MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 14
"Memang kamu ada perlu apa sama Bu Asih, Ndre?" tanya Kinar penasaran."Beberapa barangnya ada yang cacat akhir-akhir ini. Cuma pengen ingetin aja sih, biar lebih teliti lagi, apa lagi sekarang buat ekspor," jawab Andre dengan mata fokus pada motif caping yang sedang dia buat."Hanya itu?"Andre menoleh, menatap Kinar dengan seksama. Entah kenapa Kinar jadi salah tingkah. Padahal sebelumnya dia tidak pernah seperti itu."Kenapa?" tanyanya."Hah, apanya yang kenapa?" balas Kinar gelagapan."Kenapa, kamu kepo banget sih sama, Bu Asih?""Ouhh ... i-itu, ya mau tau aja," jawab Kinar sambil mengusap-usap lehernya karna salah tingkah."Apa ada yang kamu sembunyikan, Kinar?" Andre seperti aneh dengan tingkah temannya itu."Ehh ... nggak ... nggak ada kok. Aku ke dalam dulu!"Kinar justru tidak fokus. Dia yang memberi pertanyaan, tapi justru dia yaMEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 15"Ini." Andre tersenyum, menyerahkan paperbag berwarna cokelat kepada Kinar."Barang aku nggak ada yang ketinggalan, kok," sahut Kinar sambil tangan kanannya terulur menerima paperbag dari Andre yang belum dia tau apa isinya."Berikan itu pada Bu Asih, besok. Katanya kamu mau ke sana, biar kamu nggak usah mampir sanggar dulu besok," ucap Andre tenang."Ohh," desis Kinar. "Yaudah, aku balik, ya!" sambungnya lalu menutup kaca mobil perlahan.Andre hanya tersenyum, lalu melambaikan tangan saat mobil yang di naiki Kinar mulai berjalan meninggalkan halaman sanggar.Hufft, terdengar helaan panjang setelah mobil itu tak terlihat lagi. Andre memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana tiga perempatnya. Melangkahkan kaki ke dalam sanggar yang sudah mulai sepi karena di tinggal pulang oleh pengunjungnya. Hanya ada beberapa pekerja yang sudah bersiap pulang dan masih duduk mengobrol di atas jok
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU16"Ke mana saja kamu seharin ini, Ma?" tanya Reza ketus saat mereka makan malam.Dahi Kinar seketika berkerut mendengar pertanyaan suaminya. Menghentikan suapannya, dan menaruh sendok pada tempat semula."Bukankan tadi pagi aku udah bilang, ya, kalau ada proyek baru," jawabnya dengan tenang."Kamu sendiri juga senang dengar berita itu tadi pagi kan, Mas!" lanjutnya dengan menatap tajam Reza. Lalu menyuap nasi kembali. Sama sekali tidak terintimidasi dengan pertanyaan suaminya itu."Kenapa sampai sore banget baru pulang? Biasanya nggak sampai jam empat juga udah di rumah!" protes Reza. Makanan di piringnya belum tersentuh sama sekali. Hatinya di penuhi api cemburu, mengalahkan bunyi perut yang sejatinya sedari tadi minta di isi.Kinar menghentikan kunyahannya. Makin heran dengan omongan suaminya. Dia memutar bola mata malas. Lalu mengalihkan pandang pada Farraz yang lahap memakan ayam gorengnya, seolah tidak terganggu dengan perdebatan orang t
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 17Malam itu, entah kenapa hati Kinar begitu gelisah. Matanya seakan enggan untuk diajak terpejam. Padahal esok dia masih harus mengurus begitu banyak pekerjaan, yang pasti akan menguras pikiran juga hatinya. Entah kejutan apa lagi yang akan dia dapati esok hari.Kinar menyingkap selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Perlahan duduk, lalu menurunkan kakinya. Tangannya berpegang pada sisi kanan dan kiri tepi ranjang. Menatap kosong ke depan. Suasana kamar yang temaram, karena hanya lampu tidur di meja samping ranjang yang dinyalakan. Hatinya gelisah, tapi hendak turun pun juga ragu.Padangannya lalu tertuju pada gelas yang ada di atas meja, kosong. Tadi dia tak sempat meminta Bi Sumi untuk mengganti dengan yang baru karena hatinya keburu emosi dengan tingkah sang suami. Setelah mengumpulkan segenap niat, akhirnya Kinar menyambar gelas itu. Berniat turun ke bawah, mengisinya kembali di dapur. Karena kerongkongannya
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 18"Mas." Kinar tersentak kaget dengan apa yang di lihatnya."Sedang apa kamu?" tanya Kinar dengan alis bertaut. Lemari pakaian berantakan, laci meja samping ranjang juga terbuka semua.Reza terperanjat, lalu menoleh. Dia gelagapan tidak tau harus menjawab apa. Kinar tiba-tiba saja muncul dan mengagetkannya."Ehh ... emm, i-ini Ma, aku lagi nyari berkas. Iya berkas. Ketinggalan di rumah," jawabnya gelagapan, tangannya menggaruk leher yang tak gatal.Dahi Kinar berkerut, matanya memicing. "Ohh!" hanya itu tanggapan Kinar. Dia seakan tidak peduli dengan apa yang dilakukan Reza. Melenggang masuk lalu mengambil paper bag juga tas yang dia taruh di sofa dekat jendela. Reza hanya berdiri di tempatnya mengamati setiap pergerakan Kinar."Kalau sudah selesai tolong rapikan lagi, ya, Mas. Belajarlah tanggung jawab dengan apa yang kamu lakukan, jangan melulu mengandalkan orang!" sindir Kinar sambil
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 19"Kinar,"panggil lirih Fitri, saat dirinya berjarak beberapa langkah di belakang Kinar.Kinar menoleh, dengan wajah bersimbah air mata. Tentu Fitri terkejut melihat kondisi temannya itu. Sekilas saja sudah bisa diterka, jika dia sedang dalam tekanan yang teramat besar. Fitri mendekat dan menghambur memeluk Kinar. Seketika tangis Kinar pecah. Dia menumpahkan semua air mata yang disimpannya selama ini, seorang diri.Mendengar isak tangisnya membuat hati Fitri terenyuh. Dia memejamkan mata, dan bulir bening itu ikut luruh. Mengusap punggung Kinar berharap bisa memberi ketenangan walau sedikit. Hanya kata sabar yang terucap dari bibirnya untuk menguatkan."Kamu, terlalu berharga untuk menangis, Kinar!" ucap Fitri dengan kedua tangan menangkup pipi Kinar, setelah melepaskan pelukannya dan Kinar mulai tenang."Ada kami, di sini. Kamu ... nggak sendiri. Jangan membebankan semuanya pada diri kamu," lan
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 20"Kenapa uangnya belum ditransfer juga, Mas?" tanya Niken dengan penuh emosi.Hari ini jatah membayar cicilan mobil. Sedang uang gajiannya bulan ini sudah ludes dalam beberapa hari saja. Untuk perawatan wajah, skincare, juga baju baru. Tak lain untuk memikat Reza. Hanya untuk bensin dan makan saja dia menodong Reza."Sabar, Sayang. Uangnya belum cair, Pak Bagas masih menunggu persetujuan dari Kinar," ucap Reza mencoba menenangkan kekasihnya itu.Niken membuang napas kasar. Wajahnya cemberut dengan tangan bersidekap dada. Pikirannya mulai panik, takut jika sampai mobilnya ditarik karena gagal bayar. Mobil impian yang baru beberapa bulan di tangannya."Nanti akan aku carikan uangnya, kamu jangan takut," ucap Reza, tangan kirinya membelai rambut Niken, sedangkan jemari tangan kanannya mengetuk-ngetuk pahanya sendiri. Berusaha mencari jalan keluar untuk masalah yang bukan tanggung jawabnya.
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 21"Hai ganteng, tumben ikut ke sanggar," sapa Fitri yang duduk di teras sanggar begitu melihat Farraz turun dari mobil Kinar.Farraz berlari menghampiri Fitri lalu memeluknya. "Aku kangen, udah lama nggak main sama Tante."Fitri menjawil gemas hidung Farraz. "Baiklah, mau main apa? Biar tante temenin.""Aku mau main cat air," pinta Farraz."Oke, ayo ikut ke dalam. Kita ambil catnya dulu." Fitri beranjak dari tempatnya lalu menggandeng tangan mungil Farraz, mengajaknya ke dalam sanggar.Kinar memilih duduk di teras. Dia menghembus napas kasar. Kepalanya benar-benar penuh. Semua masalah yang datang berbarengan membuat kewarasannya sedikit terganggu."Kinar, kamu jadi ke rumah Bu Asih?" tanya Andre yang datang dari arah belakangnya.Kinar menoleh ke belakang, lalu tersenyum mengangguk."Mereka sehat, kan?""Alhamdulillah, sehat, tapi masih harus rutin kontrol."Jujur, Kinar kepikiran dengan nasib Pak Asep ke depannya. Tapi sekarang nggak cuma d
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 22"Kenapa Pak Bagas marah? Apa tuduhan saya benar?" cecar Reza merasa di atas angin melihat Pak Bagas yang tersulut emosi. Dia menaikkan satu sudut bibirnya."Anda pikir saya akan terpengaruh dengan gertakan anda? Tidak sama sekali. Saya marah lantas melepaskan anda dan uang sisa itu. No! Pak Reza salah besar. Dari sini saja sudah terlihat kalau atitude anda sebagai atasan nol besar! Jangan harap saya akan melepas uang itu! Kemarin-kemarin boleh saja anda menipu saya. Tapi tidak untuk saat ini dan akan datang!"Reza tersentak kaget mendengar ucapan Pak Bagas. Dia mengepalkan kedua tangannya erat. Bisa dipastikan rencananya akan gagal lagi."Silahkan transfer kembali uang itu, dan masalah beres. Laporan ini saya terima, karena semua sudah lengkap, tinggal pengembalian sisa uang saja. Saya tunggu Pak Reza yang terhormat!"Reza langsung berdiri dari duduknya dengan tangan terkepal kuat juga wajah merah padam."Akan saya transfer besok," pungkas