MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 24Niken mondar mandir di kamarnya. Sesekali menggigit jari telunjuknya. Detak jantungnya sudah tidak karuan. Menunggu beberapa menit seperti berjam-jam lamanya. Sesekali menoleh ke meja riasnya, di mana dia meletakkan alat tes kehamilan.Jika hari-hari kemarin kehamilan sangat diinginkan Niken, tapi kali ini justru jadi momok menakutkan untuknya. Bayang-bayang hidup mewah dan enak perlahan memudar. Sejak kepergok Kinar, kesialan demi kesialan terus saja datang silih berganti."Aku harus apa jika beneran hamil?" tanya Niken pada dirinya sendiri. Ekor matanya melirik tespeck di atas meja rias.Dengan tangan gemetar perlahan Niken mengambil alat tes kehamilan itu. Bahkan dia menutup mata, saking takutnya.Perutnya tiba-tiba seperti diaduk-aduk. Niken gegas meletakkan tespeck itu kembali dan membekap mulutnya. Sedikit tergesa keluar kamar untuk ke kamar mandi. Memuntahkan semua isi perutnya."Kamu kenapa, Niken?" tanya Bu Asih menatap cemas putr
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 25Kinar berjingkat seraya memejamkan mata ketika pintu kamarnya ditutup dengan kasar. Dia terduduk di sofa dengan badan gemetar. Tulang-tulangnya seperti lolos dari tempat.Berulang kali Kinar mengusap dada sambil terus beristigfar. Lukanya kian hari kian menganga. Entah sampai kapan dia akan bertahan.Dengan tangan yang masih gemetar Kinar meraih ponsel yang tergeletak di sampingnya. Dia menelpon Bi Sumi. Rasanya untuk berdiri saja dia tak mampu.Tak berapa lama Bu Sumi datang membawa secangkir teh jahe juga sepiring bolu pandan. Dia langsung membuka pintu tanpa mengetuknya lebih dulu karena tadi sudah diberi ijin saat Kinar menelponnya."Mau ditaruh di mana, Mbak?"Pertanyaan Bi Sumi membuyarkan lamunan Kinar. Dia menatap Bi Sumi yang ternyata sudah berdiri tak jauh dari sofa tempatnya duduk."Taruh di meja balkon saja, Bi. Nanti Kinar ke sana," jawab Kinar dengan suara pelan. Tenaganya nyaris habis, padahal hanya adu mulut sebentar saja d
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 26 "Heh! Bayar utangmu!" Niken berjingkat kaget. Beruntung dia memegangi tepian meja, kalau tidak pasti sudah terjengkang ke belakang. Karena orang itu menggebrak meja dengan sangat kuat. "Apa-apaan ini!" sungut Niken menatap lelaki berbadan kekar di depannya, setelah dia mendapatkan kesadarannya lagi. Dia tak terima karena merasa dipermalukan, apalagi ini di taman kota. Pasti sekarang mereka jadi tontonan gratis. "Jangan sembarangan ngomong ya, saya bisa melaporkan kamu karena tindakan tidak menyenangkan," lanjutnya dengan sedikit mengancam. Lelaki berbadan kekar yang memiliki tato di lengan tangan kanannya itu justru tertawa mengejek. Dia seolah meremehkan ucapan Niken. "Saya tidak sedang membual. Faktanya kamu memang punya hutang dan belum dibayar sampai saat ini." "Saya tidak kenal dengan kamu, mana mungkin punya hutang," elak Niken kesal. Meski rasa takut itu mulai menyeruak, tapi dia berusaha bersikap tenang agar tidak kentara.
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 27"Kenapa, Tari? Bicara yang jelas!" ujar Kinar menatap tajam pengasuh putranya itu."I-itu, tadi Mas Farraz tidak sengaja dibentak sama ayahnya."Deg. Seketika Kinar langsung terhenyak. Seorang ibu tidak akan terima jika anaknya dibentak, meskipun yang membentak ayahnya sendiri. Luka di hati Kinar kini kian menganga. Rasanya sabar saja sekarang tak cukup untuk menghadapi suaminya.Tak mungkin mencecar Tari sekarang karena masih ada Farraz. Kinar tak ingin putranya mendengar pembicaraannya."Nanti saya bicara sama kamu. Tolong jangan tidur dulu!" pinta Kinar."Baik, Mbak." Tari mengangguk dengan sedikit membungkukkan badan lalu pergi dari hadapan Kinar.Kinar menghela napas panjang. Kini dadanya kian terasa sesak. Namun terlihat lemah di depan Farraz juga bukan pilihan. Anak itu tidak tau apa-apa, jangan sampai jadi korban keegoisan orang tuanya."Sayang, ayo masuk! Masa meluk mama di depan kamar gini," ujar Kinar pelan sambil mengusap kelap
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 28Pak Baskara memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri setelah mendengarkan pengakuan Reza. Shock, tentu saja. Tapi mau bagaimanapun Reza tetap putranya.Selama masalah ini belum terendus menantunya yang tak lain adalah Kinar, dia akan tetap diam. Tak ingin memperkeruh keadaan."Tidurlah! Ini sudah malam, besok kamu harus ke kantor. Soal uang, besok kita bicarakan lagi!" titah Pak Baskara seraya beranjak dari tempatnya. Dia meninggalkan Reza seorang diri di ruang tamu.Pak Baskara berjalan gontai ke kamarnya dengan pikiran penuh. Hampir enam bulan lebih anaknya selingkuh dan Kinar tidak curiga. Kenapa dia merasa semua ini banyak janggalnya.Firasatnya mengatakan Kinar sedang mengatur siasat. Entah apa itu. Tidak mungkin dia tidak tau, karena insting perempuan itu sangatlah tajam.Ingin memaki dan merutuki tindakan ceroboh dan bodoh yang dilakukan Reza, tapi semua itu tidak berguna. Tidak
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 29"Siapa yang sudah menghamilimu?" tanya Pak Asep untuk kesekian kalinya, setelah hening cukup lama. Nadanya kini lebih pelan meski masih terlihat dadanya naik turun menahan emosi.Niken masih bungkam dengan derai air mata. Sedang Bu Asih yang duduk di sampingnya berkali-kali mengelus dada sembari mengucap istigfar."Cepat katakan! Atau harus aku tampar lagi agar mulutmu mau bicara!" Hardik Pak Asep yang mulai hilang kendali lagi.Niken sampai berjingkat kaget dan menutup rapat matanya saking takutnya."Jika kamu terus bungkam, justru tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi seakan kamu sengaja ingin melihat orang tuamu mati perlahan," cetus Bu Asih menatap kosong ke depan.Niken terkesiap lalu menatap ibunya yang sudah terlihat frustasi menghadapi situasi ini."Mungkin memang ini yang kamu mau," imbuhnya lagi dengan suara sangat pelan."Bu ... jangan bilang begitu," sahut Niken mengguncang lengan sang ibu. Seketika hatinya dilanda ketakutan y
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 30"Mulai bulan depan, Angga akan menggantikan posisimu di perusahaan, Mas," ucap Kinar dengan santainya.Reza sontak kaget dengan mulut terbuka juga mata membola. Tak menyangka Kinar benar-benar melakukan rencananya."Tidak! Tidak bisa!" tolak Reza panik.Kinar menaikkan satu alisnya lalu tersenyum sinis. "Kenapa tidak bisa?""Aku ini suamimu, Kinar.""Terus? Apa hubungannya dengan keputusanku, Mas?"Reza mengusap wajah kasar. Lalu duduk gelisah. Ingin melontarkan protes kembali, tapi ragu."Bu-bukan begitu, Kinar. Maksudku ... harusnya kamu menjaga marwah dan kehormatanku sebagai suami di perusahaan itu, bukan malah memecatku. Apa kata para karyawan nanti," jawab Reza sedikit terbata.Kinar menghela napas pelan lalu melempar pandang keluar jendela. "Kehormatan? Kehormatan macam apa yang harus aku jaga, Mas?"Reza gelagapan, kali ini dia akan sulit me
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 31"Apa ada masalah, Pak reza?" tanya Pak Asep sopan.Biar bagaimanapun dia sebagai bapak Niken ingin masalah anaknya juga cepat selesai. Niat baik Reza mendatangi orang tua Niken menjadi nilai plus tersendiri. Meski tak dipungkiri, rasa marah dan kecewa masih terpatri di dalam hati.Reza menghela napas panjang sebelum menjawab. Dia harus menyusun kalimat yang tepat agar Pak Asep dan Bu Asih tidak cemas, karena ini menyangkut putri mereka."Niken ada sedikit masalah, Pak.""Saya ijin untuk membantunya dulu, nanti ke sini lagi," lanjutnya lagi seraya bangkit berdiri hendak pamit."Tapi ... ada apa sama, Niken?" tanya Bu Asih cemas.Reza mengulas senyum dan menatap Bu Asih. "Hanya masalah ringan. Kalau begitu saya permisi dulu."Usai menjabat tangan Pak Asep dan Bu Asih, Reza gegas keluar dan sedikit tergesa menuju mobilnya. Tak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya kalau Mobil Niken diambil paksa oleh depkolector di jalan. Dia takut orang tua