Rudi berkali-kali menyeka peluh yang kembali menetes di keningnya, padahal AC diruangan ini berada disuhu 18°yang seharusnya sudah cukup dingin. Namun karena ini adalah saat yang paling mendebarkan dalam hidupnya, sehingga membuat pria berdarah timur Tengah itu terlihat begitu gugup. "mas! ""ya? bagaimana? " menik membuatnya tersentak. "kamu mau pesen apa? sudah ditungguin mbak nya lo dari tadi?""samain aja deh sama pesanan kamu""samain aja ya mbak, trimakasih" Menik mengembalikan buku menu tersebut kepada pelayan yang sudah sedari tadi menunggunya. "kamu tahu nggak mas, dulu waktu pertama kali aku datang ke kota ini, aku selalu berhenti didepan sana. memandang kearah restoran ini begitu lama. aku terkagum dengan orang-orang yang keluar masuk restoran ini, mereka begitu cantik dan tampan dengan balutan dres-dres mahal yang mereka gunakan, juga jas jas yang begitu pas melekat ditubuh gagah laki-laki itu. Semua itu aku jadikan semangat untuk bekerja lebih keras lagi agar bisa sege
Semua yang hadir diruangan ini bertepuk tangan riuh ketika nama Astutik dipanggil untuk maju memberi sambutan kedepan sebagai lulusan cumlaude tahun ini. Sedangkan Menik tak kuasa menahan air mata harunya menyaksikan anak bungsunya berjalan kedepan dengan angun dan gagah sebagai lulusan terbaik diantara ribuan mahasiswa yang lain, dia begitu bangga karena akhirnya bisa mengantarkan anaknya meraih cita-citanya yang mulia. Dia begitu bersyukur dengan semua ini, kesakitan yang dia alami dulu, akhirnya bisa berbuah manis kini.Seandainya dulu dia hanya terpuruk dalam dukanya sendiri, mungkin dia tidak akan pernah sampai seperti ini. Dia bersyukur bahwa dulu tekadnya untuk berhasil lebih kuat, dengan menahan 10tahun kesakitan yang menanggung rindu kepada sang buah hati. Kini hasilnya bisa dia nikmati.Masa tuanya terjamin, tugasnya untuk menghantar anak-anaknya sudah dia laksanakan. Terlebih kini ada lelaki yang sedari tadi menggenggam erat tangannya, yang seolah-olah membuat dia menja
Hari ini akan menjadi hari yang sibuk sekaligus hari bahagia untuk semua orang, kecuali yang hatinya di penuhi dengan dengki. Hari ini adalah hari dimana terpautnya dua janji sakral anak manusia di hadapan Tuhannya. Janji yang akan terus mengasihi, menjaga dan percaya.Menik dirias dengan riasan khas adat Jawa, begitu cantik layaknya sangat ratu. Paes yang sarat akan makna dan doa tak lupa terlukis cantik dikeningnya, dengan gajahan yang berarti harapan agar kelak dia ditinggikan derajatnya Dan dihormati oleh sang suami. Pengapet, agar dapat berjalan lurus ke depan sehingga tidak ada rintangan berat dalam menjalani kehidupan pernikahan.Penitis agar apapun yang kelak mereka lakukan memiliki tujuan. Serta godek agar Menik dan Rudi dapat bertindak secara bijaksana dan selalu introspeksi diri.Tak lupa chitak agar Menik kelak sebagai istri bisa fokus dan setia hanya kepada Rudi. Baju bludru berwarna hitam sudah melekat begitu pas ditubuh nya yang masih begitu ramping walau us
Sumini menatap pilu kepada Menik yang berjalan dengan dengan anggun menuju lelaki yang baru saja mengucap ijab kabul untuknya, semua menatap kagum kearah Menik dan tak seorangpun menghiraukan kehadirannya. Menik terlihat begitu bahagia hari ini, sangat berbanding terbalik dengan suasana hatinya kini. Dia merasa begitu kesepian diantara riuhnya undangan yang datang. Semua datang dengan rona bahagia bersama keluarga masing-masing, sedangkan dirinya hanya sendiri. Bahkan kehadiranya seolah tak ada yang menyadari. Sungguh dia menyesali keputusannya untuk datang ke acara ini, untuk apa? Hanya untuk menertawakan kemalanganya? Untuk menjadi saksi mereka yang sedang berusaha memamerkan kebahagiaan? Menik adalah manusia munafik baginya, semua orang menggaung-gaungkan kesetiaan yang dimiliki seorang menik, nyatanya apa? Kini dia lebih memilih untuk berbahagia bersama lelaki lain. Lelaki yang dulu begitu di cemburui suaminya, nyatanya benar, kini mereka bersatu dalam ikatan pernikahan bukan?
Seperti janji Tuhan, semua akan menuai sesuai apa yang sudah mereka tanam. Yang baik akan mendapat karma baik, sedangkan yang jahat akan mendapat karma buruk pula. Persis seperti yang tengah Menik dan Sumini alami saat ini.Hidup menik kini penuh dengan limpahan kebahagiaan, dia kini hidup bahagia, bersama orang yang mencintainya dan juga dia cintai. Lelaki yang hanya memandang dirinya sebagai satu-satunya wanita yang dipilih sebagai pendamping hidup, teman berbagi segala hal, dan juga lelaki yang benar-benar menjadikanya seorang Ratu. Anak-anak nya telah sukses dalam meniti karir dan Asmara. Wijaya Sukses mengembangkan perkebunan dibawah bimbingan Rudi. Jika sejak dulu kopi-kopi itu dijual begitu saja, kini Wijaya sudah memiliki sebuah pabrik yang mengolah kopi-kopi itu menjadi kopi bubuk yang siap seduh dan sudah memiliki brand. Kian hari usahanya itu kian berkembang pesat. Wijaya juga menikah dengan seorang wanita sholeha. Wanita sederhana bertutur lembut, yang mampu memikat hat
Jika boleh memilih, Sumini pasti akan memilih terlahir dikeluarga yang normal. Memiliki seorang bapak dan ibu, tak perlu hidup kaya rasa, sederhana pun tak mengapa asal cukup. Bisa bermain bersama bapaknya setiap saat, adalah impian terbesarnya ketika masih kecil. Mengadu bila ada teman yang usil, tempat berlindung dari omelan sang ibu. Dia penasaran bagaimana rasanya belanja bersama ibunya, lalu masak barsama dan menunggu seorang bapak pulang ke rumah dengan sambutan penuh cinta dan syukur. Namun nyatanya semua itu hanya hayalan. Nyatanya, seumur hidup dia tak pernah merasakan kasih sayang tulus dari seorang lelaki, entah itu ayah, kakek atau bahkan seorang suami. Dia tak pernah mengenal bagaimana rasanya memiliki seorang bapak. Hanya rasa iri setiap kali melihat tetangganya bermain bersama orangtua mereka, mengadu ketika dimarahi sangat ibu. Nyatanya sekalipun Sumini tak pernah dimarahi ibunya, karena Sumini selalu menjawab iya setiap apapun perintah sang ibu. Namun disaat kini
"Dimana aku?""Alhamdulillah mak, njenengan sudah sadar. Kita ada dirumah sakit mak, sekarang njenengan sedang diperiksa dokter."Sekar mengelus tanganya yang sudah keriput dengan lembut, seolah berusaha memberi kekuatan lebih kepada Sumini, tatapan matanya seolah menjelaskan bahwa dia tak lagi sendiri kini, wanita itu akan bersedia merawat nya. Namun ketika perasaan itu menghangatkan hatinya, justru rasa sakit luar biasa kembali menyerang kakinya. Baru dia sadari bahwa badannya kembali menggigil saking kuatnya menahan sakit luar biasa pada kakinya. Dia meringis merintih mengaduh kepada sang dokter. "Lutut saya sakit sekali dok, rasanya kaki saya juga sangat lemah, saya ini sakit apa to dok?"Sang dokter dan para perawat pun menatapnya dengan tatapan iba. Membuat hati Sumini dilanda kawatir dengan apa yang akan disampaikan sang dokter. Hatinya berdegup dengan kencang. Dia yakin Tuhan tak mungkin sejahat itu kepadanya, semua akan baik-baik saja. Dia tak memiliki siapapun, dia harus
Hari Raya idul fitri adalah hari dimana yang dikota kembali ke desa, yang merantau pulang kepada keluarga, para anak berduyun-duyun mengunjungi orang tua. Bahkan pemakaman pun ramai oleh peziarah dengan bunga setaman yang mereka taburkan diatas gundunkan tanah. Namun berbeda dengan Sumini, hari Raya idul fitri justru menambah sesak didadanya menahan nelangsa yang tak berkesudahan. Siapa yang dia nanti? siapa yang dia tunggu? Satu-satunya keluarga yang masih mau peduli terhadapnya adalah Wijaya dan Sekar, namun hari Raya seperti ini yang pada umumnya mereka yang dikota kembali ke desa untuk merayakan bersama keluarga. beda hal dengan Wijaya dan Sekar, mereka justru memilih merayakan dikota, karena semua keluarga mereka ada disana, menyisakan dirinya yang terkungkung sepi, sendiri. Sumini sudah mandi dan berganti dengan busana terbaiknya sedari pagi. Meski dengan keterbatasan, namun dia masih bisa melakukan semua kegiatan seperti biasa diatas kursi roda. Sumini bahkan nyaris tidak mem