Nuri terburu keluar dari apotik dua papan pil KB untuk persiapan sebulan dia rasa sudah cukup. Pil KB wajib ada di tas tangan miliknya apalagi sejak menjalin cinta dengan pria beristri seperti Burhan. Meski belum menikah, Nuri sudah memberikan segalanya pada Burhan.Sekali bertemu biasanya mereka akan melakukan hubungan suami istri dua hingga tiga kali dengan durasi yang cukup lama. Hal menyenangkan yang Nuri dapat dari pria beristri itu.Ah siapa lagi yang akan menerimanya yang sudah tak perawan ini, tak sekalipun Burhan menanyai dirinya mengapa sudah tak perawan padahal dia bukanlah seorang janda. Itu salah satu yang buat Nuri tak ingin melepaskan Burhan, untuk segera mendapat status istri.Pil KB yang ia beli barusan bukan hanya untuk jaga-jaga bila Burhan minta jatah, tapi juga karna malam ini pak Gunadi mengajaknya makan malam di luar. Makan malam yang dipastikan akan berakhir dengan mandi peluh di ranjang hotel.Ini satu rahasia Nuri yang tak boleh Burhan tahu. Sebab pekerjaann
“Fiya mau makan disuap bunda Witri, Ayah.” rengek Safiya. sebab mengingat janji Sawitri padanya dua hari yang lalu. Namun sudah dua hari ini, ibu guru kesayangannya itu tak nampak di sekolah.Rupanya Sawitri sengaja minta izin untuk menyiapkam kepindahannya dari rumah suaminya. Sawitri juga menyiapkan diri untuk memberitahukan bapaknya di desa mengenai perpisahannya dengan Burhan.Sedikit terkejut saat pak Saleh mengetahui berita perpisahan itu langsung dari mulut Sawitri. Namun sebagai orang tua, pak saleh hanya bisa pasrah, meski ada sedikit kemarahan yang beliau rasakan. Namun bila takdir jodoh putrinya hanya sampai disitu, orang tua ini hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk hidup putrinya kedepan.“Iya, nanti baru kita minta bunda Witri untuk datang suap, Fiya ya. Sekarang Fiya makan dulu biar nggak sakit.” Bujuk pak Safar pada putri kecilnya. Yang sedari kemarin merengek ingin disuap oleh Sawitri.Sudah dua hari ini juga Safiya ke sekeloah tapi yang menyambut anak-anak di gerb
Sungguh tega laki-laki bangsat ini. Tega merendahkan istrinya sendiri di depan kekasih gelapnya. Laki-laki tak sadar diri, bila Nuri juga hanya butuh status darinya. Tak sadar bila perzinahannya nanti pasti berbuah karmaCocoklah sudah, sama-sama buaya darat mereka berdua.“Mas, sedih dong.” Nuri masih memancing perasaan Burhan terhadap istrinya itu.“Mas, tidak ada sedih dengan perpisahan dari Sawitri, Sayang. Mas sedih kalau tidak dikasi jatah ini.” Tangan Burhan sudah meremas tubuh itu.“Mas, nakal.” Senang bukan main Nuri mendengar kabar perpisahan kekasihnya ini. Betul sudah, bila Nuri mampu meluluh lantakkan pernikahan Burhan yang sudah berjalan dua tahun itu, hanya dengan kehadirannya yang baru tiga bulan saja. Ah Nuri tidak perduli, yang penting setelah ini, dia kan menjadi nyonya Burhan. Untuk selanjutnya kemudian nantilah dipikir. Bila menikah dengan pria ini gampang, pasti berpisah dari Burhan juga nanti gampang.Biarlah mereka saling memuaskan dengan pernikahan semu, yang
Tadi Sawitri menyuapi Shafiya di depan TV, sambil mengobrol dengan bu Sukma.“Makan dulu Far, bundanya Fiya, sudah masak banyak.” ucapan bu Sukma, seolah mengandung makna tersirat, dengan mengatakan Sawitri sebagai bundanya Fiya.“Iya, Bu. Wah makasih Bu witri, sudah repot-repot datang mengurus Fiya.”“Tak apa, Pak. Sama-sama.”“Ibu yang panggil bunda Witri tadi kesini, mudah-mudahan bisa betah disini.” Cetus bu Sukma lagi. Meninggalkan rasa yang entah apa namanya di hati putranya.Segera saja Safar berlalu ke kamar mandi, mencuci kaki dan tangannya untuk kemudian menyantap makan siang yang sudah Sawitri masak siang ini.“Ayo Fiya makan, lagi. Dua sendok lagi sayang.” Bujuk Sawitri, sambil mengarahkan sendok pada Fiya yang tampak sudah kenyang.Safar yang melihat putrinya enggan menerima suapan itu, ikut menegur putrinya. “Ayo kakak Fiya, makan dulu. Dihabiskan makanannya, Nak. Bunda sudah repot-repot datang urusin Fiya, jadi kakak Fiya harus nurut.” Pinta Safar sambil mendekati putri
Waktu berjalan begitu pantas dan layak bagi Sawitri dan Burhan. Setiap dari mereka sudah memilih jalan hidupnya masing-masing. Mulai kemarin dan mungkin seterusnya, keduanya buka lagi suami istri yang halal untuk bersentuhan.Sawitri memilih menepi dan menjauh dari kehidupan yang dulu menyakitinya. Diam-diam berusaha membangun kebahagiannya sendiri dan mengejar cita-cita yang menjadi mimpinya selama ini. Tak ada lagi air mata, meski sesekali bayangan menyakitkan itu datang menghampiri. Diduakan di depan mata, tentu sakit yang tak terkira bagi wanita yang sudah berkeluarga.Dua hari yang lalu adalah sidang perceraian antara Sawitri dan Burhan. Ketukan palu sungguh melegakan keduanya. Bagi Sawitri, Ketukan palu itu menandakan kebahagiannya sebab terlepas dari mertua yang nyinyir bin jahat dan terlepas dari suami yang menduakannya. Selama ini Sawitri memendam sedih dan amarahnya dalam diamnya.Sementara bagi Burhan, ketukan palu kemarin menandakan bila ia akan segera menjemput kebahagiaa
“Baik, Pak Burhan. Kita kembali ke topik kerja ya, melihat prestasi penjualan pak Burhan yang cukup anjlok, maka sesuai perjanjian kerja, karyawan yang mengalami penurunan penjualan, maka kan diberi sanksi berupa teguran. Dalam amplop ini ada surat teguras resmi yang sudah ditandatangani secara elektroni oleh pak Direktur. Kami harap surat teguran pertama ini menjadi motivasi pak Burhan untuk memperbaiki performa kerja ke depannya.” Jelas pak soni, pada Burhan, yang duduk terdiam.Entah harus berkata apa Burhan sekarang, hadiah yang ia bayangkan tadi, ternyata adalah surat teguran untuk dirinya. Memang selama menjalin hubungan gelap dengan Nuri, waktunya banyak dihabiskan di hotel bersama wanita itu. Bahkan ponsel kadang ia matikan, sebab acara main kuda-kudaan dengan Nuri tak ingin di ganggu. Akhh ada-ada saja, ia berjanji dalam hati bulan depan haruslah mencapai target. Sebab ia akan segera menikahi Nuri, tentu harus ada uang pegangan juga. Meski transit hotel, kebanyaka Nuri
“Ok bu-ibu ingat ya, besok kita kumpul di sekolah ini, sesuai jam di undangan, kita sama-sama bu Sawitri hadiri undangan pernikahan siri mantan suami bu Sawitri ya, oke?” kali ini bu Fitria yang maju sebab tak bisa menahan geram lama-lama. Sementara di belakang mereka ibu-ibu wali murid dan bu Sari serta bu Marmi berbisik-bisik membicarakan kelakuan bu Masita pada Sawitri dan kelakuan putranya itu. Bu Masita pikir tak ada yang tahu tentang kelakuan putranya yang kerap keluar masuk hotel bersama gundiknya itu. Banyak mata yang sudah melihat, termasuk rekan-rekan guru Sawitri, saat Burhan dan Sawitri masih menjadi suami istri.Semuanya menahan geram dan jengkel melihat kelakuan bu Masita di depan sana. Bu Sukma yang melihat dari depan ruang kelas Shafiya, sungguh merasa iba melihat Sawitri diperlakukan demikian. Sengaja mengundang dengan cara tak pantas di depan anak-anak TK yang baru akan pulang. Mudah-mudahan Shafiya tidak memperhatikan kelakuan bu Masita ini.Padahal hanya pernikahan
Saat bu Masita nekat menghampiri Sawitri. Terlihat mobil hitam berhenti di depan tenda dan menurunkan tiga orang ibu-ibu dengan badan gempal, tangan ada perhiasan, pakain yang mereka gunakan celana jeans dan blouse hitam.‘Mungkin teman Nuri,’ pikir bu Masita, namun sedikit heran saat bu Masita menyambut dan memberi senyum, ketiga tamu itu terlihat mendengus dan berlalu dengan tatapan tajam ke arah Nuri.Sementara Nuri diatas sana sudah berkeringat dingin, sambil berdo’a mudah-mudahan ketiga wanita ini tak mempermalukannya sebab, Nuri tahu siapa mereka ini.__Ketiga wanita tinggi besar itu adalah kawan pak Gunadi. "Mengapa mereka bisa datang kesini?" Gumam Nuri cemas.Sementara dibawah sana, tamu-tamu yang kebanyakan rombongan Sawitri sibuk berkasak kusuk sambil menyantap hidangan, bahkan mereka berniat mengumpulkan amplop dan memberikan satu kali pada bu Masita."Biar kita jangan dikira makan gratis." ucap bu Diana sambil merapikan rambutnya yang berantakan akibat kepanasan dan ker