Share

Bab 7 - Insiden (b)

Selamat membaca

“Tadinya aku mau kerumah Bintang buat bantu dia ngerjain tugas, tapi karena kecelakaan itu kayak nya aku gak bisa kerumah Bintang deh.” jelas Aira 

“Ya memang gak bisa!” sewot Agarish 

Aira tersentak kaget, dia menatap tajam Agarish. “Ya biasa aja dong! Aku kan cum- eh aku belum ngabarin Bintang kalau aku gak bisa kerumah nya. Mana ponsel ku?” tagih Aira 

“Dimobil. Pakai ponsel saya,” Agarish menyodorkan ponsel yang berlogo apple keluaran terbaru. 

“Tapi aku gak inget nomber nya,” 

Agarish membuang nafasnya. Dia mencari nomber Aji untuk menelfon nya.

“Antarkan ponsel yang tertinggal di mobil ke UGD.” suruh Agarish ketika sudah tersambung dengan nomber Aji 

“Iya Pak, sebentar lagi saya kesana.” balas Aji 

Agarish memutuskan sambungan telefonnya. Dia menyimpan kembali ponsel nya di kantung celana nya. 

“Sebentar lagi supir saya akan antarkan ponsel kamu.” ucap Agarish 

“Iya aku dengar.” cetus Aira 

Sulit sekali memahami karakter Aira. Agarish banyak sekali bertemu dengan orang asing, tapi dia sangat mudah menebak masing masing karakternya. Tapi Aira? Sunggu sifatnya berubah rubah membuat Agarish bingung. Gadis itu kadang baik, kadang ramah dan kadang juga jutek. Aira seperti memiliki kepribadian ganda. 

“Om,” panggil Aira

Agarish menatap Aira, dia menaikkan sebelah halisnya seolah bertanya 'ada apa?'

“Minta tolong, mau duduk, boleh?” pinta Aira

Agarish terdiam, sedetik berikutnya dia menggelengkan kepalanya.

“Terus tiduran seperti ini, kamu diminta tidur, malah menolak. Kamu butuh istirahat.” tegas Agarish

“Tapi aku gak ngantuk,” 

“Permisi Pak, ini ponsel nya,” celetuk Aji yang baru saja datang ke ruang UGD sambil membawa ponsel milik Aira 

Agarish menerima nya. “Terimakasih,” 

“Saya boleh kembali ke parkiran Pak?” 

Agarish mengangguk. “Boleh.” 

“Permisi Pak,” 

Aji keluar dari UGD, meninggalkan Agarish dan Aira yang kembali berdua. 

“Nih,” Agarish menyodorkan ponsel Aira. Ponsel Aira tidak sebagus ponselnya, padahal Agarish yakin dia mampu membeli ponsel seperti Agarish. 

Aira menerima nya. “Shhh,” ringis Aira ketika tidak sengaja menggeserkan kaki nya

“Pelan - pelan, Aira.” peringat Agarish 

Aira hanya memberi tatapan sinis. Dia kembali fokus kepada ponsel nya. Yang Aira pikirkan sekarang adalah Bintang, Aira takut gadis itu menunggu nya sedangkan Aira tidak bisa datang kerumah Bintang. 

Aira menempelkan ponsel di telinga nya, menunggu Bintang mengangkat sabungan telefon dari nya. 

“Halo,” ucap Bintang di sebrang sana 

“Halo Bintang. Euu.. Kayaknya gue gak bisa kerumah lo deh, ada sedikit halangan.” tutur Aira 

Disebrang sana, Bintang mengerutkan keningnya. Dan ada sedikit rasa kesal, dia sudah menyiapkan makanan dan minuman untuk Aira. “Hah? Kenapa Ra?” 

“Gakpapa, gue cuma gak bisa dateng. Tapi, gue bakal telefon Raffi terus nyuruh dia buat bantu lo. Gimana?” tawar Aira 

“Gak perlu deh Ra, gue ngerjain sendiri aja.” tolak Bintang

“Tapi Bin-” 

“Gakpapa Ra, gue bisa belajar. Kalau ada yang bener bener gue gak paham, gue nanti chat lo.” jelas Bintang meyakinkan Aira

“Sekali lagi sorry ya Bin, gue gak bisa datang. Lo kalau ada yang gak di mengerti tanya aja ya,” 

“Iya, gue tutup ya.” 

Tut! 

Belum sempat Aira membalas, sambungan telah terlebih dahulu dimatikan. Aira mengerti, mungkin Bintang kesal. Aira memakluminya. Siapa yang tidak pernah kesal ketika kita menunggu teman untuk datang, tapi dia tidak jadi datang. Kesal bukan? Mungkin itu yang dirasakan Bintang. 

Aira membuang nafasnya, dia menyimpan ponsel nya disebelahnya. 

“Kenapa?”

Aira menggelengkan kepala. “Aku kapan pulang?” 

“Setelah infusan mu habis.” 

“Tapi masih lama, liat ini masih banyak. Infusan bisa diminum gak sih? Lama banget perasaan,” gerutu Aira 

“Cari dulu motivasi kamu bunuh diri.” cetus Agarish 

“Astaga!” pekik Aira 

“Eh, kenapa?” 

“Aku belum ngasih tau Ayah. Jangan berisik ya, nanti Ayah tau kalau sama Om.” peringat Aira

Agarish hanya berdehem saja

Aira mengambil ponselnya, dia mencari kontak Alan. Baru saja ingin menghubungi Alan, tapi Alan terlebih dahulu mem-vidiocall Aira. 

“Halo Ayah!” sapa Aira 

“Halo baby! Kamu lagi apa? Eh tunggu kok kayak lagi di rumah sakit? Sweatheart, kamu dirumah sakit? Kenapa?” desak Alan dengan pertanyaan yang beruntun 

“Ayah bisa diam? Aku bingung jawabnya. Nanya nya satu satu.” protes Aira 

Alan terkekeh. “Oke, baiklah. Kamu lagi dirumah sakit?” 

Aira mengangguk. “Iya Ayah. Aku jatuh dari motor.” setelah mendengar penuturan Aira, Aira melihat wajah cemas Ayahnya. “Ayah jangan khawatir.” 

“Jangan khawatir gimana? Perasaan Ayah gak tenang dari tadi, ternyata kamu kecelakaan. Aira, Ayah pulang yah?”

Aira dengan cepat menggelengkan kepalanya. Aira ingin Alan pulang, tapi Aira tidak ingin Alan di bebankan oleh pekerjaannya nanti. Jika Alan pulang dengan banyak nya pekerjaan, nanti Alan akan bekerja tanpa mengenal waktu. 

“Gak, Ayah. Luka nya gak terlalu parah, hanya luka ringan. Mungkin nanti kalau luka aku udah sembuh, aku mau rontgen takutnya ada luka dalam.” jelas Aira

Alan mengangguk, namun wajahnya terlihat sangat khawatir. “Baby, jangan bikin Ayah khawatir. Ayah gak tenang kalau gini ninggalin kamu sendiri.” 

“Ayah maaf.” 

“Ya, kamu salah! Kamu bikin Ayah khawatir. Sangat khawatir. Astaga! Keningmu, Aira Albilqis tunjukan seluruh luka ditubuhmu!”

“Ayah...”

Tiba tiba saja Agarish mengambil ponsel Aira. Agarish tersenyum ketika melihat wajah pria yang di panggil 'Ayah' oleh Aira. Agarish tidak melihat dengan jelas wajah Ayahnya Aira karena sedikit buram. 

“Selamat siang Om, saya Agarish temannya Aira. Saya yang membawa Aira kerumah sakit. Atas luka yang ada di tubuh Aira, Om tidak perlu khawatir karena itu hanya luka ringan. Saya mengerti atas khawatirnya seorang Ayah, tapi saya jamin bahwa kondisi Aira baik baik saja. Aira mendapatkan luka di kening, kaki nya ada goresan luka, dan di siku lengannya.” jelas Agarish dengan sopan 

Alan yang berada di sebrang sana tersenyum simpul. Wajah Agarish memang tidak asing bagi Alan, tapi kesopanan dalam berbicara Agarish, Alan memberikan dua jempolnya. 

“Saya Alan, Ayahnya Aira. Lalu bagaimana dengan kondisi nya sekarang?” 

Agarish tersenyum tipis. “Aira baik baik saja, sebentar lagi saya akan mengantarkan Aira kerumahnya setelah infusan habis.” 

“Terimakasih sudah menolong putri saya, maaf jika putri saya merepotkan. Tolong kembalikan ponselnya kepada Aira, saya ingin berbicara dengannya.” 

Agarish menyerahkan ponsel nya kepada Aira. 

“Baby, nanti Ayah minta Bi Iin untuk nginep aja dirumah. Ayah akan telefon guru mu untuk izin dulu sekolahnya karena Ayah takut kamu kenapa napa. Maafkan Ayah tidak bisa pulang.” tutur Alan 

Aira mengangguk. “Iya, Ayah gakpapa.” 

“Jangan bikin Ayah khawatir. Ayah sayang kamu.” 

“Love you too, Ayah.” 

Alan tertawa 

“Ayah aku matikan ya telefonnya, ada suster.” izin Aira 

Alan mengangguk. “Jaga dirimu, kabari Ayah tentang apapun yang terjadi. Oke?” 

“Baik Ayah.” 

“See you sweatheart.” 

Telepon pun terputus. Aira menyimpan ponsel nya di brangkar.

“Infusannya sudah habis ya Dek, gimana sekarang? Sudah mendingan?” tanya perawat itu 

Aira mengangguk. “Iya.” 

Perawat itu ingin mencabut jarum infusan membuat Aira tegang, Agarish menutup wajah Aira. “Tidak apa, ini tidak sakit.” ucap Agarish untuk menenangkan Aira 

“Shhh...” 

Jarum berhasil di cabut. Ada sedikit darah yang keluar tapi dengan sigap perawat menempelkan kapas. “Dokter memberi resep obat. Hari ini anda boleh pulang, tapi jangan terlalu banyak gerak karena luka nya belum kering. Jangan dulu dibasahi ya luka nya,” pesan perawat 

“Untuk biaya, silahkan anda datang kebagian administrasi.” ujar perawat 

Agarish mengangguk. “Tunggu disini, saya tidak akan lama. Sekalian mau nebus obat.” 

Aira mengangguk 

Agarish meninggalkan Aira bersama perawat. 

“Pacar nya ya Dek?” tebak perawat itu 

Aira segera menggelengkan kepalanya. “Ihh bukan sus, cuma kenalan aja.” 

“Kenalan tapi kok perhatian. Gakpapa Dek, gak usah malu.” 

Aira hanya tersenyum kikuk. 

Tak lama kemudian, Agarish kembali membuat Aira mengerutkan keningnya. 

“Kok cepat?” heran Aira 

“Saya tahu kamu nekat, jadi nebus obatnya biar asisten saya aja. Sekarang kita pulang.” ajak Agarish 

Aira mengangguk 

“Biar saya ambil dulu kursi roda-” 

“Tidak perlu, saya akan menggendongnya.” 

“Tap-” 

Belum sempat protes, tubuh Aira diangkat oleh Agarish. Reflek Aira mengalungkan tangannya di leher Agarish, karena takut dia jatuh. Gak lucu kan? 

Aira menenggelamkan wajahnya di dada bidang Agarish karena dia malu diperhatikan oleh orang orang. Aira semakin mempererat kalungan tangan leher Agarish. 

Agarish menunduk, dia terkekeh melihat wajah merah Aira. Wajah putih itu mudah sekali memerah, membuatnya gemas. Agarish pintu lift terbuka, tapi karena lift yang penuh membuat Agarish mengurungkan niatnya karena dia takut orang orang mengenai luka Aira. 

“Silahkan Pak, ini masih muat,” ujar salah satu pria yang ada di dalam lift

“Tidak, terimakasih. Silahkan.” balas Agarish 

Lift kembali tertutup dan Agarish kembali menunggu.

“Om, kenapa gak yang tadi biar cepet?” heran Aira 

“Nanti mereka nyenggol luka kamu gimana?” 

“Tapi aku berat.” 

“Aira, kamu itu kecil. Mana mungkin berat, gak ada yang berisi pula.” 

Plak! 

Aira memukul dada Agarish pelan. “Ish, jangan ejek aku ya.” peringat Aira

“I'm so sorry. Kamu mau saya telefon teman mu? Gino kan pacar teman mu,” tawar Agarish 

“Gak mau, dia tuh bawel. Aku pengen istirahat dirumah.” 

Agarish mengangguk. Lift kembali terbuka, sepi, lalu Agarish langsung masuk. 

“Om kok nolongin aku?” tanya Aira

“Karena saya kenal kamu.” 

“Tapi kan kita baru kenal,” balas Aira 

“Sebagai tanda permintaan maaf saya atas kejadian waktu itu.” tutur Agarish 

“Om masih merasa bersalah?” 

Agarish menggelengkan kepalanya. “Sekarang gak, karena sudah impas.” 

Aira berdecak lidah. “Sekali lagi terimakasih ya Om, maaf aku merepotkan.” 

Bersambung...

Maaf kalau banyak typo. Jangan lupa vote and comment nya. Menerima koreksi! 

RahmaKomar

Jadilah versi terbaik dalam dirimu. Orang yang berkualitas akan tahu mana yang baik dan mana yang selalu diperbaiki. Janga kesehatan. Sayang kalian

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status