Pak Rasyid yang baru saja keluar dari kamar mandi kebingungan karena tidak melihat keberadaan istri dan cucunya. Setelah berganti pakaian Ia pun berjalan keluar. Samar-samar ia mendengar suara orang menangis. Segera ia menuju ke sumber suara dan benar dugaannya sang istri dan putri kesayangannya tengah menangis tersedu-sedu.Pak Rasyid tersenyum melihat pemandangan itu. Ia mengira istri dan anaknya lagi melepas rindu karena kurang lebih dua tahun mereka tidak bertemu. Ia pun berdiri di ambang pintu yang memang tidak tertutup. Ia hanya ingin mendengarkan saja apa yang mereka bicarakan tidak berniat mengganggu."Hampir dua bulan Raffa di rumah sakit tak sekalipun Mas Irvan menjenguknya, Mak!" Tangis Tia semakin terisak mengingat kejamnya perlakuan sang suami terhadap Raffa sang buah hatinya.Tia rasanya tidak sanggup untuk bercerita. Dadanya sangat sesak jika mengingat kejadian itu. "Waktu Raffa kritis Mas Irvan datang bukan mau melihat Raffa tapi dia malah membuang kami, Mak! Ia membaw
Hatiku sangat senang melihat Tia bertemu dengan keluarganya. Aku bahagia melihat senyum di wajahnya apa lagi dihiasi dengan lesung pipinya. "Kamu cantik dan manis Tia!" ucapku dalam hati.Namun saat mendengar orang tuanya membicarakan Irvan, entah kenapa hatiku merasa sangat sakit perih bagai disayat. Tidak pernah aku merasakan hal seperti ini sebelumnya. Beberapa kali ku menatap Tia melalui kaca spion. Tak ada tanda-tanda ia akan menjelaskan seperti apa sebenarnya mantan suaminya. "Apakah Tia masih mencintai laki-laki brengsek itu? Apa dia ingin kembali padanya?" Begitu banyak pertanyaan dalam benakkuSetelah mengantar orang tuanya ke kamar untuk beristirahat aku memilih naik kelantai dua. Awalnya aku berniat melakukan olahraga seperti biasanya. Tapi sekarang, tubuhku rasanya tidak bertenaga, lemas seperti tak bertulang. Aku putuskan masuk kamar, dan menjatuhkan bobot tubuhku di atas kasur. Aku terlentang dengan Kedua tanganku di bawah kepala, mataku menatap plafon kamar."Tia, apaka
"Mas, aku 'kan gak bilang kalau aku mau nikah sama Mas. Kok mas bisa sebahagia itu? Aku 'kan cuma bilang aku menyukaimu bukan aku setuju menikah denganmu," ujar Tia setelah memutar tubuhnya."Gak masalah, kau menyukaiku saja sudah cukup bagiku. Urusan nikah akan kutunggu sampai kau benar-benar siap." Danu tersenyum menatap Tia begitupun sebaliknya. Rona kebahagiaan tampak jelas di wajah mereka berdua."Apa yang telah kalian lakukan?" Bu Anisa tiba-tiba saja muncul dari anak tangga.Deg! Tia dan Danu terkejut melihat bu Anisa sudah berdiri dihadapan mereka."ka-kami tidak melakukan apa-apa, Mak!" jawab Tia gugup.Bu Anisa hanya diam menatap Tia dengan penuh kecurigaan. "Tadi saya ketiduran, Bu! Jadi saya tidak mendengar kalau Tia mengetuk pintu." Danu berusaha meyakinkan Bu Anisa."Tia, Emak perlu bicara empat mata denganmu, nanti setelah selesai makan!" ucap bu Anisa tegas."Iya, Mak!" Tia menundukkan kepalanya."Ya sudah, ayo turun! Bapak sama yang lain sudah menunggu di meja makan
Tanpa Tia sadari diam-diam Danu mengikutinya dari belakang. Ia berdiri di depan pintu kamar Tia yang tidak tertutup sempurna. Ia penasaran apakah ibu Anisa marah karena perbuatannya? jika memang benar ia Siap bertanggungjawab, ia siap jika orang tua Tia memintanya menikahi Tia saat ini juga."Sudah seberapa jauh kalian berbuat dosa? Bu Anisa memotong ucapan Tia.Deg jantung tia berdegup kencang."Ma- maksud Emak apa?" Jawab Tia gugup"Jangan pura-pura tidak tahu emak sudah melihat semuanya! Sudah seberapa jauh hubungan kalian?" Bentak bu Anisa."Mak, ini tidak seperti yang emak pikirkan, Tia tidak pernah melakukan apapun." Tia menangis karena takut dan rasa bersalahnya menjadi satu."Terus apa yang harusnya emak pikirkan saat emak melihat kalian berpelukan, Tia? Emak gak nyangka kamu berbuat seperti ini. Emak malu Tia, apa kata orang nantinya? jangan-jangan yang berselingkuh itu kamu bukannya Irvan makanya kamu di usir dari rumahnya." "Mak, Tia bisa jelasin! Ini gak seperti yang Emak
PRANNG! Irvan menyenggol gelas yang ada di atas meja dekat tempat tidurnya. Meja itu baru ditaruh disana Semenjak Irvan gak bisa berjalan. Gunanya untuk menaruh makan dan minum irvan. Sontak saja Selly yang tidur disebelahnya jadi terbangun. Ia duduk dan menoleh kearah Irvan dengan mata melotot."Apalagi sih, Mas? Bisa gak sehari saja mas gak bikin masalah? Aku tu capek pengen istirahat!" Selly membentak Irvan. Akhir-akhir ini Selly sering pulang malam tak jarang pula ia pulang pagi. Setiap ditegur sama bu Sutri, ia selalu mengancam akan pergi dri rumah. Hal itu membuat bu Sutri Kalah telak, karena kalau Selly pergi dari rumahnya siapa yang akan menanggung biaya berobat Irvan. siapa juga yang akan mencukupi kebutuhan dapurnya.Tak kunjung bisa berjalan akhirnya Irvan di rumahkan dari tempatnya bekerja. Tanpa digaji dan tanpa diberi pesangon karena Irvan karyawan kontrak."Uuk ... Uuk ...uuk!" Irvan berbicara dengan bahasa isyarat."Kamu ngomong apa sih, Mas!? Aak uuk, aak uuk, gak j
"Jangan lupa besok dandan yang cantik, pake baju yang bagus, tas bagus, pake perhiasan, tunjukan pada mantan mertua dan mantan suamimu kalau kamu bisa sukses tanpa mereka. Buat mereka menyesal telah membuangmu," ucap bu Anisa selepas kepergian Danu. Semarah apapun dirinya pada Tia tetap saja Tia adalah anaknya dia akan membantu Tia untuk membalas perbuatan mantan menantu dan mantan besannya itu. "Tapi Tia gak punya perhiasan, baju bagus, tas bagus, seperti yang Emak katakan," "Sudahlah Mak, pakai saja apa yang ada gak usah berlebihan. Lagian kita ke sana cuma sebentar," ucap Pak Rasyid."Gak bisa gitu dong Pak, mereka harus di buat menyesal telah membuang Tia dan Raffa. Mereka kira tanpa mereka Tia gak bisa hidup, gak bisa sukses!" bantah bu Anisa."Terserah Emak sajalah, Bapak mau ke depan jalan-jalan. Sini Raffa biar sama Bapak." Pak Rasyid mengulurkan tangannya untuk meminta Raffa yang ada di pangkuan Tia.Sebelum Danu pulang sempat ada drama tangisan Raffa yang tidak mau berp
"Aku mau yang ini" ucapnya pada Mbak SPG. Hehhh, enak saja!" Bu Anisa mendorong bahu perempuan itu. "Anak saya sudah memilih ini duluan, kamu cari yang lain. Jangan dibiasakan mengambil punya orang lain." Bu Anisa menarik tas yang ada di tangannya."Kamu ...." Tia melotot melihat Siapa yang yang mengambil tas pilihanya."Kamu kenal dia?" tanya bu Anisa bingung.Tia pun menganggukkan kepalanya. "Dia istrinya Mas Irvan!" jawab Tia tanpa memalingkan wajahnya. Ya perempuan itu adalah Selly."Ohh, jadi kamu orangnya Yang telah merusak rumah tangga anakku. Dasar pelakor!" Bu Anisa mengacungkan jari telunjuknya ke muka Selly."Dengar ya, nenek tua! Rumah tangga anak nenek itu sudah hancur dari sananya. Anak nenek itu, tidak bisa muasin suami. Jadi, jangan salahkan aku kalau suaminya melirikku, secara aku lebih segala-galanya dibanding anak nenek," ucap Selly sambil melenggak-lenggokkan tubuhnya.Selly memang cantik tubuhnya putih bersih dan langsing. Tapi Tia lebih cantik kecantikannya ia
"Hadiah? Dari siapa pak?" Tia menatap kotak yang ada ditangannya"Katanya dibuka saja Non, nanti Non Tia akan tahu sendiri dari siapa,""Dari siapa, Tia?" tanya bu Anisa yang duduk di sampingny"Gak tau, Mak!""Coba dibuka!""Iya, sebentar! Tiapun segera membuka kotak tersebut."Wahh! ini 'kan tas yang Tia suka tadi Mak." Mata Tia berbinar melihat tas yang ada ditangannya. Selama hidup dengan Irvan belum pernah dia membeli tas semahal ini. Jangankan untuk membeli tas, untuk makan saja Tia kesulitan, semua uang belanja di pegang ibu mertua."Iya benar, ternyata tas ini Nak Danu berikan untuk kamu, Nak," ujar Bu Anisa."Iya, Mak!" Tia sangat bahagia mendapatkan tas kesukaannya. Senyuman mengembang di sudut bibirnya. "Kamu baik banget, Mas! Terimakasih, Maafkan Tia yang sempat berpikir Mas Danu punya wanita lain," batinnya.Pak Rasyid menoleh ke belakang, ia ikut bahagia melihat anaknya bahagia, "sudah cukup penderitaan yang kamu dan raffa alami selama ini. Sekarang sudah saatnya kalian