Share

KURENSIA
KURENSIA
Author: RahmaKomar

Bab 1 - Pertemuan

   Aira Albilqis, lebih akrabnya sering di panggil dengan Aira. Gadis remaja itu, kini berusia 18 tahun. Saat ini, dia duduk di bangku SMA kelas XII IPA - B. Aira hidup hanya berdua dengan sang Ayah. Ibu nya meninggal ketika melahirkannya, karena pendarahan yang hebat membuat nyawa nya tidak tertolong. Walaupun hanya berdua, Aira bersyukur, meski pekerjaan yang membuat Ayah nya jauh dari Aira. 

Alan — Ayahnya Aira, pria itu tinggal di Wellington. Karena ada projek yang dia kerjakan membuat nya tidak bisa pulang ke tanah air, dia akan pulang beberapa bulan sekali untuk menjenguk Aira. 

Jika membahas soal fisik, Aira termasuk golongan cewek cantik disekolahnya. Wajahnya yang manis dan cantik, menurun dari mendiang Ibu nya. Ditambah, tatapan yang begitu sendu yang membuat siapapun merasa tenang ketika melihatnya. Hampir satu sekolah tahu Aira, selain cantik, gadis itu juga terkenal dengan kepintarannya. Dia sering kali mengikuti olimpiade, sudah 4 piala besar yang dia bawa selama mengikuti olimpiade. Kepintaran itu menurun dari Alan. 

Kembali ke dunia nyata, Aira baru saja keluar dari bilik kamar mandi. Dia mengelus perutnya yang terasa lega, karena tak sesakit tadi. Selama jam pelajaran, Aira menahan perutnya untuk buang air besar. Dia juga menahan angin yang ingin keluar. 

“Hahhhh,” Aira menarik nafas panjang lega 

“Udah selesai? Udah puas?” sindir gadis yang rambutnya diikat menjadi satu. Dia Tiara, temannya Aira. 

Aira menyengir, lalu mengangguk. “Udah dong,” balasnya dengan santai sambil mengelua perutnya

“Lama banget sih lo, kaya buang harta lo.” sinis Tiara 

Aira menyengir, “Ya, namanya BAB, ya buang harta.” 

“Udahlah, ayok ke kantin gue laper banget.” ajak Tiara 

Aira terkekeh. Kini dia mengerti kenapa Tiara marah marah, ternyata Tiara pengen cepat cepat ke kantin untuk bertemu dengan pacarnya, Gino. 

“Eishh, bilang aja lo ini mau cepet cepet ketemu si Gino. Dasar bucin, ayok,” Aira merangkul Tiara, lalu mereka melangkahkan kaki nya menuju kantin 

Tiara melepaskan rangkulan Aira, dia menggandeng tangan Aira. “Kalau tau gue mau ketemu Gino, yaudah jalannya cepetan.” Tiara melangkahkan kaki nya dengan cepat, menarik tangan Aira untuk berjalan lebih cepat

Setelah berada di kantin, Tiara langsung mengajak Aira untuk duduk di meja Gino. 

“Hai, Ti. Kok lama, kenapa?” tanya Gino sambil mengelus puncak kepala Tiara 

Bukan hal aneh, jika Gino dan Tiara bermesraan di depannya. Dua manusia itu sering sekali bucin tidak tahu tempat, contohnya sekarang di kantin, banyak sekali murid murid tapi mereka seolah tidak peduli, serasa dunia milik berdua. Gino dan Tiara berpacaran ketika mereka kelas sebelas, hubungan mereka akan berjalan satu tahun.

“Noh, si Aira berak nya lama banget. Aku nunggu dia di depan toilet, lamaaa banget ditambah toiletnya bau banget.” adu Tiara 

Gino dan temannya tertawa mendengar aduan Tiara. “Mungkin berak nya si Aira yang bau,” gurau temannya Gino. Dia Raffi. 

Aira menatap sinis Raffi yang duduk di sebelahnya. “Gak ya! Berak gue tuh wangi, sembarangan lo kalau ngomong.” sewot Aira 

Raffi tertawa, “Biasanya, kalau orang yang sewot, itu benar.” 

“Ngomong apa sih lo, udah pesenin gue makanan dong.” pinta Aira

“Pesen aja sendiri,” tolak Raffi 

“Nyebelin banget lo Fi,” kesal Aira 

“Ti, jadi gak sekarang ke rumah aku?” tanya Gino yang membuat Aira dan Raffi menatap Gino 

“Kalian mau ngapain di rumah Gino, anjir?” tanya Raffi yang salah paham 

“Mau pacaran,” jawab Gino dengan santai

Tiara memukul lengan Gino pelan, “Gin ih, jangan jujur banget.” 

“Astagfirullah, Gin, Ti, insyaf lo pada. Gila ya lo, mau pacaran dirumah, apalagi rumah si Gino kosong.” sahut Raffi

“Iya, Ti, lo mau ngapain pacaran di rumah?” timpal Aira 

“Ih, kita gak macam macam. Kita juga mau ajak kalian, mau ya?” pinta Tiara 

“Yangg, jadi nya main bukan pacaran dong,” rengek Gino 

“Heh! Gak boleh berduaan anjir. Godaan setan lebih dasyat.” nasihat Raffi 

“Yaudah, kalian ikut aja,” balas Tiara

“Gue gak bisa, adek gue harus bimbel, gue yang anterin sambil nunggu dia pulang. Lo aja Ra, jagain tuh dua bocah. Awasin mereka.” perintah Raffi 

“Lah, kok gue? Lo juga lah, si Gino temen lo,” protes Aira 

“Tiara juga teman lo,” balas Raffi 

“Udah, udah, jangan berantem. Jadi kalian mau ikut atau gak?” tanya Tiara

“Si Aira ikut,” jawab Raffi 

Aira membulatkan matanya, dia membuang nafas panjang. “Yaudah, gue ikut kalian berdua. Puas lo?” sungut Aira 

Raffi tertawa puas, dia mengelus rambut Aira. “Bagus!” 

Aira memutarkan bola mata, “Cepet pesenin gue makanan!” 

“Gue juga,” 

“Gue juga, Raff,” 

“Aish sialan!” umpat Raffi 

****

“Ini rumah lo, Gin?” tanya Aira sambil melangkahkan kaki nya untuk masuk ke dalam rumah Gino yang besar 

Gino menggelengkan kepalanya, “Bukan, rumah orang tua gue. Jadi jangan puji gue, puji aja orang tua gue yang udah bikin nih rumah.” jawab Gino 

Sebenarnya, Aira tidak ingin ikut dengan Gino dan Tiara karena dia tahu dia akan didiamkan seperti orang hilang. Mereka kalau udah bucin, lupa segelanya. Tapi jika Aira tidak ikut, Aira lebih takut. Takut mereka akan berbuat hal hal aneh, apalagi mereka masih sekolah. Aira yang statusnya sebagai sahabat Tiara, merasa bertanggung jawab atas pergaulan Tiara. Karena orang tua Tiara tahu, kalau Tiara hanya berteman dengan Aira. 

Rumah Gino sangat besar. Benar ucapan Raffi, rumah Gino sangat sepi. Tidak ada siapapun, hanya ada satpam yang tadi membuka pagar untuk mobil Gino. Gino benar benar anak tajir. 

“Heh! Gue ingetin, jangan macem macem. Awas ya lo pada. Gue gak mau deket lo pada, jadi gue nunggu disini, tapi kalian juga jangan jauh jauh.” pesan Aira dengan tidak sopan dia menjatuhkan dirinya ke sofa 

“Gak sopan lo, Ra,” tegur Tiara 

“Biaran, orang gue capek. Udah sana, pergi jauh jauh biarin mata gue jernih.” usir Aira 

“Kita di kolam ya, Ra, gak jauh dari sini.” ucap Gino 

“Hemm, tapi jangan aneh aneh. Kalau ketauan aneh aneh, gue bunuh satu satu.” kelakar Aira 

Gino dan Tiara melangkahkan kaki nya menjauh dari Aira. Aira percaya bahwa mereka tidak akan macam macam, tapi kan tidak ada yang tau jika nanti terjadi aneh aneh makannya harus diawasi. 

“Besar sih rumahnya, tapi sepi. Eh, sama aja sama rumah gue.” monolog Aira 

Aira tersentak kaget ketika pintu utama dibuka dengan sedikit kasar hingga menimbulkan suara yang nyaring. Aira langsung berdiri ketika melihat pria yang menggunakan pakaian formal masuk ke dalam dan melangkahkan kaki nya mendekat ke Aira 

Aira tersenyum ramah, “Halo Om, selamat siang. Om nya Gino, ya?” sapa Aira 

Tidak ada wajah ramah dari pria itu, hanya ada tatapan sinis. “Enak aja manggil Om. Saya masih muda. Dan lagi, saya bukan Om nya Gino. Saya kakak sepupu nya!” tegas pria itu 

Aira membulatkan matanya, “Ya biasa aja dong, saya kan gak tau. Lagian pakaiannya kaya om - om.” ejek Aira 

Pria membulatkan matanya, “Apa kamu bilang?” geram pria itu 

“Iya, kamu seperti om - om. Gak budeg kan?” 

Pria itu menggeram kesal, “Hishh bocah ini, mana Gino?” 

“Nanya yang sopan!” tegur Aira 

“Kamu aja tidak sopan kepada saya!” 

“Om nya aja yang datang datang nyari masalah.” 

“Jangan panggil saya Om!” 

“Terus apa? Mas? Abang? Kakak? Ngarep!” 

“Menyebalkan nya bocah ini.” 

“Nama saya bukan bocah! Nama saya Aira, kalau Om mau tau.” tegas Aira 

“Air galon maksud mu?” ejek pria itu 

“Air kencing!” sinis Aira 

Pria itu terkekeh. “Dimana Gino?” tanya nya dengan nada yang sedikit berubah, tidak sekasar tadi. 

“Di kolam lagi pac-” 

“Bang Agarish?!” 

****

Jangan lupa comment dan vote ya. Tambahkan juga cerita ini ke ceritamu! 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
kayaknya bakal menarik nih,btw author bakal update tiap berapa hari yah..? author ada sosmed engga?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status