaw, tadi, saat berbincang menunggu makan malam. "๐˜ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ซ๐˜ช๐˜ธ๐˜ข. ๐˜’๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ถ .... A๐˜ฑ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ. ๐˜“๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ถ, ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข ๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ต, ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ณ๐˜ข๐˜จ๐˜ถ, ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ-๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ... ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต๐˜ช, ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ซ๐˜ช๐˜ธ๐˜ข, ๐˜ณ๐˜ข๐˜จ๐˜ข. ๐˜“๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ด ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฎ๐˜ถ, ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ถ. ๐˜›๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฃ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช ๐˜ญ๐˜ข๐˜จ๐˜ช. C๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฑ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช ๐˜ซ๐˜ช๐˜ธ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช. ๐˜’๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜จ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ, ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฏ; ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ต๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ช๐˜ฏ, ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข."

Bahkan didetik-detik sebelum matanya terpejam pun, Bailey masih memikirkannya. Bersama perkataan ayah dan ibunya, bersama perkataan petinggi desa lain yang sampai ke telinganya, bersama perkataan orang-orang lain di depan dan di belakangnya--yang juga sampai ke telinganya. Sampai lelap membawa seluruh kesadarannya, bersama segala keluhan lugunya perihal masa kini, keluarganya, batasan dan aturan yang diberikan Ascal juga Zanwan padanya, masa depan, hidup, dan dunia.

Tanpa Bailey sadari, Ascal berdiri di ambang pintu. Menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan; sedari tadi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anfa K. Arashya
Baru cek baca dari app. Ternyata untuk kalimat yang diubah ke tulisan miring itu tidak terbaca jelas di app (O_O) ... di app yang di ponsel saya sih :D Saya akan tanya ke editor saya secepatnya. Kalau di antara reader ada yang mengalami hal serupa, bisa beritahukan yak!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status