Share

KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU
KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU
Penulis: Fizchanayla

bab 1

MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU

"Kinar, aku rasa suamimu ada main lagi di belakangmu," ucap Fitri sedikit ragu juga sungkan.

Kinar yang sedang fokus pada laptop diam seketika. Dia menghela napas kasar lalu menatap Fitri yang duduk di depannya.

"Kali ini siapa?" tanyanya setelah menutup laptop lebih dulu.

"Niken."

Kinar menutup mata, sebilah belati seolah ditancapkan tepat di dadanya. Sakit tak terperi.

"Tapi itu baru dugaanku saja, Kinar," ucap Fitri cepat. Takut Kinar marah dan tak terima.

"Terima kasih untuk informasinya. Sungguh, nama yang tidak terduga. Tapi semua tidak bisa aku telan mentah-mentah, sebelum aku melihatnya sendiri."

Fitri mengangguk paham. Dia tak ingin terlalu ikut campur urusan rumah tangga sahabatnya itu. Yang penting dia sudah memberi tau, agar Kinar lebih waspada.

Cinta telah membutakan mata juga membuat Kinar sedikit bodoh. Padahal ini bukan kali pertama suaminya main serong. Dia seolah rela menelan luka-luka itu seorang diri.

"Kalau gitu aku balik dulu, ya. Mau mampir ke kantor Mas Reza dulu. Dia harus tau kabar baik tentang sanggar kita," pamit Kinar seraya merapikan dokumen juga laptopnya.

Fitri hanya tersenyum kecut. Apa yang ia ucapkan tadi bagai angin lalu. Jujur, sebenarnya ada rasa iba yang menelusup, tapi orang yang ia peringati seperti biasa saja.

Kinar melangkah menghampiri mobil yang dia parkirkan di halaman sanggar dengan senyum manis yang tersungging di wajah cantiknya. Mengemudikan mobilnya dengan santai, membelah jalanan yang cukup lenggang siang itu. Tidak lupa memutar lagu romantis favoritnya. Sesekali ikut berdendang mengikuti alunan musiknya.

Hati Kinar sungguh berbunga. Akhirnya apa yang dia impikan terwujud. Tidak hanya dia yang akan bahagia dengan kabar ini, orang-orang di sekelilingnya juga akan menikmati kebahagiaannya.

Investor itu, akhirnya mau bekerja sama dengan perusahaan Kinar. Produk-produk homemade yang selama ini dia perjuangkan akhirnya bisa tembus pasar ekspor. Tiga tahun dia berjuang dan tak pernah lelah menyemangati para perajin kayu dan bambu yang sudah mulai putus asa karena apa yang mereka harapkan tak kunjung ada titik terang. Sedangkan perut-perut di rumah butuh untuk diberi makan.

Kinar membelokkan kemudinya di sebuah toko bunga. Bermaksud membeli bunga mawar merah . Bunga favorit dia dan sang suami.

Keluar dari mobilnya dengan tangan kanan menenteng tas tangan berukuran sedang. Kaki jenjang Kinar melenggang anggun memasuki toko bunga itu. Dia tersenyum ramah dan sedikit mengangguk tatkala seorang pegawai toko membukakan pintu untuknya.

"Mbak, tolong satu buket bunga mawar merah, ya!" pintanya pada seorang gadis yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Baik, Bu. Barangkali ada yang lain lagi, Bu?" tanya gadis itu sopan.

"Tidak, Mbak. Cukup itu saja!" jawab Kinar dengan tersenyum kecil.

Kinarian Nitami, bisa dibilang wanita yang sempurna. Cantik, dengan tinggi badan 170cm, rambut lurus sepinggang dengan warna sedikit coklat. Bulu mata lentik dengan iris coklat terang. Kulitnya kuning langsat khas perempuan jawa. Siapa yang tak menggilainya.

Ya. Setidaknya itulah yang orang tau. Orang melihat dan menilai apa yang mereka lihat. Namun kenyataan sesungguhnya, siapa yang tau, karena Kiran begitu rapi memolesnya sebegitu indah.

Sambil menunggu pesanannya jadi, Kinar duduk di sofa di sudut ruang yang dikelilingi banyak bunga segar yang ditaruh dalam pot-pot besar. Harum bunga-bunga itu sungguh memanjakan indra penciuman.

Kinar memainkan ponsel sambil menunggu pesanannya. Sesekali dia mendongak, melihat bunga-bunga segar di depannya dengan seulas senyum manis yang terukir di bibir tipisnya.

"Bu, maaf, pesanan Anda sudah jadi!" Seorang gadis dengan rambut sebahu yang digerai dan disematkan jepit kecil di atas kepalanya memberi tahu Kinar yang sedang asik dengan ponselnya.

Kinar mendongak, tersenyum dan mengangguk pada gadis yang berdiri tidak jauh dari sofa yang dia duduki.

"Terima kasih, Mbak!" ucap Kinar tulus, lalu beranjak untuk mengambil pesanannya.

"Sama-sama, Bu," jawab gadis itu lalu mengekor Kinar ke kasir untuk mengambilkan buket bunga mawar pesanannya.

Kinar meletakkan buket bunga itu di kursi samping kemudi. Dia tersenyum puas melihat buket itu. Mengeluarkan ponselnya lalu memotret buket bunga mawar itu. Memasang foto itu distatus w******p dengan ception, akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.

***

Setelah memarkirkan mobilnya, Kinar melenggang masuk ke kantor sang suami. Dia tersenyum dan mengangguk saat berpapasan dengan beberapa karyawan yang menyapanya. Ya, Kinar memang terkenal ramah pada para karyawan, terkadang dia tak segan untuk ikut berbincang dengan mereka.

Kinar memasuki lift, menekan angka lima di mana ruangan sang suami berada. Menciumi mawar yang di pegang dengan tangan kirinya. Dia sangat suka dengan aromanya. Tak sabar untuk memberi kejutan pada suaminya. Saat lift berhenti dan terbuka, dia segera keluar. Ruang kantor sang suami ada di ujung koridor.

Ayu- sekertaris Reza- mengalihkan tatapannya dari laptop yang ada di depannya saat mendengar langkah kaki menuju tempatnya. Betapa kagetnya dia, ternyata yang berjalan kearahnya adalah istri bosnya. Dia langsung berdiri dengan wajah pucat. Telapak tangannya sudah dingin dan berkeringat.

"Duh, Bu Kinar. Bagaimana ini." Ayu bergumam sendiri, dia panik tapi tidak tahu apa yang harus diperbuat. Ayu terus saja melihat Kinar dan pintu ruang bosnya secara bergantian.

Langkah Kinar semakin dekat. Dia sedikit heran melihat Ayu yang pucat. Apa anak itu sakit, batinnya.

"Si-siang, Bu!" Sapa Ayu dengan suara yang sedikit bergetar. Dia menunduk tak sanggup melihat wajah Kinar. Meremas telapak tangannya yang sudah sedingin es.

"Ayu, apa kamu sakit?" tanya Kinar lembut.

Seketika Ayu gelagapan dan hanya bisa menggeleng lemah. Kinar mengernyit, dia heran sekali melihat tingkah Ayu, tidak biasanya dia begitu.

"Bapak ada kan, Yu?" tanya Kinar pada akhirnya, karena gadis itu hanya diam saja.

"Eh, itu ... emm ada, Bu!" jawab Ayu pelan, masih tak berani melihat wajah Kinar.

Kinar menghela napas kasar. Sedikit kesal dengan sekretaris sang suami.

"Ya sudah, tolong kamu taruh bunga mawar ini di vas ya, Yu. Nanti antarkan ke dalam. Saya tunggu!" Kinar berucap sambil meletakkan buket bunga mawar di meja Ayu, mengambil tiga tangkai untuk dia pegang sendiri.

Seketika Ayu langsung mendongak mendengar perintah istri bosnya itu. 'Duh, gimana ini, mati aku,' batinnya.

Mulutnya baru akan protes sudah dipotong terlebih dulu dengan Kinar.

"Ga ada kata tapi, oke!" ucap Kinar tegas sambil menatap tajam Ayu.

Dengan memasang senyum terbaiknya, Kinar menggenggam tiga tangkai bunga mawar ditangan kiri. Lalu dia sembunyikan dibelakang punggungnya. Dia tak mengetuk pintu dulu karena ingin memberikan kejutan.

Kinar memutar handle pintu dengan sangat pelan, agar tak menimbulkan suara. Pandangannya justru tertuju pada tangannya yang sedang memutar handle pintu. Saat pintu sudah terbuka separuh, dia baru mendongak. Dan dadanya tiba-tiba sakit, telinganya berdengung.

Kinar melihat pemandangan yang begitu menyakitkan. Tanpa dia sadari tangannya menggenggam tangkai mawar dengan sangat kuat. Duri mawar itu menancap kuat di telapak tangannya. Darah segar seketika memenuhi telapak tangannya.

Reza sepertinya sangat menikmati sampai-sampai tak menyadari pintu ruangannya terbuka. Dan sang istri yang berdiri membeku dengan hati yang hancur.

"Mas," Kinar memanggil pelan dengan suara yang bergetar. Matanya sudah berkabut, air matanya sudah berjejalan ingin segera keluar.

Reza tak mendengar, pun dengan perempuan yang duduk dipangkuannya. Ayu yang baru saja kembali dari pentry terkejut melihat yang terjadi di hadapannya. Vas bunga yang dia bawa meluncur mengenai lantai dan menimbulkan suara yang cukup nyaring, dengan bentuk vas yang tak utuh lagi karena pecah.

Reza seketika melihat kepintu, wajahnya berubah pucat pasi melihat Kinar. Kinar langsung membekap mulutnya tatkala perempuan itu menoleh. Dia pun tak kalah terkejut, dan segera turun dari pangkuan kekasihnya.

Kinar menatap keduanya nyalang. Tangan kanannya menunjuk mereka berdua dengan amarah yang memuncak.

"Manusia lak-nat!" teriaknya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
for you
syukurin dah di kasih tau baik baik menyepelekan ,udah dihianati berkali kali masih mau alasan karna cinta makan tu cinta bekas jalang di mana mana...
goodnovel comment avatar
Isabella
sudah di bilangin temannya g percaya dasar bodoh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status