MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 18
"Mas." Kinar tersentak kaget dengan apa yang di lihatnya."Sedang apa kamu?" tanya Kinar dengan alis bertaut. Lemari pakaian berantakan, laci meja samping ranjang juga terbuka semua.Reza terperanjat, lalu menoleh. Dia gelagapan tidak tau harus menjawab apa. Kinar tiba-tiba saja muncul dan mengagetkannya."Ehh ... emm, i-ini Ma, aku lagi nyari berkas. Iya berkas. Ketinggalan di rumah," jawabnya gelagapan, tangannya menggaruk leher yang tak gatal.Dahi Kinar berkerut, matanya memicing. "Ohh!" hanya itu tanggapan Kinar. Dia seakan tidak peduli dengan apa yang dilakukan Reza. Melenggang masuk lalu mengambil paper bag juga tas yang dia taruh di sofa dekat jendela. Reza hanya berdiri di tempatnya mengamati setiap pergerakan Kinar."Kalau sudah selesai tolong rapikan lagi, ya, Mas. Belajarlah tanggung jawab dengan apa yang kamu lakukan, jangan melulu mengandalkan orang!" sindir Kinar sambilMEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 19"Kinar,"panggil lirih Fitri, saat dirinya berjarak beberapa langkah di belakang Kinar.Kinar menoleh, dengan wajah bersimbah air mata. Tentu Fitri terkejut melihat kondisi temannya itu. Sekilas saja sudah bisa diterka, jika dia sedang dalam tekanan yang teramat besar. Fitri mendekat dan menghambur memeluk Kinar. Seketika tangis Kinar pecah. Dia menumpahkan semua air mata yang disimpannya selama ini, seorang diri.Mendengar isak tangisnya membuat hati Fitri terenyuh. Dia memejamkan mata, dan bulir bening itu ikut luruh. Mengusap punggung Kinar berharap bisa memberi ketenangan walau sedikit. Hanya kata sabar yang terucap dari bibirnya untuk menguatkan."Kamu, terlalu berharga untuk menangis, Kinar!" ucap Fitri dengan kedua tangan menangkup pipi Kinar, setelah melepaskan pelukannya dan Kinar mulai tenang."Ada kami, di sini. Kamu ... nggak sendiri. Jangan membebankan semuanya pada diri kamu," lan
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 20"Kenapa uangnya belum ditransfer juga, Mas?" tanya Niken dengan penuh emosi.Hari ini jatah membayar cicilan mobil. Sedang uang gajiannya bulan ini sudah ludes dalam beberapa hari saja. Untuk perawatan wajah, skincare, juga baju baru. Tak lain untuk memikat Reza. Hanya untuk bensin dan makan saja dia menodong Reza."Sabar, Sayang. Uangnya belum cair, Pak Bagas masih menunggu persetujuan dari Kinar," ucap Reza mencoba menenangkan kekasihnya itu.Niken membuang napas kasar. Wajahnya cemberut dengan tangan bersidekap dada. Pikirannya mulai panik, takut jika sampai mobilnya ditarik karena gagal bayar. Mobil impian yang baru beberapa bulan di tangannya."Nanti akan aku carikan uangnya, kamu jangan takut," ucap Reza, tangan kirinya membelai rambut Niken, sedangkan jemari tangan kanannya mengetuk-ngetuk pahanya sendiri. Berusaha mencari jalan keluar untuk masalah yang bukan tanggung jawabnya.
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 21"Hai ganteng, tumben ikut ke sanggar," sapa Fitri yang duduk di teras sanggar begitu melihat Farraz turun dari mobil Kinar.Farraz berlari menghampiri Fitri lalu memeluknya. "Aku kangen, udah lama nggak main sama Tante."Fitri menjawil gemas hidung Farraz. "Baiklah, mau main apa? Biar tante temenin.""Aku mau main cat air," pinta Farraz."Oke, ayo ikut ke dalam. Kita ambil catnya dulu." Fitri beranjak dari tempatnya lalu menggandeng tangan mungil Farraz, mengajaknya ke dalam sanggar.Kinar memilih duduk di teras. Dia menghembus napas kasar. Kepalanya benar-benar penuh. Semua masalah yang datang berbarengan membuat kewarasannya sedikit terganggu."Kinar, kamu jadi ke rumah Bu Asih?" tanya Andre yang datang dari arah belakangnya.Kinar menoleh ke belakang, lalu tersenyum mengangguk."Mereka sehat, kan?""Alhamdulillah, sehat, tapi masih harus rutin kontrol."Jujur, Kinar kepikiran dengan nasib Pak Asep ke depannya. Tapi sekarang nggak cuma d
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 22"Kenapa Pak Bagas marah? Apa tuduhan saya benar?" cecar Reza merasa di atas angin melihat Pak Bagas yang tersulut emosi. Dia menaikkan satu sudut bibirnya."Anda pikir saya akan terpengaruh dengan gertakan anda? Tidak sama sekali. Saya marah lantas melepaskan anda dan uang sisa itu. No! Pak Reza salah besar. Dari sini saja sudah terlihat kalau atitude anda sebagai atasan nol besar! Jangan harap saya akan melepas uang itu! Kemarin-kemarin boleh saja anda menipu saya. Tapi tidak untuk saat ini dan akan datang!"Reza tersentak kaget mendengar ucapan Pak Bagas. Dia mengepalkan kedua tangannya erat. Bisa dipastikan rencananya akan gagal lagi."Silahkan transfer kembali uang itu, dan masalah beres. Laporan ini saya terima, karena semua sudah lengkap, tinggal pengembalian sisa uang saja. Saya tunggu Pak Reza yang terhormat!"Reza langsung berdiri dari duduknya dengan tangan terkepal kuat juga wajah merah padam."Akan saya transfer besok," pungkas
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 23Tenggorokan Fitri seketika tercekat. Dia berkedip beberapa kali untuk memastikan jika yang dilihatnya memang benar."Kinar ... bukankah itu Mas Reza." Fitri tak melepas sedikitpun pandangannya. Takut tergetnya tiba-tiba hilang."Mana?" tanya Kinar yang langsung menoleh ke belakang, mengikuti arah pandang Fitri.Sebuah bogem besar seolah menghantam tepat di depan wajah Kinar. Dadanya seperti diremas kuat. Tak mengindahkan rasa sakit yang kini menjalar dengan begitu cepatnya, Kinar meraih ponsel yang masih dia genggam. Segera merekam adegan mesra suaminya dengan Niken. Tak lupa beberapa kali mengambil gambar.Detik berikutnya dia baru sadar jika Farraz berada tak jauh dari tempatnya. Gegas Kinar berdiri mencari keberadaan putranya. Jangan sampai Farraz melihat Papanya di sini sedang bermesraan dengan wanita selain mamanya.Bahu Kinar langsung merosot saat melihat Farraz tengah asik main mandi bola. Dia terduduk lemas. Meski sudah kesekian ka
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 24Niken mondar mandir di kamarnya. Sesekali menggigit jari telunjuknya. Detak jantungnya sudah tidak karuan. Menunggu beberapa menit seperti berjam-jam lamanya. Sesekali menoleh ke meja riasnya, di mana dia meletakkan alat tes kehamilan.Jika hari-hari kemarin kehamilan sangat diinginkan Niken, tapi kali ini justru jadi momok menakutkan untuknya. Bayang-bayang hidup mewah dan enak perlahan memudar. Sejak kepergok Kinar, kesialan demi kesialan terus saja datang silih berganti."Aku harus apa jika beneran hamil?" tanya Niken pada dirinya sendiri. Ekor matanya melirik tespeck di atas meja rias.Dengan tangan gemetar perlahan Niken mengambil alat tes kehamilan itu. Bahkan dia menutup mata, saking takutnya.Perutnya tiba-tiba seperti diaduk-aduk. Niken gegas meletakkan tespeck itu kembali dan membekap mulutnya. Sedikit tergesa keluar kamar untuk ke kamar mandi. Memuntahkan semua isi perutnya."Kamu kenapa, Niken?" tanya Bu Asih menatap cemas putr
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 25Kinar berjingkat seraya memejamkan mata ketika pintu kamarnya ditutup dengan kasar. Dia terduduk di sofa dengan badan gemetar. Tulang-tulangnya seperti lolos dari tempat.Berulang kali Kinar mengusap dada sambil terus beristigfar. Lukanya kian hari kian menganga. Entah sampai kapan dia akan bertahan.Dengan tangan yang masih gemetar Kinar meraih ponsel yang tergeletak di sampingnya. Dia menelpon Bi Sumi. Rasanya untuk berdiri saja dia tak mampu.Tak berapa lama Bu Sumi datang membawa secangkir teh jahe juga sepiring bolu pandan. Dia langsung membuka pintu tanpa mengetuknya lebih dulu karena tadi sudah diberi ijin saat Kinar menelponnya."Mau ditaruh di mana, Mbak?"Pertanyaan Bi Sumi membuyarkan lamunan Kinar. Dia menatap Bi Sumi yang ternyata sudah berdiri tak jauh dari sofa tempatnya duduk."Taruh di meja balkon saja, Bi. Nanti Kinar ke sana," jawab Kinar dengan suara pelan. Tenaganya nyaris habis, padahal hanya adu mulut sebentar saja d
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 26 "Heh! Bayar utangmu!" Niken berjingkat kaget. Beruntung dia memegangi tepian meja, kalau tidak pasti sudah terjengkang ke belakang. Karena orang itu menggebrak meja dengan sangat kuat. "Apa-apaan ini!" sungut Niken menatap lelaki berbadan kekar di depannya, setelah dia mendapatkan kesadarannya lagi. Dia tak terima karena merasa dipermalukan, apalagi ini di taman kota. Pasti sekarang mereka jadi tontonan gratis. "Jangan sembarangan ngomong ya, saya bisa melaporkan kamu karena tindakan tidak menyenangkan," lanjutnya dengan sedikit mengancam. Lelaki berbadan kekar yang memiliki tato di lengan tangan kanannya itu justru tertawa mengejek. Dia seolah meremehkan ucapan Niken. "Saya tidak sedang membual. Faktanya kamu memang punya hutang dan belum dibayar sampai saat ini." "Saya tidak kenal dengan kamu, mana mungkin punya hutang," elak Niken kesal. Meski rasa takut itu mulai menyeruak, tapi dia berusaha bersikap tenang agar tidak kentara.