Share

Bab 6 - Insiden

Rumah Bintang cukup jauh dari rumah Aira, rumah Bintang berada di sebuah pendesaan. Setelah Bintang mengirim alamat rumah nya kepada Aira, Aira segera siap siap. 

Setelah dirasa sudah siap, Aira segera memesan ojek online. Tak lama kemudian, ojek online pun sudah datang. 

“Dengan Mba Aira?” tanya nya 

Aira mengangguk, “Benar Mas,” 

“Ke jalan Angga Direja ya Mba?” 

Aira mengangguk lagi 

“Di pake Mba helm nya, biar selamat sampai tujuan.” 

Aira menerima nya, lalu memakainya. Aira naik ke atas motor matic itu dan motor pun mulai melaju dengan kecepatan sedang. 

“Semalam hujan ya Mba, jadi jalannya cukup licin. Harus extra hati hati ini mah,” ucap nya 

“Iya Mas, tapi saya gak tau soalnya udah tidur.” 

Driver ojol pun terkekeh pelan 

“Astagfirullah!” pekik Driver ojol membuat Aira kaget 

“AAAAA!” 

Brug! 

Aira jatuh dari motor. Tubuh bergelinding menuju tengah jalan, untung saja semua pengedara langsung menghentikan kendaraannya. 

Jalan yang licin membuat salah satu pengedara sulit mengendalikan kendaraannya, titambah kecepatannya yang diatas rata - rata. Sehingga motor itu terjatuh dan menabrak motor yang ditumpangi Aira. 

Aira meringis, merasakan perih di tubuhnya. Dia membuka matanya perlahan, orang orang berkerumun dan mengehampiri para korban termasuk dirinya. 

“Ada apa ini? Kenapa tiba tiba macet?” tanya Agarish kepada supirnya, Aji. 

“Kayaknya ada kecelakaan deh Pak, soalnya saya liat di depan banyak kerumunan.” jawab Aji 

Agarish mengangguk, tapi dia berdecak lidah. Agarish ada pertemuan dengan salah satu kliennya siang ini, tapi mungkin karena macet ini akan menyebabkan dia telat. 

“Saya mau liat, kamu disini.” ucap Agarish lalu keluar dari mobilnya 

Aji mengangguk. “Nggeh, Tuan.” balas Aji 

Agarish keluar dari mobilnya. Dia berjalan untuk menghampiri kerumunan itu. Agarish cukup terkejut karena banyak sekali korban, seperti nya ini adalah kecelakaan beruntun antara pengendara roda dua. 

“Permisi Pak, ini ada apa ya?” tanya Agarish 

“Kecelakaan Mas. Jalanan licin, awalnya pengedara itu yang jatuh tapi motornya kena ke salah satu driver ojol yang itu, terus itu korban-” 

“Astaga, Aira!” belum sempat mendengar dengan jelas penjelasan dari pria itu. Agarish segera menghampiri Aira. 

Agarish sedikit menggeser orang orang yang menghalangi jalannya. Agarish terkejut dengan keadaan Aira yang duduk di atas aspal dan tubuhnya banyak sekali goresan goresan luka. 

“Aira!” panggil Agarish 

“Mas kenal adek ini?” tanya salah satu ibu - ibu yang mengerumuni Aira 

Agarish mengangguk

“Cepat bawa ke rumah sakit Mas, ambulance datang nya lama. Kondisi adeknya udah lemah banget,” tutur nya 

Agarish berjongkok, dia melepaskan helm yang ada di kepala Aira. Agarish terkejut dengan darah yang mengalir dari kening Aira. Tanpa berpikir panjang, Agarish segera menggendong Aira, menerobos kerumunan dan membawa Aira ke mobilnya. 

“Aji, buka pintu mobil!” perintah Agarish 

Aji segera keluar dari mobilnya, dan membuka pintu belakang mobil. Agarish segera masuk dan mendudukan Aira dengan posisi nyaman supaya Aira tidak kesakitan. 

“Om...” panggil Aira lirih 

Agarish menatap Aira, mata itu terlihat sayu seperti menahan kesakitan. Agarish tidak mendengar tangisan dari bibir Aira membuatnya semakin panik. 

“Saya Agarish. Kamu ingat?” tanya Agarish 

Aira memejamkan mata nya, lalu mengangguk pelan. 

“Mana yang sakit?” tanya Agarish lagi 

“Semua nya.” adu Aira 

Agarish mengerutkan keningnya, dia sangat khawatir dengan keadaan Aira. Apalagi darah di keningnya terus bercucuran. 

“Aji tidak bisa kah kita putar balik? Saya harus bawa Aira kerumah sakit.” pinta Agarish 

“Baik Pak.” jawab Aji 

Dia segera memutar balikkan mobilnya dan melaju dengan kencang menuju rumah sakit. “Pak itu kaki Neng nya coba dilurusin, biar gak terlalu sakit.” saran Aji 

“Air-” 

“Gak perlu Om,” potong Aira

Agarish mengangguk, dia mengelus tangan Aira. “Saya percaya kamu kuat. Jadi tahan ya? Sebentar lagi kita sampai rumah sakit.”  

Aira menyimpan kepala nya di pundak Agarish untuk bersandar. “Takut Om...” rengek Aira 

“Gakpapa, dari pada luka mu gak di obati. Ada saya, saya temani kamu.” Agarish berusaha untuk menenangkan Aira 

“Sakit...” 

“Tahan ya, sebentar lagi. Aji lebih cepat.” 

“Iya Pak!” 

Mobil pun telah sampai di rumah sakit. Agarish segera menggendong Aira dan masuk ke dalam rumah sakit. 

“Suster, tolong!” pinta Agarish

Perawat itu segera membawa brankar Untuk Aira. Agarish menidurkan Aira di atas brankar dengan pelan dan hati hati, takut membuat Aira kesakitan. 

Agarish mengikuti para perawat yang mendorong brankar. Aira di bawa ke UGD. 

“Boleh saya ikut?” pinta Agarish

“Suster, mohon, biar Om ini ikut.” lirih Aira 

“Baik Pak, silahkan.” ucap perawatnya 

Aira memegang tangan Agarish dengan erat, Agarish tahu Aira saat ini sedang ketakutan. 

“Dek, saya impus ya? Ini gak sakit kok.” ucap perawat itu 

Aira menatap Agarish dengan tatapan berkaca kaca. Agarish menutup wajah Aira dengan telapak tangannya yang besar, “Gak usah diliat, kalau takut. Ini gak sakit, tahan ya?” pinta Agarish dengan lembut 

Setelah di impus, dokter pun datang diikuti oleh perawat yang membawa beberapa alat untuk membersihkan luka. 

“Saya cek dulu kondisi nya ya, maaf.” Dokter menempelkan stetoskop ke dada Aira. “Alhamdulillah, tidak ada yang parah ya. Hanya luka sedikit, coba saya liat mata nya.” 

Dokter mengarahkan senter ke mata Aira. “Gakpapa ya, gak ada luka serius. Hanya luka ringan saja. Tapi kalau mau lebih lanjut, coba untuk di rontgen biar tahu, kalau adek nya gak ada luka dalam.” jelas Dokter 

Agarish mengangguk. “Iya Dok,”

“Saya permisi ya. Suster, bersihkan luka nya, ketika impusannya habis, boleh pulang.” perintah dokter itu 

“Baik Dok,” 

Aira semakin mengeratkan pegangan tangannya ketika perawat itu mulai membersihkan luka nya, sesekali Aira meringis kesakitan. 

“Om, sakit,” adu Aira 

Agarish mengelus wajah Aira, dia sedikit tersenyum. “Hanya sebentar, tahan ya? Kamu kuatkan?” 

Aira menahan tangisannya. Agarish yang mengerti kondisi Aira pun, dia mengelus rambut Aira, sedikit menepuk nepuknya untuk memberi ketenangan. “Nangis aja, suster nya gak akan marah kalau kamu nangis.” ujar Agarish 

“Maluuu,” cicit Aira pelan

Agarish terkekeh, “Gak usah gengsi, ayo nangis wajah mu me merah kalau menahan tangisan.” 

Air mata Aira mulai jatuh, Aira menangis tanpa suara. 

“Saya liat keningnya ya,” izin perawat ketika ingin membesihkan luka di kening Aira 

“Shhhh sakit.” ringis Aira 

“Tahan, sebentar lagi. Nah udah,” ucap perawat itu lalu membereskan alat alatnya. “Nanti saya kesini lagi ya kalau impusannya udah habis. Saya permisi,” pamitnya 

Aira melepaskan pegangan di tangan Agarish. Aira memejamkan mata nya lelah. 

“Capek ya? Tidur aja, saya temani kamu.” tebak Agarish 

“Makasih Om, udah nolongin aku.” ucap Aira 

Agarish mengangguk. “Tidur ya? Kamu butuh istirahat. Nanti kita ngobrolnya.” 

“Om, kalau mau pergi, pergi aja. Tapi tolong teleponin Bi Iin, ponsel aku mana?” tanya Aira 

“Stt udah, barang barang mu aman di saya. Sekarang kamu istirahat, cairan impusan mu cukup banyak. Jadi tidur, saya temani.” perintah Agarish 

Aira terdiam, Agarish baik dan dia salah menilai Agarish. “Terimakasih Om,” 

“Iya, tidur!” Agarish sedikit membentaknya karena Aira sangat keras kepala 

Bersambung 

Jangan lupa follow i* ku ya @rahmakmr22 dan @rahmakomar22

RahmaKomar

Maaf ya atas kecerobohan dan keteledoran aku jika cerita ini banyak typo. Semoga kaliat menimakmati nya.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status