Seperti apa yang dikatakan Tika, ketika wanita akan memilih teman pria dengan prospek menikah ke depannya, mereka akan mengumpulkan informasi dan menyelidiki apakah teman pria itu memiliki gaji yang cukup, mobil, dan yang terpenting adalah rumah. Hanya saja, Tika sama sekali tidak memberikan Ian kesempatan untuk berbicara.Ian benar-benar tidak punya rumah di daerah perbatasan Surabaya, karena rumah yang Ian miliki berada di pusat kota Surabaya, tepatnya di perumahan Galaxy Lake Kluster Danau Angsa, satu-satunya kluster dengan nilai rumah paling mahal di Surabaya. Tidak hanya itu, Ian memiliki dua unit apartemen, dan juga rumah di Sutra Land Surabaya Barat.Ian juga tidak memiliki mobil Avanza atau Xenia, apalagi gaji, asuransi, dan tabungan deposito. Tapi Ian memiliki mobil sport langka Pagani Zonda HP Barchetta. Sebagai pemilik kedai viral, Ian tidak menerima gaji. Ia menerima seluruh keuntungan kedainya secara langsung. Meski tabungan Ian di bank hanya mencapai delapan miliar rupi
“Ra-ha-sia ..” Adel tersenyum manis.“Dia sangat tampan. Meskipun aku sangat menyukainya, aku tahu dia tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Jika dia menyukaiku, aku tidak akan jomblo sampai sekarang,” lanjutnya.Tika semakin bersemangat saat mendengar itu. “Jika dia ingin merayu dan menjadikanmu kekasihnya, apa kamu akan menerimanya?”Adel tersipu. “Hahaha, itu tidak mungkin …”Dalam hati Adel, jika Ian menyatakan perasaannya padanya, Adel tidak akan ragu untuk menerimanya. Hanya saja, semua itu mungkin hanya akan terjadi dalam mimpinya saja.Tika mengangkat bahu dan berkata, “Bagaimana jika dia ingin kamu tidur dengannya?”Wajah Adel menjadi semakin merah. “Kalau begitu aku akan melahirkan seorang anak untuknya. Mungkin anak itu juga akan sangat tampan!”Tika tercengang, tak bisa berkata-kata dengan respon Adel. ‘Ugh, Adel benar-benar sudah tidak ada harapan, dia telah jatuh cinta terlalu dalam pada orang itu!’ batinnya.Meski begitu, Tika sangat iri pada temannya itu. Tika me
Ian mencoba mengingat-ingat identitas wanita tersebut. Ia merasa wajahnya sangat familiar dengan foto wanita yang diberikan Ibunya. Ian memandang gadis di depannya dan bertanya. “Tika?”“Ya, aku adalah Tika. Aku minta maaf tentang hari ini. Aku seharusnya tetap datang dan tidak nomor WA Chat-mu.” Tika meminta maaf dengan tulus pada Ian. Meski begitu, nada bicara Tika terdengar tinggi seolah-olah dirinya tidak merasa bersalah sama sekali.Ian tertawa mendengarnya. Ia tidak terlalu peduli dengan sikap Tika. “Tidak masalah. Aku tahu kamu pasti telah dipaksa oleh orang tuamu untuk hadir dalam kencan buta ini. Aku juga mengalami hal yang sama, jadi kita bisa melupakannya.”“Kamu benar-benar orang yang sangat baik. Aku jadi sedikit menyesal tidak datang dalam kencan buta hari ini.” Tika berjalan ke samping Adel dan memegangi lengannya sambil berkedip. “Lalu, apa pendapatmu tentang Adel?”“Tika, apa maksudmu?” Adel tersipu.Ian melihat Adel sesaat. Tak lama kemudian, Ian tersenyum hangat. “
Kedai Si Tampan bergema dengan suara gemuruh dan cekikikan puluhan pengunjung. Seperti serigala yang telah lama tidak makan, mereka menyantap makanan dengan lahap, suara garpu dan sendok beradu dengan piring menjadi latar belakang. Beberapa orang bahkan menambah pesanan, seolah piring kosong di depan mereka adalah petunjuk bahwa mereka masih membutuhkan lebih banyak.Di tengah keramaian itu, Ian, dengan keringat mengalir di keningnya, sibuk di dapur, mencampur bumbu dan membalikkan daging di atas api. Di antara hiruk pikuk pengunjung, seorang pria tua berdiri di meja konter, dengan rambut putih tipis yang hampir tidak ada dan wajah yang tampak ramah. Ia berdiri dengan sabar, menunggu Ian menyelesaikan tugasnya, tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.Melihat pria tua itu, Ian meletakkan spatula dan mengelap keringatnya sapu tangan yang ada di dekatnya. Dengan senyum ramah di wajahnya, ia bertanya, "Apa yang bisa saya pesan untuk kakek?"Tiba-tiba, suara dering notifikasi yang tak
Kakek Sugiono menatap Ian dengan senyum yang hangat dan penuh makna, "Seperti yang tertera di sistem, namaku Sugiono Saputra. Tapi, kamu bisa memanggilku Kakek Sugiono." Ian merasa ada yang aneh. Nama 'Kakek Sugiono' itu terdengar sangat familiar di telinganya, seperti melintas di pikirannya beberapa kali. 'Bukankah nama Kakek ini seperti nama panggilan aktor kakek-kakek tua dalam JAV?' pikirnya.Nama 'Kakek Sugiono', atau yang sering dijuluki 'Kakek Legend', adalah sebutan populer di Indonesia untuk Shigeo Tokuda, aktor JAV yang terkenal. Dia telah merajai dunia film untuk dewasa selama hampir dua dekade. Walau sudah pensiun, namun jejaknya masih melekat kuat di ingatan penikmat JAV. Ian, yang tumbuh dan besar di desa, tentu saja pernah mendengar dan melihat karya-karyanya. Film-film 'Kakek Legend' itu seolah menjadi bagian dari percakapan rahasia di kalangan siswa SMP dan SMA di Nganjuk.Ian memperhatikan Kakek Sugiono dengan wajah yang sedikit canggung. Dengan suara yang pelan, ia
Ekspresi penuh kebingungan yang jelas terpampang di wajah Ian. Ia melihat Kakek Sugiono dengan tatapan penuh tanda tanya. "Kakek, dengan keahlian memasak yang luar biasa seperti itu, mengapa Kakek justru memilih untuk melamar kerja di sini?" tanyanya.Kakek Sugiono, dengan wajah yang tampak lelah namun tetap penuh semangat, menghela napas pendek. Ia menggelengkan kepalanya, seolah mengusir bayangan mimpi yang belum bisa terwujud. "Kalau saja Kakek memiliki cukup uang," katanya dengan suara berat namun penuh harapan. "Kakek pasti akan membuka restoran sendiri. Tapi, untuk saat ini, Kakek harus bekerja dulu, mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Hingga suatu hari nanti, Kakek bisa mewujudkan impian itu, membuka restoran milik Kakek sendiri."Ian mengangguk, matanya berbinar-binar dengan rasa penasaran. "Baik Kakek ... tapi sebelum kita melanjutkan pembicaraan itu, aku ingin melihat langsung bagaimana Kemampuan Lidah Dewa milik Kakek dan juga kemampuan memasak Kakek.”Mata Kakek Sugiono
Tanpa terasa, mobil Toyota Corolla merah yang ditumpangi Lisa dan Alicia tiba di kedai Si Tampan. Ramainya pengunjung membuat kedatangan mereka berdua tidak banyak menarik perhatian.“Meong~” Suara lembut seorang wanita terdengar dari belakang Ian. Tanpa perlu berbalik pun, Ian tahu bahwa wanita yang mengeong tersebut adalah Lis inia.‘Wanita menjijikkan itu pasti kemari untuk menagih janjiku semalam!’ gumam Ian dalam hati.Lisa berjalan mendekat dan duduk di kursi kosong meja konter. Melihat Ian yang tetap diam tanpa mempedulikannya, Lisa berkata, “Apakah aku tidak diterima datang kemari?”“Bagaimana mungkin aku tidak menolakmu?” Ian berbalik dan melihat Lisa sambil tersenyum.Hari ini, Lisa berpakaian sangat cantik. Dia bahkan merias wajahnya. Biasanya, Lisa berkunjung tanpa menggunakan riasan apapun. Dan kali ini, Lisa mengenakan topi bertelinga kucing, membuatnya semakin imut.Namun, saat melihat wanita yang duduk di samping Lisa, Ian terkejut. Wanita itu juga tidak kalah cantikny
"Uhuk-uhuk!" Aksi Alicia ini membuat Lisa terbatuk. Ia tak menyangka teman baiknya itu akan berbicara omong kosong.Alicia mengedipkan matanya dan melihat reaksi Ian dengan rasa ingin tahu. Ia mengambil kerupuk putih dari kotak di meja konter dan menggigitnya sedikit seraya menunggu reaksi pria tampan di hadapannya itu.Tak tahan dengan sikap temannya, Lisa berteriak, "Alicia!" Wajah Lisa sedikit merah saat ia menatap Alicia dan mulai menggelitik pinggangnya."Hahaha, geli sekali … padahal aku membantumu menyatakan perasaanmu, Kak Lisa." Alicia terkikik tidak kuat menahan geli.“Jika kamu menggelitikku, aku akan balas menggelitikmu juga!” Alicia menggigit kerupuknya dan meletakkan tangannya di pinggang Lisa.“Alicia, jangan bicara omong kosong! Aku tidak ingat pernah berkata seperti itu!” Lisa memiringkan kepalanya ke samping, wajahnya sedikit merah. Ia sendiri bahkan tidak tahu mengapa dirinya bereaksi seperti itu.Padahal, baru saja beberapa hari yang lalu, Lisa berkata pada Ian bah