Share

29. Makin Terasa

"Umi!" panggil Abdul lagi.

Aku menghela napas panjang, kemudian aku berdiri dan membuka almari khusus untuk menyimpan hasil laba penjualan setiap hari ini. Dalam hati kuucapkan maaf pada suami dan Robbku. Sebenarnya almari ini hanya suamiku yang berhak membuka dan dia selalu berpesan jika aku tidak boleh membuka isi dari almari itu.

Namun, keadaan ini begitu mendesak untuk keperluan sekolah Abdul. Apakah keputusan ini sudah benar, muncul lagi beberapa pertanyaan yang membuatku bimbang. Biasanya semua keuangan hanya dia yang mengatur bahkan untuk uang sekolah dari tangannya.

"Umi, ini sudah siang. Jika tidak ada titipan dari abi untuk bayar infak lebih baik tidak usah. Biar aku tunggu abi pulang saja!" pinta Abdul dengan suara agak lantang agar aku bisa mendengar.

Aku pun keluar, tidak jadi mengambil uang tersebut. Meskipun aku memiliki tabungan sendiri, aku tidak mau memberikan uang itu. Bukan karena dia anak tiri, tetapi semua kebutuhan sekolah dan anak-anak sudah menjadi kewajibann
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status