Share

Part 78–Sulit Menerima Kenyataan

"Alva!"

Aku terperanjat bangun dengan napas teesengal. Semua mimpi tadi bagaikan nyata. Dalam mimpi itu, Alva pergi meninggalkanku sendiri dalam kegelapan. Kami sama-sama menangis dengan tangan mungilnya yang melambai-lambai.

"Alhamdulillah, Ibu sudah sadar," lirih Bi Surti, lalu menyeka air matanya.

"Memangnya aku kenapa, Bi?" tanyaku bingung.

"Ibu pingsan tadi. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali. Minum dulu, Bu." Bi Surti menyodorkan segelas air putih.

"Makasih, Bi," ucapku seraya mengembalikan gelas tersebut. "Oh, ya, Bi. Alva sudah pulang dari jalan-jalannya belum?" Mendengar pertanyaan itu, raut wajah Bi Surti berubah kaget sebentar, lalu sedih.

"Sudah diantarkan Bang Leon belum, Bi? Aku takut ada apa-apa, soalnya barusan mimpi buruk."

"Bu, istighfar, Bu." Bi Surti menangis sambil mengusap-usap lenganku.

"Apa, sih, Bi? Aku 'kan hanya tanya Alva sudah pulang belum. Kok, disuruh istighfar. Bibi ini lucu." Aku tersenyum seraya menggeleng, lalu mengambil posisi duduk di tepi ranj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status