Share

Dua Puluh Dua

Angin malam menusuk sangat dingin, jarang sekali aku berada di luar tengah malam seperti ini, tidak ada tanda-tanda Mas Aksa sudah membaca pesanku, di panggil pun tidak diangkatnya. Siapa yang sangat dikhawatirkannya hingga ia lupa pada istrinya sendiri?

Aku menarik kaki untuk lebih dekat dengan dada, menelukupkan tubuh menutupinya, berharap jika saling dekat seperti ini mengurangi rasa dingin.

Kendaraan sudah semakin jarang yang lewat, pedar cahaya lampu jalan dari kejauhan yang masih bisa membantu melihat sekitar, aku terduduk menyedihkan di dinding tembok pembatas, sudah mirip orang jalanan atau mungkin orang gila.

Aku masih menatap ponsel, berharap ada orang lain yang bisa kuhubungi, tapi siapa? selain Mas Aksa, tidak ada lagi orang yang bisa kumintai tolong. Bukankah aku sudah seperti hidup sebatang kara sekarang?

Bibir dan tubuhku terus bergetar, mata semakin berat untuk terbuka, sepi yang kurasa malam ini membuat rasa mengantuk begitu kuat menjalar. Namun, meski rasa itu begit
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status