"Wah, ada gebetan baru nih!" sindir Julia di kantin rumah sakit setelah akhirnya bertemu Raditya di akhir shift. Dia menyedot minumannya sampai tak tersisa lalu menyandarkan punggung ke kursi sambil melipat tangan di dada. "Kayaknya dari tatapan kamu, kalian berdua kenal dekat."
Raditya yang sedang menikmati seporsi nasi ayam geprek mengabaikan sejenak ocehan kekasihnya. Perutnya sudah melilit akibat tenaga yang sudah terkuras habis setelah melakukan kunjungan pasien, responsi dengan dokter bimbingannya, sampai mengajari anak-anak koas. Walau masih tahun kedua, banyak PPDS senior yang merekomendasikan Raditya sebagai tempat untuk belajar para calon dokter muda. Alhasil, pujian itu menjadi beban besar di punggung. Kadang dia berpendapat kalau lebih baik menjadi dokter yang biasa-biasa saja daripada harus menonjol seperti ini. Sayang, sisi lain Raditya yang ambisi
"Ish, kampret, kampret awakmu, Tin!" rutuk Valentina memukul kepalanya dengan kepalan tangan sambil berjongkok di depan ember kamar mandi. Kemudian dipandang nyalang pintu kayu bercat cokelat itu sambil mencibir Raditya yang bisa-bisanya mengajaknya dalam kesesatan dunia. Lalu, dia membasuh muka terutama bibir yang bolak-balik dijamah suami jahanam tak luput mengintip dada di balik kaus Minions dan berkata, "Anjir ... " Valentina merinding setengah mati saat Raditya hendak melepas celananya. Otomatis sisa kesadaran Valentina yang mengibarkan deretan cita-cita sebelum benar-benar punya anak membangunkan gadis itu. Refleks dia mendorong tubuh Raditya lalu berlari menuju kamar mandi menghiraukan suaminya yang sudah dipuncak gairah. Apakah hal ini termasuk dosa karena tidak bisa melayani sang suami? pikir Valentina. "Mana dia bilang sayang lagi, bilang aja pengen nganu," cibir Valentina mengambil sikat gigi untuk membersihkan giginya dari jejak Raditya. "Sebenarnya dia tuh suka sama ak
Seperti anak ayam, tiga mahasiswa itu berdiri sejajar seraya menundukkan kepala mendengar omelan yang seharusnya dilontarkan kepala ruangan. Entah salah siapa dan apa yang mereka lakukan hingga sang residen yang terkenal kejam itu menceramahi Valentina dkk masalah etika di rumah sakit. Sampai Dyas menyikut Valentina menyiratkan kalau dia tidak mengerti apa yang dipermasalahkan.Valentina menyuruh Dyas diam daripada Raditya kebakaran jenggot dan bisa melaporkannya ke kepala ruangan yang sedang menghadiri rapat untuk akreditasi rumah sakit. Sementara Okin memajukan mulutnya tak terima harus bertemu dengan dokter yang pernah mempermalukannya di UGD. Sayang, hubungan dokter-perawat seperti mereka tidak akan pernah bisa dipisahkan sekalipun ingin memaki kesombongan sang residen."Kamu juga Valentina!" tunjuk Raditya berkacak
"Heh! Ngapain ke sini!" hardik Julia seakan menangkap basah tikus kotor berwujud Valentina. Bagaimana mungkin gadis berpakaian daster itu berada di rumah Raditya? Ataukah pembantu yang selama ini diceritakan sang kekasih adalah Valentina? Lantas kenapa Raditya harus berbohong sejauh ini padanya? Hubungan macam apa sampai gadis itu mau menjadi pengurus rumah seorang bujangan tampan seperti Raditya?"Lah, ngapain dokter datang ke sini?" balas Valentina berusaha setenang mungkin menutupi rasa gugup yang mulai menguasai. Dia merutuki Julia dalam hati kenapa dokter sok cantik yang mulutnya ngalahin emak-emak ditagih rentenir malah datang tanpa permisi. "Ini kan rumah saya.""Rumah kamu?" Dia menganga lebar lantas tersenyum miring menyorot penampilan kumuh Valentina. "Ck, dadi pembantu ae sombong!"(jadi pembantu aja sombong)Hilang sudah kesabaran Valentina, kedua tangannya otomatis mengangkat ember berisi air bekas pel yang sudah sangat keruh kemudian menyiramkannya tepat mengenai wajah s
Siku kanan Valentina menyikut tulang iga Raditya sambil menggerutu kenapa masalah ini sampai terdengar ke Sofia yang notabene adalah mertuanya. Tidak hanya perempuan paruh baya itu tapi juga ibunya sendiri duduk di samping Sofia seperti menjadi hakim anggota persidangan kecil ini. Valentina perlu waktu lebih banyak untuk menebalkan telinganya saat dua mak-mak bersatu. Mungkin ocehan mertuanya Valentina akan tahan, tapi tidak dengan omelan ibunya sendiri yang bisa dari huruf A sampai Z tanpa memedulikan ada hujan dan panas.Di sisi lain, kemarin Sofia kaget bukan main mendapat telepon dari Julia yang dianggap sudah menjadi mantan Raditya ternyata masih menjalin hubungan dengan putra tunggalnya. Untung saja perempuan paruh baya yang tidak menunjukkan tanda-tanda penuaan itu tidak memiliki riwayat penyakit jantung ketika mendengar anaknya telah memberikan janji kepada Julia. Sebuah u
"Pathwaypenyakit sampai munculnya diagnosa keperawatan, bisa kamu jelasin?" tanya pembimbing ruangan rawat inap perempuan bernama Novi.Dibalik kacamata minus yang dikenakan dan tampang bak pelawak Soimah, Novi dikenal sebagaiclinicalinstructorpaling perfeksionis kedua setelah Bu Christina di ruang ICU anestesi. Tentunya jangan lupakan Bu Fero di UGD, dia juga perfeksionis dan kejam. Tadi Okin kena semprot Bu Novi karena tidak bisa menjawab salah satu pertanyaan terkait pohon masalah atau proses terjadinya penyakit sampai timbul diagnosa keperawatan. Padahal kasus yang diambilnya termasuk mudah yaitu tentang gagal ginjal akut. Alhasil, dia disuruh mengulangpre-conferencebesok plus menghafal cara penghitunganbalancecairan.
"Diajarin itu adeknya," sindir salah satu perawat kepada Valentina saat dia mengambil bak instrumen berisi beberapa macam injeksi untuk jadwal suntik siang. "Masa jadi ners ilmunya diambil sendiri."Si kampret ... kapan aku pelit ilmu!rutuk Valentina dalam hati."Kayak minggu kemaren ada tuh mahasiswa dari kampus lain, adeknya enggak diajarin injeksi malah didiemin buat cari muka," ejek perawat itu seakan Valentinalah yang punya dosa sebesar gunung."Kan bukan saya, Mbak," elak Valentina membela diri tak mau nama baik dan sucinya tercoreng karena ulah oknum dari kampus lain."Ih, enggak tahu ya, pokoknya ners kloter kemaren nyari gara-gara sama saya," kata perawat itu dengan nada ketus. "T
Dyas menjerit begitu air selokan kehitaman nan bau membasahi tubuh Valentina tanpa aba-aba. Apalagi hasilprint outmakalah dan brosur penyuluhan yang dikerjakan bersama-sama ikut terkena cipratan sampai terlihat mengenaskan. Sementara itu, perempuan berkulit eksotis yang sudah terbakar emosi melontarkan sumpah serapah yang tak pantas didengar apalagi snelli yang dikenakan masih melekat di tubuh rampingnya. Sialnya, dinding ruang mahasiswa yang terbuat dari kaca ini malah menambah keruh suasana hingga beberapa orang datang untuk melihat apa yang terjadi.Valentina yang merasa tidak tahu apa-apa menerjang tubuh Julia dan menggesekkan baju kotornya ke arah gadis tinggi itu hingga terjungkal membentur lantai sambil berseru, "Bangsatcok, aku enggak ero opo-opo setan!"(Aku enggak tahu a
"Bacot!" ketus Julia setelah digiring ke lorong dekat ruang pertemuan. "Bacot!" rutuknya lagi sambil menampar Raditya berharap wajah tampan itu akan rusak. Dia sudah tak mau tahu alasan yang diucapkan lelaki itu kepadanya. "Bilang aja kamu cuma memanfaatkan aku kan? Bangsat! Pembantu apanya! Haha ... goblok banget aku percaya gitu aja sama omongan kamu!""Bukan gitu, Julia!" kilah Raditya. "Aku menikahi dia karena mau tepati janji ke almarhum ayahnya Tina. Sumpah!""Janji? Terus gimana kamu mau tepati ucapanmu sendiri buat melamar aku, hah!" seru Julia lantas melepas cincin yang disematkan janji manis sebagai tanda ikatan cinta mereka. Dilempar benda keperakan itu ke arah sawah-sawah yang ada di depan parkiran karyawan. "Kamu bajingan, Dit!" tunjuknya ke dada lelaki itu.