“Sampai aku mati pun aku tak akan menikahimu, Marina!” gelegar kemarahan pak Cipto pada wanita yang telah berhasil mencipta prahara dalam rumah tangganya, membuat Marina terpejam menahan sakit dan kecewa.“Aku juga cinta sama kamu, Mas. Aku nggak minta kamu ceraikan istrimu, jadikanlah aku istri keduamu.” Marina kembali memohon dengan linangan air mata.“Mengapa kau begitu terobsesi padaku, Marina? Sedangkan Gery jelas sedang menunggumu. Laki-laki itu mencintaimu.” Pak Cipto berusaha menampik perasaan ibanya pada Marina yang sedang tersedu.Sementara Marina semakin tersedu. Merasakan perihnya mencintai tapi tak diterima. Ia pikir mungkin berbagi suami itu gampang.“Aku hanya cinta sama kamu, Mas. Nggak ada yang lain,” lirih dan dalam serta penuh permohonan. Marina yang duduk pada sofa panjang hanya mampu terisak lirih. Ia tak menyangka perasaan dan pengorbanan yang ia lakukan hanya berujung sia-sia. Sementara ia juga menutup rapat hati dan pikirannya dari lelaki lain yang coba mendeka
“Jauhan sana, Mas. Jangan cium aku!” amuk Bu Mutia dengan tangis tertahan. Meski ia merindukan pelukan dan sentuhan suaminya, tapi bayangan bibir itu pernah singgah di pipi wanita yang lain membuatnya mengamuk.Namun pak Cipto yang semakin takut kehilangan istrinya juga rindu yang dua minggu tertahan ini, membuatnya enggan menjauh. Malah ia smekain meringsek naik ke pembaringan dan mengungkung istrinya.Tak ia perdulikan pukulan betubi dari bu Mutia, semakin bu Mutia menghajarnya, semakin ia tambah kecupan. Ia mengecup dimana saja, yang bisa ia kena. Wajah, bahu juga tangan yang sedari tadi meninju-ninju bahu lebarnya.“Pukullah, mas. Asal jangan tinggalin mas. Mas rela dipukulin, dihajar sama kamu tiap hari, asal kamu tetap ada di samping mas, sampai maut menjemput.” Netra pak Cipto berembun, tiba-tiba saja bayangan kematian menghampiri benaknya. Bagaimana seandainya saat dia berzina bersama wanita itu, lalu malaikat maut menjemput. Ini adalah zina. Dimana pelakunya apabila sudah m
Sesaat keduanya berpandangan dengan tubuh Alya berada dalam rengkuhan Gery. Untung saja tadi Gery refleks menyambar tubuhnya. Kalau tidak, bisa-bisa Alya akan jatuh terjerembab mencium lantai.Gugup dan berdebar luar biasa yang dirasakan oleh Alya, ini pertama kali ia bersentuhan sedekat ini dengan seorang pria. Meskipun Gery adalah calon suaminya, tapi mereka belum menikah.Sementara Gery …ada getaran berbeda yang ia rasakan dalam hatinya. Ini tak sama dengan yang ia rasa bila berdekatan dengan Marina.Rasa ini berbeda dari yang dirasakan sebelumnya.“Maaf, Mas.” Alya menggeliat melepaskan diri. Namun Gery tak melepaskan. “Mas, lepas!” hardik Alya pelan.“Eh, maaf.” Gery langsung melepaskan rengkuhannya, tapi alya yang belum siap malah terhuyung dan Gery menyambarnya lagi.“Hati-hati!” Gery tak sadar menghardik Alya yang nampak terkejut.“Ma-maaf, Mas.” Alya menunduk. Tak menyangka suara bentakan Gery membuatnya hampir menangis.Raut wajah Alya yang memang sudah sendu semakin sendu a
Pada akhirnya keburukanlah yang akan kalah. Meski dulu pernah hampir menang tapi Marina tak sanggup menghadapi rintangan cinta pak Cipto terhadap bu Mutia. Lalu ia memutuskan menjauh dari kota ini. pergi sejauh mungkin membawa cintanya dan rasa yang tak pantas di hatinya. Marina serasa tak berteman di kota ini. beberapa kawan yang dulu cukup dekat dengannya, sudah memiliki keluarga. Mereka memilih menerima pinangan lelaki yang serius dan tulus, meski mungkin cinta hanya sedikit yang mereka rasa. Yang penting mereka dicintai oleh lelaki yang tulus dan bertanggungjawab. Kemudian ia mengambil gawai bercasing pink miliknya. Ia coba menghubunguis eorang kenalan untuk membantu mencari orang yang ingin membeli rumahnya. Mungkin di kota yang baru nanti, Marina bisa menemukan kebahagiaannya dengan cara yang patut. Entah di kota mana nanti akan ia labuhkan hidupnya. Ada dua kota yang menjadi pilihannya. Kota Pontianak atau Sangatta, salah satu kota yang ada di pulau Kalimantan. __ “Aku ng
“Do’a, do’a apa, Dek?” tanya Gery bingung. Bahkan ia memanggi ‘dek’ pada Alya, membuat perasaan istrinya ini menghangat. “Do’a berhubungan, Mas.” Alya mulai kesal. Sebab tangan suaminya tak henti memainkan jari di punggungnya. “Hah, ada do’a begitu?” Gery semakin bingung dan Alya semakin gemas. "Astagfirullah, Mas. ambil dulu hapenya. buka g****e!" perintah Alya pada suaminya yang tampak enggan dituruti lelaki itu. bukan enggan membaca do'a tapi ia enggan melepaskatan tangan dari pinggang langsing Alya yang sejak tadi membuatnya berdesir hebat. "Kenapa harus baca do'a, sih?" keluh Gery jengkel membuat Alya malah tertawa. tawa yang terdengar begitu indah di telinga lelaki ini. "Nih, hapenya! kamu aja yang ketik," ucap Gery dengan wajah ditekuk. "Sabar, Mas. biar syetan nggak ikut." Alya mengusap pelan punggung tangan suaminya yang melingkar perut langsingnya dari belakang. "Masa iya, ada syetan ikut kalau berhubungan suami istri?" tanya Gery tak percaya. "Ya, Allah jadikan aku pe
“Aku bosan punya suami seperti kamu!” pekikan dan makian Shella layangkan pada Arzan, suaminya. Tanpa takut dengan murka prianya itu. Sebab Amara tahu, walaupun Arzan sering pulang dalam keadaan mabok, tak pernah sekalipun suaminya itu marah yang sampai melayangkan tangan padanya. Tak berani juga Arzan ini menjatuhkan talak pada istrinya, sebab ada rasa tanggung jawab yang diam-diam dia simpan dalam hati.“Dasar laki-laki Mandul, enggak bisa hamilin aku, lemah. Kamu ceraikan aku, Mas. Aku enggak sudi punya suami mandul seperti kamu!” Maki Shella lagi. Kali ini lebih kalap.Pilu. Berdenyut pilu hati pria ini, demi mendengar makian dari sang istri. Sebisa mungkin ia redam rasa marah dan muaknya. “Maumu apa, Shella?” tegas suara Arzan kali ini.“Ceraikan, aku!” Pekik Shella lantang.Arzan bergeming.Ia ambil kunci mobil Fortuner hitamnya dan lajukan ke club kecil langganannya. Seperti hari-hari sebelumnya, jika ia lelah setelah seharian mencari nafkah dengan usaha penjulan oli, namun pul
Yasmin tergugu dalam tangisnya, sungguh sakit hatinya, sebab cintanya dikandaskan oleh orang yang paling ia sayangi. Damar Ganendra, pria yang ia yakini akan menikahi dirinya sebab cinta yang telah terjalin cukup lama. Namun hari ini, ia tahu kekasihnya itu diam-diam telah menikah dengan seorang gadis dari desa. Dijodohkan alasannya. Namun bila dijodohkan mengapa tak jujur sebelum menikah, agar yasmin tak lagi berkunjung ke rumah kekasihnya itu, seperti perempuan penganggu rumah tangga saja ia tadi. Sungguh ia tak tahu bila Damar telah menikah, bahkan sudah seminggu yang lalu. Pilu hati gadis yatim piatu ini.Mata yang sedikit sipit itu telah bengkak akibat kibat rinai hujan di netra coklatnya yang tak kunjung reda. Namun pada siapa dia bisa bercerita? Selama ini hanya Damar yang menjadi kawan sekaligus kekasihnya, ada Rahma juga, namun gadis itu sekarang sibuk bekerja, lagian Yasmin ini sifatnya sedikit tertutup tak gampang berdekatan dengan orang lain, namun bila sudah merasa nyaman
Tanpa arah tujuan, Arzan membawa kuda besi beroda empat itu mengelilingi kota, melewati taman kota dan alun-alun yang mulai nampak berbenah, sebab waktu menujukkan hampir pukul dual belas malam.Tanpa kata, kedua insan yang ada dalam mobil ini. Yasmin dengan tangisannya, dan Arzan dengan pikirannya yang bercelaru. Sesekali ia lirik wajah gadis cantik yang duduk disampingnya.Isakan Yasmin terdengar jelas, saat mobil berhenti di lampu merah jalan Ahmad Yani. Lalu Arzan sodorkan kotak tisu pada Yasmin. Ia ingat, Shellan yang menyimpan kotak tisu itu diatas dashboard mobil hitam ini.Jari lentik itu mengambil dua lembar tisu dan mulai usapi air mata yang jatuh berguguran dikedua pipi mulusnya. Arzan menoleh sekilas dan rasa-rasanya tangannya begitu gatal ingin hapus air mata itu dari pipi mulus Yasmin.Arzan menghentikan kendaraan di depan salah satu minimarket yang tak jauh dari masjid Raya, di sebelah selatannya berjejer pedagang kuliner malam mulai dari makanan berat hingga makanan ri