MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 48Bu Nisa menghela napas panjang, tatapannya menerawang jauh ke masa silam."Jika benar semua saling terkait, itu artinya Pak Baskara menyimpan dendam selama ini," tutur Bu Nisa pelan."Dendam. Dengan siapa, Bun?" tanya Andre penasaran."Dengan bunda." Bu Nisa menjawab singkat tanpa menatap putranya.Andre seketika terkesiap. Bagaimana bisa seorang Pak Baskara dendam dengan bundanya? Sendangkan setau dia selama ini sang bunda tidak pernah punya musuh. Mendiang ayahnya juga tidak pernah menceritakan keburukan bunda. Mendadak kepala Andre penuh tanya yang baginya tak masuk logika.Bu Nisa perlahan menoleh, menatap Andre yang masih menegang. Tentu putranya itu terkejut dengan apa yang diucapkannya."Dulu ... bunda berhubungan dengan Pak Baskara. Setelah bunda pikir-pikir, mungkin ... mirip kisahmu dengan Kinar dan suaminya," aku Bu Nisa. Lagi, Andre dibuat terkejut dengan fakta yang baru saja dia dengar."Dulu, sebelum dengan ayahmu, bunda pern
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 49"Itu kado pernikahan dariku, Mas." Dengan santainya Kinar menjawab. Membuat Reza makin meradang."Mulai besok kamu sudah bisa menempati ruangan barumu di kantor," lanjutnya lagi dengan seulas senyum tipis."Kamu nggak bisa seenaknya kayak gini, Kinar!" sentak Reza."Tentu aku bisa," sahut Kinar cepat."Aku masih suamimu." Reza menatap tajam Kinar dengan satu tangan terkepal kuat, dan tangan lainnya meremas map di tangan."Tentu saja. Aku tau itu," balas Kinar tenang."Tapi untuk patuh padamu, BIG NO!" lanjutnya penuh penekanan."Kamu bilang kan akhir bulan. Dan itu masih minggu depan. Dan kesepakatan kita aku pindah jadi staf biasa, bukan OB," protes Reza dengan napas memburu."Bukan kesepakatan kita, ingat itu! Itu keputusanku!" sahut Kinar cepat."Kamu boleh menolaknya, dan silahkan keluar dari perusahaanku dan cari kerja di tempat lain. Satu lagi, tolong kunci mobil serahkan padaku," lanjutnya seraya menengadahkan tangan."Kamu sudah g
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 50"Apa ada masalah, Bu Kinar?" tanya Pak Bagas yang merasa heran Kinar memasang wajah garang.Kinar menghela napas panjang, lalu menatap Pak Bagas yang duduk di kursi kerjanya."Biasalah, benalu. Nggak boleh lihat saya santai sebentar," jawab Kinar sambil berjalan ke arah sofa. Dia menjatuhkan bobot tubuhnya di sana dengan nyaman. Lalu jarinya dengan lincah menari di layar cangging yang dia pegang."Kamu pikir aku bodoh, Mas. Dan nggak tau harga jual mobil itu. Baiklah ... mari ikuti permainanmu," ucap Kinar dalam hati dengan jari telunjuk mengetuk-ngetuk dagunya. Sementara matanya memicing menatap ke depan dengan tatapan kosong."Serius nggak butuh bantuan, Bu Kinar?" tanya Pak Bagas menatap cemas ke arah Kinar.Kinar mengerjap, lalu menoleh dan menatap Pak Bagas dengan seulas senyum tipis."Nggak perlu, Pak. Ini bisa saya atasi sendiri. Apa laporannya sudah selesai? Biar rapa
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 51Sejenak Reza tertegun. Tapi kali ini dia tidak punya pilihan lain. Bisa saja dia pulang dengan taksi, tapi kebersamaan dengan Kinar pasti akan sangat sulit setelah ini."Aku ikut ke sanggar." Reza berkata dengan penuh keyakinan.Kinar menatap Reza dengan menaikkan satu alisnya. "Yakin, Mas?" tanya Kinar memastikan.Reza hanya mengangguk sebagai jawaban."Aku hanya memastikan kamu aman sampai sana," ujar Reza membuat Kinar terkekeh pelan."Nggak perlu sok perhatian, basi!" sahut Kinar tegas. Ucapan suaminya itu justru terdengar menggelikan di telinganya."Apa karena nggak ada uang? Sudah semiskin itukah kamu, Mas?" sindir Kinar seraya membuang pandang.Reza hanya menunduk, lalu tersenyum kecil. Apa yang diucapkan istrinya memang benar meski terdengar menyakitkan."Aku hanya ingin memanfaatkan waktu selagi bisa bersamamu, Kinar," ucap Reza tulus.Kina
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 52"Apa yang aku katakan memang fakta, Papa. Jika Papa mau menyangkal dan menutupinya, silahkan! Jangan salahkan aku jika suatu saat anak yang Papa banggakan itu justru yang akan mengabaikan Papa."Rudi menghela napas panjang. Menatap papanya yang sudah tersulut emosi. Bukannya takut, Rudi justru seperti menantang. Meskipun pahit, kejujuran memang harus diungkapkan."Apa yang aku ucapkan mungkin terdengar menyakitkan. Apalagi terhadap saudara sendiri. Tapi semua itu juga untuk kebaikan.""Kebaikan macam apa yang kamu bicarakan," sela Pak Baskara dengan napas memburu."Kita tidak tau hidup kita di masa depan seperti apa. Jika bisa hidup sendiri, tak masalah membuat ulah sesuka hati. Tapi jika masih butuh orang lain, baiknya introspeksi dan jaga sikap. Mana tau suatu saat justru kita membutuhkan pertolongan orang yang kita sakiti."Ucapan Rudi bak angin lalu di telinga Pak Baskara. Dia membuang pandang dengan wajah dingin. Hatinya telah tertutu
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 53"Pak Reza. Nggak mungkin Niken menikah dengan Pak reza. Dia kan suaminya Bu Kinar," ucap Bu Niar dalam hati.Dia bahkan sampai beberapa kali mengucek matanya, takut salah lihat. Namun, lagi-lagi memang wajah suami Kinar yang dia lihat di teras rumah Pak Asep.Bu Niar salah satu pengrajin yang ikut bekerja di sanggar Kinar. Sama halnya seperti Pak Asep, dia akan menyetorkan hasil kerajinannya setelah terkumpul cukup banyak. Bedanya, Bu Niar tidak cukup dekat dengan Kinar. Dia hanya sebatas kenal. Beda dengan Bu Asih yang memang sudah dekat dengan Kinar sejak dia dulu bekerja dengan mertua Kinar."Bu Niar kepo juga, yaaaa," ledek ibu-ibu berbadan gempal yang duduk di teras rumahnya, diiringi kekehan ibu-ibu yang lainnya.Bu Niar terkesiap. Dia seolah diseret dari lamunan panjangnya. Sedikit gelagapan, tapi segera bisa menguasai diri lagi."Mending bubar, deh! Jangan bikin dosa di rumah saya," usir Bu Niar."Huuuu." Kompak ibu-ibu itu bersora
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU"Kinar, aku rasa suamimu ada main lagi di belakangmu," ucap Fitri sedikit ragu juga sungkan.Kinar yang sedang fokus pada laptop diam seketika. Dia menghela napas kasar lalu menatap Fitri yang duduk di depannya."Kali ini siapa?" tanyanya setelah menutup laptop lebih dulu."Niken."Kinar menutup mata, sebilah belati seolah ditancapkan tepat di dadanya. Sakit tak terperi."Tapi itu baru dugaanku saja, Kinar," ucap Fitri cepat. Takut Kinar marah dan tak terima."Terima kasih untuk informasinya. Sungguh, nama yang tidak terduga. Tapi semua tidak bisa aku telan mentah-mentah, sebelum aku melihatnya sendiri."Fitri mengangguk paham. Dia tak ingin terlalu ikut campur urusan rumah tangga sahabatnya itu. Yang penting dia sudah memberi tau, agar Kinar lebih waspada.Cinta telah membutakan mata juga membuat Kinar sedikit bodoh. Padahal ini bukan kali pertama suaminya main serong. Dia seolah rela menelan luka-luka itu seorang diri."Kalau gitu aku balik
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 2Kinar seperti singa yang mendapatkan mangsa buruannya. Tatapan matanya seolah ingin menelan bulat-bulat dua orang tidak tahu malu di hadapannya.Ini bukan yang pertama, walaupun Kinar sudah jauh hari mempersiapkan hatinya untuk kemukinan terburuk. Namun nyatanya hal itu tetaplah menyakitkan. Terlebih itu dilakukan orang terdekatnya. Dan ternyata, apa yang dikatakan Fitri benar."Kau!" Kinar menunjuk mereka dengan tangan bergetar. Ingin rasanya memaki dan menghajar mereka jika saja ini bukan di kantor.Dada Kinar bergemuruh, darahnya seketika mendidih. Niat hati ingin memberi kejutan, ternyata malah dirinya sendiri yang diberi kejutan yang tak terduga. Dia berusaha sekuat mungkin menahan air mata yang sedari tadi ingin menyeruak keluar, membuat matanya terasa pedih dan panas."Apa kalian sudah tidak punya malu. Atau tidak sanggup menyewa hotel untuk memadu kasih, sampai-sampai melakukannya di kantor. Bahkan ini masih jam kerja. Apa perlu aku